NovelToon NovelToon
Mawar Kuning Berdarah

Mawar Kuning Berdarah

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Dokter Genius / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / TKP / Psikopat itu cintaku
Popularitas:477
Nilai: 5
Nama Author: Faustina Maretta

Arka, detektif yang di pindah tugaskan di desa terpencil karena skandalnya, harus menyelesaikan teka-teki tentang pembunuhan berantai dan seikat mawar kuning yang di letakkan pelaku di dekat tubuh korbannya. Di bantu dengan Kirana, seorang dokter forensik yang mengungkap kematian korban. Akankah Arka dan Kirana menangkap pelaku pembunuhan berantai?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Faustina Maretta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Menyatakan perasaan

Arka menatap papan investigasi di ruang kerjanya dengan penuh perhatian. Ia mencoba menyambungkan semua petunjuk, tetapi seolah-olah selalu ada satu bagian yang hilang. Di sampingnya, Kirana berdiri dengan tangan terlipat, matanya memindai foto-foto korban.

"Arka," panggil Kirana tiba-tiba. "Menurutmu, apakah mungkin korban pertama memiliki pola yang sama seperti pria yang ditemukan pagi tadi?"

Arka menoleh, menarik napas dalam-dalam. "Apa maksudmu?"

"Perselingkuhan," jawab Kirana. "Kita tahu pria ini terbunuh setelah pertengkarannya dengan kekasihnya soal perselingkuhan. Bagaimana dengan korban pertama? Apakah dia juga terlibat dalam kasus serupa?"

Arka mengernyitkan dahi, mencoba mengingat detail laporan korban pertama. "Korban pertama adalah seorang laki-laki, tapi dia tidak mempunyai keluarga. Orang-orang sekitar tempat tinggalnya juga tidak tahu tentang laki-laki itu apakah memiliki seorang kekasih atau tidak."

Kirana mendekat ke papan investigasi, menunjuk foto korban pertama. "Mungkin kita perlu menggali lebih dalam tentang kehidupan pribadinya. Jika ada pola, itu bisa menjadi kunci untuk menemukan pelaku."

Arka terdiam sejenak, lalu mengangguk. "Kau benar. Kita perlu tahu lebih banyak tentang hubungan korban pertama sebelum kematiannya."

---

Arka dan Bayu pergi ke tempat tinggal korban pertama yang di temukan di tengah hutan untuk bertemu dengan tetangga yang mungkin memiliki informasi baru. Kirana tetap di kantor untuk meninjau laporan otopsi korban pertama.

Saat Arka berbicara dengan salah satu tetangga, ia mendapatkan informasi menarik.

"Tetangga sebelah sering bertengkar dengan seseorang di telepon," ujar tetangga itu. "Saya tidak tahu siapa, tapi dari suaranya, sepertinya seorang wanita. Beberapa hari sebelum dia meninggal, saya mendengar dia mengatakan sesuatu dengan nada tinggi."

Arka mencatat informasi itu, pikirannya mulai memutar teori baru.

Kembali di kantor, Kirana menghubungi Arka. "Aku menemukan sesuatu di laporan otopsi pertama. Ada bekas luka lama di pergelangan tangannya, seperti tanda bekas borgol. Itu tidak relevan saat itu, tetapi sekarang aku pikir mungkin ada hubungannya."

"Borgol?" tanya Arka dengan nada penasaran.

"Ya. Jika dia memiliki hubungan yang tidak sehat, itu bisa menjelaskan banyak hal."

Arka mengangguk meski Kirana tidak bisa melihatnya. "Aku akan segera kembali. Kita perlu menyusun semuanya."

Kirana mengambil kunci mobilnya lalu pergi ke kantor polisi untuk membantu Arka memecahkan teka-teki ini.

Arka dan Kirana duduk di depan papan investigasi, mencatat semua informasi baru.

"Korban pertama memiliki bekas luka lama, mungkin tanda hubungan penuh kendali," kata Kirana. "Dan pria tadi malam terbunuh setelah pertengkaran soal perselingkuhan. Pola ini mengarah pada hubungan yang bermasalah, baik dari korban pertama maupun korban kedua."

Arka memandang Kirana dengan kekaguman yang tersembunyi. "Aku harus mengakui, kehadiranmu membuat penyelidikan ini lebih terarah. Kau memberikan perspektif yang segar."

Kirana tersenyum samar. "Aku hanya mencoba membantu."

Namun, di balik senyumnya, Kirana tahu ada lebih banyak yang dia sembunyikan. Mawar kuning di meja kerjanya terasa seperti peringatan diam yang terus mengingatkannya bahwa dia tidak sepenuhnya netral dalam kasus ini.

"Arka," katanya, berusaha menutupi pikirannya. "Kita harus melihat ke dalam hubungan para korban. Ada kemungkinan ini adalah pekerjaan seseorang yang mencoba menghukum mereka."

"Seperti pembalasan dendam?" tanya Arka.

"Ya, atau mungkin seseorang dengan keyakinan moral yang melenceng," jawab Kirana.

Arka termenung. "Baiklah. Kita akan fokus pada pola ini. Dan kita harus segera menyelidiki latar belakang Rina lebih dalam. Jika ada hubungannya dengan korban pria tadi, kita mungkin lebih dekat menemukan pelakunya."

Kirana mengangguk, meskipun dalam hatinya ia merasa semakin terpojok. Semakin banyak petunjuk yang ditemukan, semakin sulit baginya untuk menjaga rahasianya tetap tersembunyi.

Arka bersandar di kursinya, memperhatikan Kirana yang sedang membereskan berkas di meja. Jam di dinding menunjukkan hampir pukul sepuluh malam. Suasana kantor semakin sunyi, hanya suara detik jam dan lembaran kertas yang saling bersahutan.

"Kirana," panggil Arka tiba-tiba, memecah keheningan.

Kirana mengangkat wajahnya. "Ya, Arka? Ada yang bisa aku bantu lagi?"

Arka menggeleng pelan. "Tidak. Aku hanya ingin memastikan kau pulang dengan aman. Hari sudah larut, dan aku khawatir kalau kau harus menyetir sendiri. Tinggalkan saja mobilmu di sini, biar aku antar pulang."

Kirana tersenyum, mencoba menolak dengan halus. "Terima kasih, Arka, tapi saya tidak ingin merepotkan. Aku bisa pulang sendiri, kok."

Namun, Arka bersikeras. "Aku tidak akan merasa tenang kalau kau tetap pulang sendiri. Situasi tidak aman, apalagi dengan kasus yang sedang kita tangani."

Melihat kesungguhan di mata Arka, Kirana akhirnya menyerah. "Baiklah, kalau kamu memang tidak keberatan."

Arka tersenyum kecil. "Ayo, aku ambil mobil."

Perjalanan menuju tempat tinggal Kirana berlangsung dalam keheningan. Hanya suara mesin mobil yang mengisi ruang di antara mereka. Arka melirik Kirana beberapa kali, yang tampak memandang keluar jendela, tenggelam dalam pikirannya.

"Kirana," ujar Arka, memecah keheningan.

Kirana menoleh. "Ya, Ada apa?"

"Terima kasih sudah membantu banyak hari ini. Aku tahu kau pasti lelah."

Kirana tersenyum lembut. "Tidak apa-apa. Aku senang bisa membantu. Lagipula, ini bagian dari pekerjaanku untuk mengungkap siapa pelakunya."

Arka mengangguk, tetapi dalam hatinya ia tahu Kirana telah melakukan lebih dari sekadar pekerjaannya. Ada dedikasi dan ketulusan yang membuatnya semakin menghargai wanita itu.

Mobil berhenti di depan sebuah rumah kecil dengan taman sederhana di depannya. Kirana membuka sabuk pengaman, lalu menoleh ke Arka. "Terima kasih sudah mengantarku, Arka. Maaf merepotkan."

"Tidak merepotkan sama sekali," jawab Arka sambil tersenyum. "Aku hanya ingin memastikan kau sampai dengan aman."

Kirana keluar dari mobil, tetapi sebelum menutup pintu, ia kembali menatap Arka. "Hati-hati di jalan, Arka."

Arka mengangguk, tetapi entah mengapa ia merasa berat untuk pergi begitu saja. "Kirana," panggilnya tiba-tiba, membuat wanita itu berhenti.

"Ya?" tanya Kirana, sedikit bingung.

Arka turun dari mobil dan berjalan mendekatinya. "Aku ... sebenarnya ingin mengatakan sesuatu."

Kirana mengernyit, tetapi bibirnya membentuk senyuman kecil. "Apa itu, Arka?"

Arka berdiri di hadapannya, memandang matanya dengan serius. "Kau tahu, aku jarang mempercayai orang dengan mudah. Tapi denganmu, entah kenapa aku merasa bisa berbagi segalanya. Kau bukan hanya rekan kerja yang hebat, tapi juga seseorang yang membuatku merasa dihargai."

Kirana terdiam, matanya membesar karena terkejut. "Arka ...,"

"Aku tahu ini mungkin tidak tepat untuk diucapkan sekarang," lanjut Arka, suaranya lebih pelan. "Tapi aku ingin kau tahu, kehadiranmu sangat berarti untukku."

Sejenak, hanya suara angin malam yang terdengar. Wajah Kirana memerah, tetapi ia berusaha menutupi kegugupannya dengan senyuman. "Terima kasih, Arka. Aku tidak tahu harus berkata apa."

Arka tersenyum lembut. "Kau tidak perlu berkata apa-apa. Aku hanya ingin kau tahu."

Mereka berdiri dalam keheningan, saling menatap dalam suasana yang penuh arti.

"Baiklah," ujar Kirana akhirnya, mencoba memecah suasana. "Kalau begitu, aku masuk dulu. Kamu hati-hati di jalan, ya."

Arka mengangguk. "Sampai jumpa besok, Kirana. Ah, besok pagi aku akan menjemputmu."

"Baiklah, sampai jumpa besok," jawab Kirana sebelum masuk ke dalam rumahnya.

Arka kembali ke mobilnya dengan senyum kecil di wajahnya. Malam itu terasa berbeda, dan ia tahu bahwa perasaannya terhadap Kirana semakin tumbuh.

To be continued ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!