NovelToon NovelToon
Kukira Bad Boy Ternyata Sad Boy

Kukira Bad Boy Ternyata Sad Boy

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Balas dendam pengganti
Popularitas:16.6k
Nilai: 5
Nama Author: Puput

Untuk mengungkap penyebab adiknya bunuh diri, Vera menyamar menjadi siswi SMA. Dia mendekati pacar adiknya yang seorang bad boy tapi ternyata ada bad boy lain yang juga mengincar adiknya. Siapakah pelakunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 15

"Pak Novan? Kenapa gue nggak boleh bilang sama Pak Novan?"

Vera menatap Sagara penuh kebingungan, mencoba mencari jawaban di wajah pria itu. Namun, Sagara hanya duduk diam, pandangannya tetap lurus ke depan. Seakan pertanyaan Vera tidak berarti apa-apa baginya.

"Saga?" Vera mendesak lagi, kali ini suaranya lebih pelan dan penuh tuntutan. "Kenapa?"

Sagara masih belum langsung menjawab. Ia menghela napas panjang sebelum akhirnya membuka suara, nada suaranya terdengar dalam dan dingin. "Awalnya, gue curiga sama Dwiki. Dia dulu pernah suka sama Rhea. Tapi setelah gue pikir-pikir lagi, mereka nggak pernah benar-benar dekat. Gue rasa, Dwiki bukan orangnya."

Vera mengerutkan kening. "Iya, gue tahu itu."

Sagara menoleh sekilas padanya sebelum mengangkat sudut bibirnya dalam seringai samar. "Gue curiga sama Pak Novan."

Vera terhenyak. Matanya melebar, seakan baru saja mendengar sesuatu yang mustahil. "Apa?! Saga, lo bercanda, kan? Pak Novan itu walinya Rhea. Dia yang selalu urus semuanya buat Rhea di sekolah."

"Justru itu," kata Sagara pelan, tatapannya kembali mengarah ke depan. "Rhea pernah bilang ke gue kalau Pak Novan bakal jadi kakak iparnya. Dia pacar lo kan, makanya lo gak curiga sama sekali. Dia yang ngurusin segala keperluan Rhea dan setiap hari sangat dekat. Biasanya orang terdekat yang patut dicurigai."

Vera menggeleng cepat, mencoba menyangkal. "Gak mungkin! Pak Novan orang baik, dia nggak akan pernah menyakiti Rhea!"

Sagara menoleh kembali, kali ini tatapannya tajam dan penuh sindiran. "Kenapa nggak mungkin? Karena dia pacar lo?" Dia mendengus kesal. "Lo nggak bisa menilai seseorang cuma dari seberapa baik dia ke lo. Banyak orang yang keliatannya baik, tapi di belakang lo, mereka bisa aja jadi orang yang berbeda."

Vera mengepalkan tangannya, merasa terpojok. "Gue... gue cuma yakin dia nggak mungkin sejahat itu. Kalau lo nggak percaya, gue bisa cari tahu sendiri!"

Sagara kembali menyandarkan punggungnya ke tembok, nada suaranya kembali dingin. "Kalau lo nggak mau kerja sama, terserah. Gue juga bisa cari tahu sendiri."

Vera terdiam, pikirannya berkecamuk. Dia ingin percaya pada Novan, tapi entah kenapa, kata-kata Sagara tadi mulai merayapi pikirannya, membuatnya merasa ragu.

"Tapi gue curiga sama Evan."

Sagara langsung menoleh cepat. "Evan?"

"Iya," Vera mengangguk, mencoba mengatur pikirannya. "Evan pernah belajar bareng Rhea di rumah. Gue inget waktu itu Rhea bawa buku catatan temennya yang selalu juara. Dan tadi gue lihat tulisan tangan Evan itu sama persis."

Sagara mengernyitkan dahi, mencoba mengingat. "Iya, Evan memang pernah ngajarin Rhea Matematika. Tapi menurut gue, dia nggak mungkin pelakunya."

"Gue akan menyelidiki Evan," kata Vera.

"Oke. Kita selidiki Evan dulu. Kalau dia bukan pelakunya, baru kita cari tahu soal pacar lo."

"Gue yakin Evan yang melakukannya," ucap Vera yakin. "Mas Novan baik banget sama gue dan Rhea. Dia nggak pernah macam-macam sama gue, apalagi sama Rhea."

Sagara memandangnya lama, lalu tertawa pelan. "Benar begitu?" katanya pelan dan penuh tantangan. "Kita lihat saja nanti."

Vera terdiam, giginya menggigit bibir bawahnya. Ada rasa tidak nyaman yang mulai merayapi hatinya.

Sagara lalu mengubah topik pembicaraan mereka. "Jadi, lo udah berhenti menyelidiki Dwiki?"

Vera menghela napas sebelum mengangguk. "Iya. Dengan semua masalah keluarga yang Dwiki hadapi sekarang, gue nggak yakin dia sempat mikirin hal lain. Dia cuma anak yang terluka dan mengalihkan kesedihannya dengan kenakalan. Tadi dia masuk rumah sakit gara-gara ditendang ayahnya sendiri."

Sagara mendengus pelan. "Sudah gue duga. Dwiki cuma korban broken home. Gue juga nggak pernah terlalu menanggapi serius apa yang dia lakukan ke gue."

Keheningan di antara mereka semakin pekat. Vera menatap ujung sepatunya, pikirannya masih berputar pada pembicaraan barusan. Sagara tetap bersandar pada tembok dengan tatapan kosong, seolah sedang menyusun strategi di kepalanya tak peduli dengan pelajaran yang sedang berlangsung saat ini.

Mereka sudah terlalu lama di tempat itu, tapi tak satu pun dari mereka beranjak. Seakan ada sesuatu yang menahan langkah mereka untuk kembali ke ruang kelas.

Namun, keheningan itu tiba-tiba terpecah oleh suara langkah kaki yang semakin mendekat. Mereka berdua spontan menoleh ke arah sumber suara. Mereka melihat Novan yang berjalan mendekat.

Tatapan Novan tertuju langsung pada mereka, terutama pada Vera, yang kini terlihat sedikit gelisah. Dia melangkah mendekat dengan tenang, menyapu mereka dengan sorot matanya yang dalam.

"Kenapa kalian di sini? Bolos?" suaranya terdengar datar, nyaris tanpa emosi.

Vera menelan ludah. Ada sesuatu dalam tatapan Novan yang membuat dadanya sedikit berdebar. Apa Novan mendengar semua pembicaraannya dengan Sagara.

"Kalian kembali ke kelas sekarang!" suruh Novan dengan tegas.

Tanpa berkata apa pun, Sagara langsung bangkit dari tempatnya dan berjalan lebih dulu menuju tangga. Dia tidak peduli dengan keberadaan Novan saat ini.

Vera hendak menyusul, tapi sebelum dia sempat melangkah, Novan menahan pergelangannya. Cengkraman itu tidak kuat, tapi cukup untuk menghentikan langkahnya.

Vera menoleh dan menemukan mata Novan menatapnya dengan sorot yang sulit diartikan.

"Jangan terlalu dekat dengan Saga," kata Novan. Kalimat itu meluncur dari bibirnya dengan rendah, tetapi cukup tajam untuk membuat Vera membeku di tempat.

Vera menatap Novan dengan kening berkerut. Ada sesuatu di balik kata-kata itu, sebuah peringatan? Kekhawatiran? Atau justru sesuatu yang lain? Apa Novan cemburu dengannya?

Vera ingin bertanya. Tapi, sebelum dia sempat membuka mulut, cengkraman di pergelangannya dilepaskan.

Novan melangkah mundur, memberi isyarat agar Vera segera kembali ke kelas.

Dengan perasaan tak menentu, Vera akhirnya berjalan menyusul Sagara. Tapi dalam hatinya, sebuah pertanyaan besar terus berputar.

Kenapa Novan tidak ingin dia dekat dengan Sagara?

1
jaran goyang
𝙬𝙤𝙬... 𝙢𝙩 𝙭𝙖𝙣.... 𝙜𝙠 𝙣𝙮𝙖𝙜𝙠𝙖 𝙮𝙖
Anggraheni Novitasari Dewi
lanjut kak
Ayu Ning Ora Caantiikk
saga untung kmu tepat waktu
Salim S
apakah saga dan kawan kawan bisa menolong vera dan dwiki...kita tunggu apakah akan sat set atau berlarut larut sampai episode 30 baru kebongkar semua?sabar...namanya juga cerita tentang balas dendam jadi harus sabar..
ok lanjuuut...
mbok Darmi
semoga novan tertangkap dan dibikin setengah hidup dulu sebelum diserahkan ke polisi, jgn lupa kumpulkan semua bukti penjahat kelamin ini biar lumutan di penjara
olip
lnjut...bcax smbil dag dig dug,,snam jntung thor ..
Soraya
pasti kepergok novan
jaran goyang
𝙖𝙥 𝙠𝙝 𝙢𝙪𝙡𝙪𝙨 𝙠𝙖𝙪 𝙠𝙡𝙪𝙖𝙧 𝙩𝙖𝙪 𝙩𝙙𝙠
jaran goyang
𝙨𝙥𝙧𝙩 𝙣𝙮 𝙞𝙗𝙪 𝙣𝙮 𝙣𝙤𝙫𝙖𝙣 𝙩𝙧𝙡𝙞𝙗𝙖𝙩 𝙟𝙜
jaran goyang
𝙢𝙩 𝙠𝙖𝙪
Ayu Ning Ora Caantiikk
waaah akirnya ktemuu
Salim S
apakah akan mulus..?ooh tidak semudah itu ferguso...pasti akan banyak drama...sebelum semuanya terbongkar6vo terbongkar
Giandra
semoga aman dan Sagara segera datang
Soraya
masih teka teki
mbok Darmi
novan bodoh kelihatan banget dia panik makanya jebak dwiki dia ngga tau vera dan sagara sdh curiga semoga rencana Sagara berhasil membongkar dalang yg menghamili rhea feeling ku ttp novan penjahat kelamin nya berkedok menjaga calon adik ipar ternyata di embat juga
Salim S
sampai bab 23 masih muter muter terlalu berbelit belit tapi masih di tunggu bagaimana akhirnya demi keturunan arsen naya...
Ayu Ning Ora Caantiikk
semoga cepet ktangkp plkunya
Han*_sal
apakah novan??????
Rohmi Yatun
menarik 👍👍💪
Salim S
lanjuuut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!