seorang gadis dari zaman modern, yang melakukan touring di salah satu gunung tertinggi yang ada di Indonesia. dan menyebabkan dirinya meninggal setelah berhasil menaklukkan gunung tertinggi itu.
namun, arwah yang ditarik itu, bukannya pergi kealam baka, malah melakukan perjalanan waktu ke dunia yang lampau, yang mungkin hanya ada dalam sejarah.
ia, sang gadis bernama Aryani mayora merasuki tubuh seorang ibu yang kejam, yang tega menyiksa anak kandung sendiri tanpa ampun. nama wanita itu adalah Anarawati.
lalu, bagaimana kah Kisah Aryani setelah mengambil alih jasad ibu kejam itu.?? yuk.. disimak..🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nisa saumatgerat, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28. memandikan bayi
Akhirnya anara tersenyum kemudian melihat kembali ke arah yoga yang berjalan sambil menggendong adik bungsunya itu. Lagi-lagi anara dibuat terhenyak melihat pemandangan tersebut, anak yang seharusnya gizi terpenuhi dan dilindungi serta dirawat oleh kedua orang tuanya, malah terlantar seperti ini.
" Bibi, kenalkan ini adik bungsuku. Ia sedang sakit.." anara melihat anak kecil yang begitu sangat kurus berada dalam gendongan yoga. yoga memperkenalkan adiknya dengan ekspresi yang begitu sedih yang tampak jelas dalam sorot mata anak tersebut.
melihat itu, anara berjalan sedikit, Kemudian dengan perlahan anara langsung mengambil alih anak tersebut dan membawanya dalam gendongannya. Kemudian anara mencari sebuah tempat duduk yang yang nyaman, kemudian membawa anak-anak itu duduk bersamanya.
"Nakula, Sadewa, keluarkan semua makanan yang tadi kalian beli di pasar dan berbagilah dengan saudara kalian. Kita makan di sini saja ya." Ujar anara kepada anak kembarnya itu.
Nakula dan Sadewa langsung menganggukkan kepala mereka dengan cepat. keduanya langsung mengeluarkan beberapa bungkus makanan yang mereka beli di pasar. Sementara yoga dan Sekar hanya saling pandang memandang.
"Sekar, yoga. Bibi ingin mengatakan sesuatu. Bibi juga hidup tidak terlalu baik, tapi kalau untuk makan, bibi masih bisa menghasilkannya. Dan bibi memutuskan, Apakah kalian ingin ikut pada bibi untuk tinggal bersama..?? bibi akan menjaga kalian dan menggantikan kedua orang tua kalian. Mau ya.. ?? tinggal di sini tanpa orang dewasa sangat tidak aman nak.." ujar anara dengan perasaan tangis yang tertahan.
Sebenarnya anara ingin menangis tersedu-sedu melihat kehidupan ketiga anak ini, apalagi anak kecil yang berada di dalam gendongannya. Mendengar penuturan antara, yoga dan Sekar saling memandang satu sama lain.
"Bibi, Apakah benar bibi ingin kami tinggal pada bibi. Kami takut merepotkan bibi nanti.." ujar yoga sebagai anak yang tertua. sorot mata yang dipancarkannya berubah menjadi bahagia namun sekaligus ragu. orang tua mereka saja menjual dan tak menginginkan mereka, Lalu bagaimana orang lain yang tidak memiliki hubungan darah dengan mereka, mau menampung mereka di rumahnya.
"Tidak apa-apa nak. Lebih baik kalian merepotkan bibi saja daripada harus tinggal di sini tanpa pengawasan orang tua." Ujar anara lagi. mendengar penuturan antara, sorot mata yoga kembali ceria.
Tanpa banyak drama, yoga dan Sekar pun akhirnya setuju dan menganggukkan kepala mereka.
"Baik bi, Kami mau. Terima kasih bibi mau menampung kami.." ujar yoga dengan mata yang berkaca-kaca. Anara pun langsung mengusap kepala yoga dan Sekar bergantian.
"Ya sudah, kalian makanlah terlebih dahulu. Biarkan bibi memberikan minuman yang ada kepada adik kalian." Ujar anara kepada kedua anak itu.
Anara pun langsung memasukkan tangannya ke dalam sebuah keranjang, setelah itu keluarlah susu yang lengkap dengan dotnya. Kemudian ia langsung mengarahkannya ke arah mulut anak tersebut. Anak itu yang merasakan sesuatu mengenai mulutnya langsung melahapnya tanpa ampun. Anara yang melihat hal itu tentu saja senang.
(Minumlah yang banyak.. agar kamu bisa tumbuh dengan baik) batin anara.
Sementara susu tersebut sudah ia campur dengan air suci untuk menyegarkan dan menyembuhkan sakit dari dalam. Namun ia tak memberikan porsi yang banyak karena mungkin akan berakibat fatal kepada anak kecil. Setelah mereka rasa telah selesai, anara pun langsung mengajak anak-anaknya pulang ke desa buangan sambil menggendong anak kecil tersebut.
***
Kini anara dan anak-anaknya telah sampai di desa buangan dan menuju gubuk mereka. Walaupun terlihat sangat sederhana tapi rumah gubuk itu masih sangat layak dihuni, dibandingkan dengan gubuk yang anak-anak tempati di tengah hutan yang berseberangan dengan kota.
"Ayo anak-anak, masuk dan pergilah untuk bersih-bersih. Nakula Sadewa, ajarkan Kak yoga dan juga Kak Sekar untuk mandi ya dan menggunakan peralatan mandi. Ibu akan menyiapkan baju untuk kalian.." ujar anara kepada kedua putranya.
"Baik bu. Ayo Kak." Ujar Nakula dan Sadewa mengajak yoga dan Sekar ke tempat pemandian.
Sementara anara, Ia memilih untuk membaringkan si kecil kripla di atas peraduan terlebih dahulu. Walaupun tubuh kripla belum sepenuhnya sehat, namun tangannya sudah bergerak aktif.
"Kamu di sini dulu ya sayang.. ibu akan menyiapkan baju untukmu dan kakak kakakmu." Ujar anara sambil menenggelamkan satu kecupan sayang di dahi anak kecil itu.
Anak kecil yang sudah berusia 2 tahun itu seharusnya sudah bisa berjalan dan merangkak ke mana-mana, tapi karena kondisi tubuh dan kesehatan yang tidak memadai, beginilah Ia sekarang. Namun anara tidak akan membiarkan anak-anaknya kekurangan gizi, ia akan mengupayakan apapun untuk mensejahterakan kelima anaknya itu.
Dengan segera anara pun langsung berlalu, Ia berada di sudut ruangan lain dan mengeluarkan beberapa baju untuk anak-anak dan juga baju untuk klipla. Tak lupa anara juga mengeluarkan kasur santai dari dalam ruang dimensi dan juga selimut selimut tebal sekaligus dengan bantal-bantalnya. Sampai saat ini, ia sendiri belum menyadari Dari mana asal ruang dimensinya.
Karena cincin yang saat ini melingkar di jarinya sudah tidak menampakkan wujudnya lagi, cincin itu telah berubah menjadi transparan dan masuk ke dalam kulit jari-jari anara. Tapi anara tak ambil pusing mengenai hal itu, yang penting saat ini adalah merawat kelima anak-anak tersebut. Setelah anara menyiapkan pakaian-pakaian untuk anak-anaknya, kini Ia kembali beralih ke tempat di mana kripla dibaringkan. Anara akan langsung memandikan anak bungsunya itu.
"Atuh tuh. Ayo anak ibu mandi dulu ya sayang..." Ujar anara yang sudah menyiapkan se baskom air hangat untuk menyeka badan kripla. kripla Yang sedang dimandikan oleh anara, hanya memandang wajah anara dengan tatapan yang begitu sulit diartikan. Bahkan anara juga tak segan-segannya mengajak ngobrol anak tersebut.
"kripla, Kenapa tatap Ibu seperti itu nak...?? Wajah Ibu jelek ya.. mmm..." Ujar anara melayangkan senyum ke arah anak bungsunya itu. kripla yang mendengar penuturan sang Ibu langsung tersenyum dan terkekeh.
"Bu...Bu.." ujar kripla dengan bahasa bayinya. Anara yang mendengar suara kikikan kripla terdengar sangat imut di telinganya langsung tersenyum senang. Jujur saja saat ini hatinya sedang berbunga-bunga melihat anak ini.
"Iya sayang, ini Ibu.. ibunya kripla, Kak Sekar dan kak yoga. Dan juga ibunya Kak Nakula dan Kak Sadewa. Gimana mau kan jadi anak ibu... Ih tuh.. gemes banget..." Ujar anara sambil tangannya terus menyeka tubuh kripla tanpa henti.
Tak lama Ia pun selesai menyekan badan kecil kurus itu. Dengan hati-hati anara mengangkat kripla dan meletakkannya Kembali ke tempat semula dan langsung dibungkus dengan handuk kering. Ia pun kemudian menyingkirkan baskom yang baru ia gunakan untuk menyekat tubuh anak kecil itu. Setelah itu, Ia memasangkan baju untuk Kripla. Saat anara sedang memasangkan baju untuk si bungsu, suara ribut-ribut pun terdengar, sepertinya anak-anak telah selesai mandi.
"Ibu, kami sudah selesai mandi.." ujar Nakula kepada ibunya.