Gendhis Az-Zahra Bimantoro harus menerima takdir kematian ayahnya, Haris Bimantoro dalam sebuah kecelakaan tragis namun ternyata itu adalah awal penderitaan dalam hidupnya karena neraka yang diciptakan oleh Khalisa Azilia dan Marina Markova. Sampai satu hari ada pria Brazil yang datang untuk melamarnya menjadi istri namun tentu jalan terjal harus Gendhis lalui untuk meraih bahagianya kembali. Bagaimana akhir kisahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Akhirnya Bisa Bebas
Renan kembali datang ke rumah di mana Khalisa dan Marina tinggal, rumah itu menjadi saksi kekejaman dua iblis betina dalam menyiksa Gendhis dan Bismo dan membuat Renan tidak habis pikir pada mereka berdua. Kedatangannya kali ini tentu saja untuk memberikan cara lain supaya Gendhis dan Bismo bisa keluar dari rumah neraka ini. Khalisa dan Marina nampak tak suka saat Renan masuk ke dalam rumah ini dan bersiap untuk mengusirnya namun sebelum sempat mereka mengusir tentu saja Renan mengatakan bahwa ia datang untuk melakukan negosiasi.
"Saya datang untuk memberikan penawaran pada kalian berdua."
Marina dan Khalisa nampak saling bertukar pandang dan nampak penasaran dengan penawaran apakah gerangan yang hendak pria ini lakukan pada mereka. Renan kemudian memberikan sebuah surat kontrak untuk mereka tanda tangani yang mana Marina dan Khalisa bisa mendapatkan saham 10 persen di saham perusahaan keluarganya, G Group. Mereka juga dijanjikan investasi menarik di sebuah proyek energi terbarukan di,Brazil dengan total keuntungan 1 juta USD. Marina dan Khalisa sontak terkejut dengan nominal uang 1 juta USD yang dapat mereka dapatkan.
"Tapi tentu saja ada harga yang harus dibayar, saya mau kalian lepaskan Gendhis dan Bismo baru tanda tangan kontrak kerja sama ini."
"Kenapa kami harus tanda tangani ini?!" ujar Marina kesal.
"Tanda tangan saja! Apakah kalian tidak mau keuntungan 1 juta dollar setiap bulan?!"
Khalisa mengatakan pada Marina untuk tak perlu berpikir panjang dan lebih baik tanda tangan saja kontrak kerja sama ini karena Gendhis dan Bismo juga tak ada nilainya lagi untuk mereka.
"Baiklah saya tanda tangani," ujar Khalisa bahagia.
Renan tersenyum melihat Khalisa menandatangani perjanjian itu. Renan menjelaskan bahwa ia akan membawa Gendhis dan Bismo keluar dari rumah ini dan membawanya pergi jauh dari Indonesia dan mereka tidak akan mengusik Marina dan Khalisa lagi.
"Kalian akan bebas, mereka sekarang ada di bawah tanggungan saya sekarang."
"Kamu bisa jamin kan?" tanya Marina curiga.
"Tentu saja."
****
Sao Paolo menjadi saksi di mana Bismo dan Gendhis menata hidup mereka setelah kekejaman Marina dan Khalisa yang membuat trauma. Bismo bisa berjalan lagi dan tubuhnya normal seperti sedia kala dan semua karena Renan yang memberikan perawatan dan terapi dari dokter terbaik di Brazil, pria itu tulus membantu Gendhis dan Bismo yang kini ada di bawah pengawasannya.
Di sebuah rumah sederhana namun penuh kehangatan di Sao Paulo, Gendhis merayakan ulang tahunnya yang ke-25. Senyum bahagia terpancar dari wajahnya, menandakan bahwa ia telah berhasil melewati masa-masa sulit dan kini siap menatap masa depan yang lebih cerah.
Bismo, sang kakak tercinta, selalu berada di sisinya, memberikan dukungan dan cinta kasih yang tak terhingga. Mereka berdua telah melalui banyak hal bersama, dan kini mereka semakin kuat dan saling melengkapi.
Renan, pria yang telah mencuri hatinya, juga hadir di sana, memberikan pelukan hangat dan ucapan selamat yang tulus. Gendhis merasa sangat beruntung memiliki Renan di sisinya. Pria itu telah membuktikan bahwa ia adalah sosok yang bertanggung jawab dan penuh kasih sayang.
Tak hanya itu, Pedro dan Suzanna, orang tua Renan, juga turut hadir dalam perayaan tersebut. Mereka telah menjadi bagian penting dalam hidup Gendhis dan Bismo, memberikan mereka dukungan dan cinta kasih seperti keluarga sendiri.
"Selamat ulang tahun, Gendhis," kata Pedro, dengan senyum yang lebar. "Kami sangat bahagia bisa merayakan hari bahagiamu bersama kamu."
"Semoga kamu selalu diberikan kebahagiaan dan kesehatan," timpal Suzanna, dengan nada yang penuh kasih sayang.
Gendhis merasa terharu dengan kehadiran orang-orang yang ia cintai di hari spesialnya. Ia tidak menyangka bahwa hidupnya akan berubah menjadi lebih baik setelah ia meninggalkan Indonesia.
"Terima kasih semuanya," kata Gendhis, dengan suara yang bergetar. "Saya sangat beruntung memiliki kalian dalam hidup saya."
Perayaan ulang tahun Gendhis berlangsung dengan meriah. Mereka semua tertawa, bernyanyi, dan menari bersama. Gendhis merasa sangat bahagia dan bersyukur atas semua yang telah ia dapatkan.
Malam itu, Gendhis bermimpi indah tentang masa depannya. Ia melihat dirinya menjadi seorang wanita sukses dan bahagia. Ia juga melihat Bismo dan Renan selalu berada di sisinya, memberikan dukungan dan cinta kasih yang tak pernah terhingga.
Gendhis bangun dengan perasaan yang lega dan bahagia. Ia tahu, ia telah menemukan kebahagiaannya di Sao Paulo. Ia tidak akan pernah melupakan masa lalunya yang kelam, namun ia juga tidak akan membiarkan masa lalu itu menghantuinya. Ia akan terus melangkah maju, meraih impiannya, dan menjalani hidup yang lebih baik.
****
Dengan hati yang penuh cinta dan keyakinan, Renan akhirnya melangkah maju untuk mewujudkan janjinya kepada mendiang Haris, ayah Gendhis. Ia telah memantapkan hatinya untuk melamar Gendhis, wanita yang telah menemaninya dalam suka dan duka, dan yang telah menjadi bagian penting dalam hidupnya.
Di sebuah taman yang indah di Sao Paulo, dengan latar belakang pemandangan yang menakjubkan, Renan berlutut di hadapan Gendhis, mengeluarkan sebuah kotak kecil berisi cincin berlian yang berkilauan. Gendhis, yang terkejut dan terharu, tidak bisa menahan air matanya yang mulai menetes.
"Gendhis," kata Renan, dengan suara yang lembut dan penuh kasih sayang. "Aku tahu, kita telah melalui banyak hal bersama. Kita telah menghadapi cobaan dan rintangan yang berat, namun cinta kita tetap bertahan. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Maukah kamu menikah denganku?"
Gendhis, yang sudah tidak bisa berkata-kata, hanya bisa mengangguk dan mengulurkan tangannya. Ia menerima lamaran Renan dengan hati yang penuh kebahagiaan. Ia tahu, Renan adalah pria yang tepat untuknya, pria yang akan selalu ada di sisinya, dan pria yang akan memenuhi janjinya kepada ayahnya.
"Aku mau, Renan," kata Gendhis, dengan suara yang bergetar. "Aku mau menikah denganmu."
Renan memasangkan cincin berlian itu di jari manis Gendhis, dan kemudian memeluknya dengan erat. Mereka berdua merasakan kebahagiaan yang tak terhingga. Mereka tahu, mereka telah menemukan cinta sejati mereka.
Kabar bahagia ini pun segera menyebar ke seluruh keluarga dan sahabat mereka. Semua orang merasa senang dan terharu dengan keputusan Renan dan Gendhis untuk menikah. Mereka semua tahu, pasangan ini adalah pasangan yang sangat cocok dan saling mencintai.
Persiapan pernikahan pun dimulai. Gendhis dan Renan ingin pernikahan mereka menjadi momen yang tak terlupakan bagi mereka dan bagi semua orang yang mereka cintai. Mereka memilih tempat yang indah dan romantis untuk acara pernikahan mereka. Mereka juga memilih gaun pengantin dan jas yang elegan dan mewah.
Hari pernikahan pun tiba. Gendhis terlihat sangat cantik dan anggun dalam balutan gaun pengantin putihnya. Renan juga terlihat tampan dan gagah dalam balutan jas hitamnya. Mereka berdua berjalan menuju altar dengan langkah yang mantap dan penuh keyakinan.
Di hadapan pendeta dan para tamu undangan, Renan dan Gendhis mengucapkan janji suci mereka untuk saling mencintai dan setia dalam suka dan duka. Mereka berdua berjanji akan selalu ada untuk satu sama lain, apapun yang terjadi.
Setelah mengucapkan janji suci, Renan dan Gendhis bertukar cincin dan kemudian berciuman dengan penuh cinta dan kasih sayang. Semua tamu undangan bertepuk tangan dan bersorak gembira. Mereka semua mendoakan kebahagiaan dan keberkahan bagi pasangan pengantin baru itu.