Umurnya baru saja sembilan belas tahun, tinggal satu semester lagi akan lulus dari kuliahnya, Stefanie di seret paksa dari asrama kampusnya.
Karena kakaknya melarikan diri, di hari pernikahannya, Stefanie terpaksa jadi pengantin pengganti, menggantikan kakaknya.
Stefanie mencoba berontak, tidak ingin menggantikan kakaknya, menikah dengan pria calon kakak ipar yang belum ia kenal.
Tapi, karena Ibunya mengatakan, hanya sebagai pengganti sementara saja, sebelum kakaknya kembali, Stefanie terpaksa setuju menikah dengan calon kakak Iparnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 27.
Christopher membawa sesuatu dalam tangannya, lalu kembali duduk di tepi tempat tidur.
"Apakah kau sudah menemukan, sesuatu yang istimewa pada kalung itu?" tanya Christopher.
Ia melihat Stefanie, hanya menimang kalung itu dalam telapak tangannya, tidak begitu memperhatikan bentuk, motif atau pun desain kalung itu.
Christopher meraih tangan Stefanie, lalu mengambil kalung itu, dan kemudian memperlihatkan sesuatu yang berbeda pada kalung itu.
"Lihat!" ucap Christopher, menunjuk ukiran namanya pada kalung tersebut.
Mata Stefanie nanar memandang, apa yang di perlihatkan Christopher pada kalung yang di pegang pria itu.
Mata Stefanie berkedip membaca ukiran nama seseorang di kalung tersebut, yang tanpa sadar bibirnya bergumam membaca nama itu.
"Pier?"
"Ya, itu nama panggilan, yang kau sematkan padaku saat aku remaja, nama dari akhir kata Christopher, tapi kau memanggil dengan sebutan Pier, karena saat itu kau tidak lidahmu tidak dapat menyebutkan dengan kata Pher!" kata Christopher menerangkan arti dari nama 'Pier' yang ada pada kalung itu.
Lama Stefanie menatap kalung itu, ia sudah lama menyimpan kalung tersebut di dalam kotak kayu miliknya, tapi ia tidak pernah berpikir, kalau kalung itu sangat berarti.
"Dan, ini gelang pemberianmu, coba perhatikan... di sekitar sini!" Christopher memperlihatkan benda, yang baru ia ambil dari ruang kerjanya.
Mata Stefanie kembali nanar melihat tulisan, yang di perlihatkan Christopher, pada sebuah gelang yang menurut Stefanie tidak menarik sama sekali.
Stefanie melihat sebuah tulisan kecil, dan nyaris tidak terlihat, kalau tidak di perhatikan dengan jelas.
"Nie!" gumam Stefanie membaca tulisan kecil pada gelang tersebut.
"Itu nama panggilan yang biasa Mama mu panggil, saat kau masih kecil!"
Stefanie mengamati dengan teliti, gelang yang di perlihatkan Christopher, dengan pikiran bingung, karena tidak mengingat akan masa kecilnya.
Melihat Stefanie terlihat tidak menunjukkan respon, akan gelang pemberian nya sendiri, Christopher beralih ke kotak kayu milik Stefanie.
Christopher meraih foto masa kecil mereka, "Apakah kau masih tidak ingat denganku? ini.. aku dan kau saat masih kecil!"
Christopher menunjuk dua anak kecil, berbeda usia dalam foto yang ia pegang, yang membuat mata Stefanie, langsung menunjukkan respon.
Stefanie menatap foto tersebut, yang jelas sekali ia ingat akan foto itu.
Foto Ibu dan Neneknya, tapi lupa dengan beberapa orang, yang ada dalam foto tersebut.
"Ja.. jadi, ini adalah kau?" tanyanya nanar, menatap wajah lelaki remaja dalam foto, lalu menatap Christopher bergantian.
"Iya, ini saat kita bertemu di kampung Kakekku, dan kampung kelahiran Mama mu!" kata Christopher menjelaskan.
"Ba.. bagaimana bisa? aku pikir mereka ini saudara jauh Mamaku, yang tidak aku ketahui di mana mereka sekarang!" ucap Stefanie bergetar.
Selama ini, ia menduga foto masa kecilnya itu, foto bersama saudara Ibunya yang tidak ia ketahui lagi, di mana keberadaan mereka.
Terkadang kalau ia sedang sedih, foto itu ia tatap dengan lekat, berharap dapat bertemu lagi dengan mereka.
Ia ingin menceritakan betapa ia menderita, selalu di tindas oleh Ibu tiri dan kakak tirinya.
Tangan Stefanie bergetar memegang foto itu, ia tidak menduga, anak lelaki remaja yang ada di foto itu, sekarang ada di depannya.
Ia melupakan momen mereka saat kecil dulu, ia hanya mengingat akan Ibu dan Neneknya saja.
Karena selama ini Ayah, Ibu tiri dan kakak tirinya, selalu menyebutkan akan Ibu dan Neneknya saja.
Stefanie begitu terharu akan penjelasan Christopher, menjelaskan tentang siapa anak lelaki remaja, yang berdiri di sampingnya, dalam foto yang ia pegang.
Mata Stefanie terasa panas, sudut matanya perlahan berkabut, dan kabut itu perlahan menjadi air mata.
Christopher melihat tangan Stefanie bergetar, dan ia kemudian menatap wajah Stefanie, yang terpaku menatap foto tersebut.
Perasaan Christopher membuncah, melihat Stefanie diam-diam menangis, ia begitu senang akhirnya Stefanie mengenali dirinya.
"Nie!" ucap Christopher lembut, "Apakah kau sudah mengingatnya?"
Stefanie menggelengkan kepalanya, ia tidak ingat akan Christopher saat remaja, tapi penjelasan Christopher membuat Stefanie senang.
Karena ia akhirnya, bertemu dengan anak lelaki remaja, dalam foto keluarganya tersebut.
Air mata Stefanie semakin deras mengalir, ia seperti bertemu dengan salah satu keluarga nya, yang selama ini ia cari.
"Nie... " gumam Christopher melihat bahu Stefanie mulai bergetar.
Air mata Stefanie perlahan turun dengan derasnya, dan tangannya menggenggam foto yang ia pegang dengan erat.
"Nie... " panggil Christopher, lalu menarik tubuh gadis itu ke dalam dekapannya.
Dan, tangis Stefanie pun meledak, ia kemudian membalas pelukan Christopher.
Hati Stefanie begitu bahagia, ia tidak menyangka, ternyata Christopher anak lelaki dalam foto jadul keluarganya.
Bersambung.....