Setelah meninggal nya kedua orang tua, Niko Dinata tinggal bersama Tante nya, dia menjadi pemuda yang urakan dan pemalas, selalu saja berbuat onar dengan memalak pedagang pasar yang ada di dekat rumahnya.
**
bertemu dengan Eca Permatasari, gadis
manis yang di kenal dengan segudang prestasi nya, tak perlu banyak tebar pesona untuk membuat para cowok bertekuk lutut padanya, dia hanya mencintai satu pria yang bernama Hanif, cowok yang selalu setia menemani nya di kampus.
**
Bagaimana jadinya kalau sang ayah tiba-tiba menjodohkan Eca dengan Niko dan langsung menikahi nya, pria yang dipandang rendah oleh Eca, tapi kenyataan dapat di andalkan dalam segala sisi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rofiwan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
05. Perasaan Niko
"Ca tunggu" Kata Niko yang melihat Eca berbalik badan menuju sepeda motor nya.
Eca memberhentikan langkah kakinya dan berkata "Jangan pernah ikut campur urusan saya!" Katanya dan melanjutkan langkah kaki nya.
Niko langsung menghampiri Eca sebelum dia meraih sepeda motornya, menggenggam tangan nya dan langsung di tepis.
"Jangan sentuh saya lagi, kamu laki-laki main pukul, saya ga suka!" Kata Eca.
"Maaf, kalau saya salah lakukan itu, saya ga suka kalau kamu di ganggu Ca" Kata Niko.
"Kan bisa di omongin baik-baik, jangan langsung pakai kekerasan!" Sewot Eca.
"Iya maaf" Kata Niko.
"Yaudah, saya mau pulang" Kata Eca.
"Ca, kamu laper kan? Mau mampir ke KFC sebentar?" Kata Niko kembali mencegah.
"Ga perlu, thanks tawarannya" Kata Eca langsung ke sepeda motornya, menjalankan mesin motor lalu meninggalkan Area pasar.
"Ibu-ibu, bapak-bapak saya minta maaf atas insiden barusan, kalian bisa kembali menjalankan aktivitas seperti biasa" Kata Niko berteriak lantang ke semua orang yang ada di pasar.
Setelahnya, Niko menghampiri pedagang demi pedagang bukan untuk meminta uang.
Ya, Niko akan mengundang semua pedagang untuk datang ke rumahnya sebagai acara syukuran sederhana tentang pertunangan nya.
Niko juga mengeluarkan uang tak sedikit untuk melancarkan acara dadakan itu, karena hasil uang dari palak nya Minggu ini juga sudah habis.
Sampai hari sudah malam, Suara musik dangdut seketika menggema di pekarangan rumah Kiara.
Semua pedagang yang notabene nya wanita dan pria paruh baya juga telah datang ke rumah Kiara, lumayan banyak hampir ada 20 orang.
Keluarga besar dari Eca ikut hadir untuk memeriahkan acara sederhana yang di rencanakan Niko.
"Niko, siapa yang kamu bawa?" Bisik Kiara.
"Pedagang pasar yang ada di jalan Subroto mah" Tukas Anggi sambil menata kue basah di piring.
"Iya, itu pedagang pasar Tante" Kata Niko.
"Pantesan wajah-wajah nya ga asing" Kata Kiara.
Ditengah obrolan mereka, Pak Roby beserta Bu Susilowati datang menghampiri mereka.
"Niko, temanin Eca sana" Pinta Pak Roby menunjuk arah Eca yang sedang bersama Tiffany.
"Biar kita yang ngurus sisanya" Kata Bu Susilowati.
Niko mengangguk, meninggalkan tempat prasmanan dan pergi menghampiri Eca.
"Ca makan dulu" Sahut Niko.
Eca langsung membuang wajah kasar setelah kedatangan Niko, sambil bercakak pinggang.
"Eciyeee, kalian marahan?" Kata Tiffany.
"Hm — makan dulu ayo Ca" Ajak Niko.
"Gak, saya disini saja" Jawab Eca.
"Saya tau kamu belum makan habis pulang kuliah, buruan nanti kamu sakit gimana?" Kata Niko.
"Ga usah sok pedulikan saya!" Ketus Eca.
Tiffany menepuk tangan satu kali untuk Niko berhenti berbicara, langsung menggandeng adiknya yang lagi ngambek untuk pergi mengambil makan.
"Kamu tunggu sini saja Niko, jangan kemana-mana okey" Kata Tiffany.
Niko mengangguk dengan senyuman "Oke"
Sambil menunggu, Niko menyalakan sebatang rokok untuk dia hisap.
Melihat bintang yang berkelap-kelip, ingatan kecelakaan itu tiba-tiba hadir kembali di dalam otaknya.
Seketika Niko memejamkan mata sambil menghayati kepedihan di dalam dirinya yang tak kunjung kering.
Matanya seakan berkaca-kaca, sampai akhirnya Niko pergi meninggalkan acara itu sendirian.
Menyendiri di tempat sepi adalah cara terbaik untuk menyembuhkan kehampaan.
Padahal Niko sudah bertunangan, sebentar lagi juga akan menikah dengan Eca, Cara seperti itu belum bisa menyembuhkan hatinya yang sudah mati rasa.
"Mah, pah — kenapa kalian pergi meninggalkan Niko sendirian, Niko rindu kalian" Gumam Niko sambil menatap langit.
Seketika ada suara teriakan dari Tiffany terdengar di telinga Niko, dia pun menoleh ke sumber suara.
Tiffany menghampiri Niko sambil membawa makanan untuknya "Saya cariin kamu ternyata disini, ini di makan dulu" Katanya.
Niko meraih piring yang di bawa Tiffany "Iya, makasih ya" Kata Niko dengan senyuman.
"Cepat di makan ya, mumpung ikan nya masih panas, gak enak kalau dingin" Titah Tiffany.
"Terima kasih, maaf ya kalau saya sudah buat kamu repot, sampai membawakan makanan segala, padahal kalau sudah acara selesai nanti saya makan loh" Kata Niko.
"Gak masalah, kamu sakit hati sama perkataan adik saya barusan?" Tanya Tiffany.
Niko menggeleng kepala "Tiba-tiba saya ke-ingat wajah ibu dan ayah saya, makanya saya kesini" Kata Niko.
"..." Tiffany speechless, Niko meraih sendok dan makan tanpa ada obrolan lagi — Sampai Makanan yang di bawa Tiffany habis dimakan oleh Niko.
Tiffany langsung memberi botol minuman air mineral.
Tiffany merasa hatinya tersentuh dengan kondisi yang menimpa Niko, seakan kasihan, sampai dia menawarkan diri sebagai mood booster nya.
"Kalau kamu ada masalah sama hubungan kamu dengan Eca, jangan sungkan untuk lapor ke Fany ya, ganteng" Kata Tiffany.
Niko mengangguk "Sebenarnya hari ini saya ketemu sama pacarnya Eca di pasar tadi"
"Ketemu sama Hanif? Serius?"
"Iya"
"Terus gimana dengan reaksi Eca" Kata Tiffany penasaran.
"Ya gak gimana-gimana, dia kayak ke ganggu sama Hanif, saya melindungi Eca darinya, karena saya juga ga suka tunangan saya di ganggu dengan cara seperti itu" Kata Niko sambil mengupas kulit pisang, lalu memakan buahnya.
"Jangan bilang kamu berantem sama Hanif" Kata Tiffany.
Niko membuang kulit pisang sembarang, lalu menggeleng kepala dengan mulut penuh makanan.
"Pasti yang buat Eca ngambek dadakan, karena kamu ketemu pacarnya kan?" Kata Tiffany.
"Eca marah saat saya menghantam wajah pacarnya dengan penuh emosi" Kata Niko.
"Hm, pantesan" Kata Tiffany.
"Kita kembali kuy kesana, ga enak kalau lama-lama berduaan disini" Sambung Tiffany sambil berdiri dari bangku panjang.
Niko mengangguk lalu menurut, setelahnya Niko berdiri dan berjalan berdampingan dengan Tiffany.
Kulit pisang yang dibuang Niko, tiba-tiba di injak oleh Tiffany dan membuatnya terpeleset.
Niko menutup rahang karena sedang menahan tawa.
"Ni kulit pisang yang kamu buang? — ya ampun kamu ini kalau buang sampah pada tempatnya napa" Omel Tiffany.
Tiffany langsung membuat kulit itu pada tempat sampah dekat taman, kemudian Niko kembali dan menyudahi acara syukuran tersebut.
Malam sudah menunjukkan pukul 21.30, semua orang sudah pulang, Niko di temani Anggi membereskan piring dan tempat prasmanan untuk dimasukan ke dalam rumah.
Saat ingin kembali mengambil sisa piring yang tersisa, Ada Eca yang menghampiri Niko.
Niko menghampiri tanpa ekspresi berlebih seperti biasanya.
"Kenapa Ca?" Kata Niko.
"Saya kesini cuma mau bilang jangan sekali-kali lagi kamu sentuh Hanif dan jangan pernah ikut campur sama urusan saya untuk ke depannya" Pinta Eca.
Niko mengangguk lemah "Iya terus apa lagi mau kamu?" Katanya dengan nada lemah.
"Sudah itu saja" Kata Eca.
"Oke, kalau gitu saya kembali dulu buat masukin piring" Kata Niko.
"Tunggu, saya bantu" Kata Eca.
"Maaf, sebaiknya kamu pulang saja, ini sudah malam, kamu ga perlu mengotori tanganmu yang mulus untuk mengangkat piring kotor yang ada disana" Jawab Niko.
"Oh ya, saya mau nanya tadi waktu sepanjang acara kamu kemana, terus kak Fany juga tiba-tiba hilang" Tanya Eca.
"Beli rokok, nongkrong di Alfamart, dan saya sendirian, saya gak tau kemana kakak kamu pergi" Jawab Niko dengan kebohongan.
"Dih kamu ada acara bukan nya dampingi acara, malah keluyuran" Omel Eca.
Tiffany menghela nafas, lalu keluar dari balik tembok menyeret Eca untuk pulang ke rumah.
bukan om,