Risma begitu syok ketika mengetahui bahwa suaminya yang bernama Radit yang selama beberapa tahun tinggal terpisah darinya karena dia dipindah kerjakan di luar kota ternyata telah menikah lagi di belakangnya. Hati Risma pun bertambah hancur ketika mengetahui bahwa selama sebelas tahun menikah dengan Radit dan mempunyai dua orang anak ternyata Radit tidak pernah mencintainya. Radit tidak bahagia hidup dengannya dan memilih untuk menikahi mantan kekasihnya di masa lalu. Lalu apakah Risma akan sanggup menghadapi pengkhianantan sang suami , dan apakah Risma bisa bertahan hidup bersama Radit setelah diduakan dan dia sadar bahwa cintanya yang begitu besar hanya bertepuk sebelah tangan...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
25. Kekhawatiran Radit
"Aku nggak tahu kalimat apa yang cocok untuk menggambarkan perasaanku saat ini Rin. Hati ini Rasanya sakit sekali. Aku dibohongi oleh orang- orang di sekelilingku Rin. Kalau hanya Umi yang membohongi aku , aku mungkin akan memakluminya. Karena sejak dulu dia memang tidak pernah suka sama aku ..." ucap Risma sambil berbaring di tempat tidur.
"Tapi Abah , Abah yang selama ini memperlihatkan rasa sayang sama aku seperti bapak kandungku sendiri, dia juga ikut membohongi aku. Mereka semua menusukku dari belakang Rin, mereka semua mengkhianati aku....hik..hik..."
"Ris..." ucap Ririn mengusap lengan Risma.
"Mungkin ini semua terjadi karena kesalahanku Rin, selama ini aku begitu sangat mencintai mas Radit, makanya Alloh memberikanku ujian suamiku berselingkuh. Mungkin itu teguran yang Alloh berikan padaku agar aku tidak mencintai sesuatu secara berlebihan karena pada hakikatnya manusia hanya boleh mempunyai rasa cinta yang begitu besar hanya kepada Alloh, bukan kepada yang lain..."
"Iya, sekarang aku baru sadar, kita tidak boleh menyerahkan seluruh hati kita untuk mencintai seseorang tanpa menyisakan sedikit pun untuk diri sendiri. Selama ini aku sudah menyerahkan semua hatiku untuk mas Radit,hingga aku tidak menyadari kalau hal itu telah membuatku terluka..."
"Ris, aku nggak bisa membayangkan jika aku ada di posisi kamu, aku pasti nggak akan kuat. Tapi kamu harus kuat Ris, ada Rafa dan juga Sabila yang masih membutuhkan kamu..." ucap Ririn.
"Sekarang aku mohon sama kamu Ris, untuk saat ini lupakan dulu permasalahanmu dengan mas Radit. Sekarang waktunya kamu untuk memikirkan keadaanmu sendiri Ris. Kamu harus sembuh dulu. Biarkan tubuhmu sehat dulu Ris. Nanti setelah kamu sembuh, kamu boleh memikirkan langkah apa yang akan kamu ambil...." lanjut Ririn.
"Makasih Rin..." Ririn mengangguk.
"Kamu istirahat ya...."
...****************...
Beberapa hari kemudian di hari jumat sore Radit dan Eva pulang ke kota A menggunakan kereta. Pukul delapan malam mereka sampai di stasiun kota A. Mereka berdua lalu naik taksi on line menuju rumah bu Ratna. Di sepanjang perjalanan ke rumah bu Ratna, Radit terlihat gelisah. Sudah beberapa hari ini baik nomor Risma mau pun nomor Rafa masih tidak bisa dihubungi.
"Babby, kenapa...? Kamu terlihat gelisah...?" Eva menggenggam tangan Radit.
"Aku khawatir sama Risma dan anak- anak. Sudah beberapa hari ini mereka tidak bisa dihubungi...." jawab Radit sambil menoleh ke arah Eva.
"Mungkin mbak Risma ngambek..." sahut Eva.
"Ngambek kenapa...?"
"Ya ngambek lah, kamu nggak punya waktu buat dia, karena kamu lebih memilih menghabiskan waktu bersamaku..." Eva menyenderkan kepalanya di pundak Radit.
Radit hanya tersenyum datar mendengar apa yang dikatakan oleh Eva. Tak lama kemudian taksi yang mereka tumpangi sampai di depan rumah bu Ratna. Radit dan Eva turun kemudian masuk ke dalam rumah bu Ratna.
"Assalamualaikum..."
"Waalaikumsalam... Eh kalian sudah sampai, ayo masuk...." bu Ratna menyambut anak dan menantu barunya dengan bahagia.
Setelah berbasa- basi dengan kedua orang tuanya, Radit masuk ke kamar kemudian membersihkan diri. Begitu juga dengan Eva.
"Babby, aku mau pulang ke rumah dulu menemui Risma dan anak- anak, kamu nggak papa kan malam ini aku tinggal, kalau kamu nggak berani tidur sendiri, nanti biar Umi temani kamu tidur..." ucap Radit setelah selesai memakai baju.
"Iya Babby ,nggak papa kamu pulang saja. Temani mbak Risma, kan dia istrimu juga, dia pasti sangat merindukan kamu. Malam ini kamu temani dia ya, kamu kan sudah lama tidak menyentuh dia, pasti kamu juga menginginkannya kan. Siapkan dulu tenagamu siapa tahu kalian mau main- main sampai pagi..." sahut Eva sambil memanyunkan bibirnya.
Radit menghela nafas panjang. Dia tahu istri manjanya itu sedang cemburu.
"Babby... Aku hanya ingin memastikan kalau mereka baik- baik saja..." ucap Radit sambil memegang kedua lengan Eva.
"Kalau mau main- main sama mbak Risma juga nggak papa kok, dia kan juga berhak mendapatkan jatah dari kamu. Nanti kalau kamu nggak ngasih jatah ke dia, dikira aku melarang kamu buat menyentuh dia..." Lagi- lagi Eva memanyunkan bibirnya.
"Jangan cemberut gitu dong Babby..." Radit memegang dagu Eva.
"Aku kan sudah pernah bilang sama kamu kalau aku cuma mau kamu. Aku cuma menginginkan tubuh kamu babby...." Radit mengecup bibir Eva.
"Aku nggak akan melakukan apapun sama Risma, percayalah padaku babby..." ucap Radit sambil menatap mata Eva.
"Kamu yakin...?" tanya Eva.
"Yakin babby, karena aku hanya mau kamu..." jawab Radit.
Eva tersenyum lalu memeluk Radit.
"Aku pergi dulu ya.." Eva mengangguk.
"Hati- hati..."
Radit lalu keluar dari kamar. Di ruang makan bu Ratna sedang menata maknan untuk makan malam. Di sana sudah ada pak Salim dan juga Akbar yang sudah duduk di kursi meja makan.
"Lho Radit, kamu mau ke mana...?" tanya bu Ratna.
"Mau pulang Mi, mau menemui Risma sama anak- anak..." jawab Radit.
"Makan dulu, ini Umi sudah masak banyak khusus buat kamu sama Eva. Panggil Eva ke sini suruh makan..."
"Tapi Mi...
"Udah nggak usah tapi- tapian, cepat panggil istrimu, trus kita makan bareng..."
"Iya Mi...." Radit lalu kembali ke kamar memanggil Eva.
"Radit, Eva, sini duduk, kita makan bareng..." ucap bu Ratna begitu melihat Radit dan Eva keluar dari kamar.
Mereka lalu makan malam bersama.
"Radit, kamu makannya buru- buru banget sih...?" tanya bu Ratna.
"Mas Radit lagi khawatir sama mbak Risma dan anak- anak Mi..." sahut Eva.
"Khawatir kenapa...?"
"Sudah beberapa hari mbak Risma nggak bisa dihubungi..."
"Benar begitu Radit...?" tanya pak Salim.
"Iya Bah..."
"Kenapa..? Kalian habis bertengkar ya...?"
"Nggak kok Bah..."
"Lalu kenapa Risma tidak bisa dihubungi...?"
"Radit juga nggak tahu Bah..."
"Hapenya rusak kali...." sahut bu Ratna.
Setelah makan ,Radit bergegas untuk menemui Risma dan anak- anaknya menggunakan motor Akbar. Sesampainya di depan rumah Radit membuka pintu pagar dan memasukkan motornya ke halaman rumah.
Radit lalu membuka pintu rumah. Rumah terlihat sepi dan lampu di dalam sudah mati semua. Hanya lampu teras saja yang masih menyala. Radit mengira istri dan anaknya sudah tidur.
Radit lalu membuka pintu kamar, tapi dia tidak menemukan Risma di sana. Radit pikir Risma tidur di kamar anak- anak. Kemudian Radit membuka pintu kamu anak- anak. Dan di sana pun Radit tidak menemukan mereka. Radit pun menjadi panik.
"Kok mereka nggak ada di rumah...." gumam Radit.
Radit lalu mengambil ponselnya di saku celananya kemudian menelpon Risma. Tapi tetap saja nomornya tidak aktif.
"Kemana mereka...? Apa mereka pulang ke kampung...?" ucap Radit.
"Apa aku tanyakan saja sama pak Rt..."
Radit lalu keluar dari rumah kemudian menuju ke rumah pak Rt.
"Assalamualaikum..." ucap Radit.
"Waalaikumsalam..." jawab bu rt.
"Eh pak Radit..."
"Iya bu rt..."
"Ada apa pak Radit...?"
"Ini bu, saya mau tanya, apa ibu tahu ke mana Risma sama anak- anak pergi...?" tanya Radit.
"lho, memangnya pak Radit nggak tahu bu Risma ada di mana...?" bu Rt balik bertanya.
"Nggak bu, saya baru pulang dari kota B, memangnya mereka pergi ke mana bu...?"
"Ya ampun pak Radit, kan bu Risma ada di rumah sakit..."
"Apa...? Risma ada di rumah di sakit...? Siapa yang sakit...? "
"Astagfirullohalazim pak Radit ini gimana sih. Kan sudah empat hari bu Risma dirawat di rumah sakit. Dia sakit pak..."
"Sakit apa bu....?" Radit terlihat mulai cemas.
Bu Rt menghela nafas panjang. Lalu bu Rt menceritakan pada Radit apa yang terjadi dengan Risma. Setelah mendengar cerita bu Rt, Radit menjadi semakin cemas dan khawatir.
"Lalu bagaimana keadaan Risma sekarang bu...?"
"Dua hari lalu sih waktu saya menjenguk dia masih belum baik. Nggak tahu kalau sekarang..."
"Risma dirawat di rumah sakit mana bu...?"
Bu Rt lalu memberitahu Radit di mana Risma dirawat.
"Ya udah terima kasih ya bu, saya akan ke rumah sakit sekarang...." ucap Radit.
"Lebih baik besok saja pak Radit ke rumah sakitnya. Sekarang sudah malam, jam besuknya sudah habis. Percuma saja pak Radit ke sana sekarang ,nggak bakalan bisa masuk. Kan peraturan di rumah sakit itu ketat. Mending besok saja pak Radit..." ujar bu Rt.
Radit menghela nafas, lalu mengangguk.
"Oya bu, kalau Rafa sama Sabila ,apa mereka ikut ke rumah sakit juga...?"
" Setahu saya sih Rafa sama Sabila nginap di rumah temannya bu Risma..."
"Nginap di rumah temannya Risma...? Maksudnya, Ririn...?"
"Saya nggak tahu namanya pak..."
"Apa ibu tahu di mana alamat rumah Ririn...?"
"Aduh, kalau soal itu sih saya nggak tahu pak..."
"Baik lah bu. Kalau begitu saya pulang dulu terima kasih informasinya .."
"Iya silahkan pak Radit..."
Radit lalu pergi dari rumah pak Rt. Kemudian Radit kembali ke rumah bu Ratna.
"Lho Radit, kamu kok balik ke sini lagi....? Abah pikir kamu nginep...?" tanya pak Salim yang masih duduk bersama Eva dan bu Ratna di teras rumah.
Radit lalu ikut bergabung dengan mereka duduk di teras.
"Apa Abah dan Umi nggak tahu kalau Risma masuk rumah sakit...?" tanya Radit.
"Apa...? Risma masuk rumah sakit...?" pak Salim kaget. Begitu juga dengan bu Ratna dan Eva.
"Iya Bah, kata bu Rt sudah empat hari Risma dirawat..."
"Risma sakit apa Dit...?" pak Salim terlihat cemas.
"Radit kurang tahu Bah, kata bu Rt Risma ditemukan pingsan di dalam kamar..." jawab Radit.
"Ya Alloh...trus keadaan dia gimana...? kenapa kamu nggak langsung ke rumah sakit sekarang...?" tanya pak Salim.
"Tadinya Radit mau langsung ke sana Bah , tapi kata bu Rt ini sudah kemalaman , jam besuknya sudah habis. Jadi Radit besok saja ke rumah sakitnya..."
"Trus anak- anak di mana Dit...?" tanya bu Ratna.
"Katanya sih mereka nginap di rumah temannya Risma, mungkin di rumahnya Ririn..."
"Apa...? nginap di rumah Ririn...? Risma itu otaknya ada di mana sih, masa anak- anak dititipkan sama orang lain. Kenapa nggak dianterin ke sini saja sih...?" bu Ratna terlihat kesal.
Radit hanya menghela nafas panjang.
"Risma itu emang suka ngeselin, bikin emosi saja, masa nitipin anak sama orang lain. Nanti kalau mereka di sana terlantar bagaimana ..? " ucap bu Ratna bukannya mengkhawatirkan keadaan Risma malah menyalahkannya.
"Ya nggak mungkin lah Mi, kalau Risma menitipkan mereka di sana berarti dia sudah dipercaya sama temannya itu..." sahut pak Salim.
"Tapi kan jadinya merepotkan Bah...." ucap bu Ratna.
"Radit, sudah sana kamu jemput anak- anak kamu..." ujar bu Ratna.
"Tapi Radit nggak tahu alamat rumahnya Ririn Mi...?" jawab Radit.
"Kamu ini gimana sih..." sahut bu Ratna kesal.
"Sudahlah Mi, Radit capek, mau istirahat... Ayo Babby ,kita ke kamar..." ucap Radit meraih tangan Eva lalu masuk ke dalam kamar.
Sampai di dalam kamar Radit langsung merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Perasaan Radit campur aduk, antara khawatir, cemas, dan merasa bersalah pada Risma.
Radit pun ingat satu minggu lalu Rafa pernah menelponnya dan memberitahu jika Risma sakit. Tapi saat itu Radit terlalu sibuk dengan pekerajaan kantor sehingga dia tidak sempat untuk bicara sama Risma. Dan hari berikutnya dia sudah lupa kalau Risma sakit sehingga dia tidak menghubunginya.
Dan sekarang tiba- tiba dia diberi tahu kalau Risma masuk rumah sakit, tentunya Radit merasa bersalah.
"Babby, kamu pasti lagi memikirkan mbak Risma ya....?" tanya Eva sambil membaringkan tubuhnya di samping Radit. Lalu Eva memiringkan tubuhnya kemudian memeluk Radit.
"Iya, aku jadi merasa bersalah sama Risma, aku sebagai suaminya, malah tidak ada saat dia lagi membutuhkanku...." jawab Radit.
"Ya kan karena kamu jauh babby, jadi kalau kamu tidak tahu keadaan mbak Risma ya wajar saja. Lagian mbak Risma sendiri yang nggak ngasih tahu kalau dia masuk rumah sakit. Dihubungi juga nggak bisa kan..." sahut Eva.
"Harusnya kalau waktu itu dia menghubungi kamu, tapi kamu nggak sempat mengangkat telpon darinya, kan dia bisa meninggalkan pesan, kasih tahu kamu kalau dia masuk rumah sakit. Tapi nggak kan, dia malah nggak bisa dihubungi...." ucap Eva.
"Mungkin dia kesal karena waktu itu kamu nggak angkat telpon darinya, trus dia sengaja mematikan ponselnya supaya kamu nggak bisa menghubunginya. Biar kamu merasa bersalah, jadi seolah- olah kamu yang salah Babby..." lanjut Eva.
Radit menghela nafas panjang.
"Sudahlah babby,kamu nggak usah khawatir, mbak Risma kan sudah ada di rumah sakit, sudah ditangani oleh dokter, jadi tidak perlu dicemaskan lagi. Sekarang kamu tidur saja istirahat, kamu capek kan...? Besok kamu baru ke rumah sakit jenguk mbak Risma..." ucap Eva.
"Iya Babby...." jawab Radit.
"Ya udah sekarang tidur..." ucap Eva sambil memeluk Radit.
Radit mengecup kening Eva lalu mereka tidur saling berpelukan.
Bersambung....
Gilak sih Radit jahat banget jadi suami
semoga ja si Radit dpt karmanya