Jalan buntunitulah yang Vania rasakan. Vania adalah gadis muda berusia 17 tahun, tapi takdir begitu kejam pada gadis muda itu. Di usianya yang belia dia harus menikahi kakak iparnya yang terpaut usia 12 tahun di atasnya karena suatu alasan.
Saat memutuskan menikah dengan kakak iparnya, yang ada di fikiran Vania hanya satu yaitu membantu Papanya. Meski tidak menginginkan pernikahan itu, Vania tetap berharap Bagas benar-benar jodohnya. Setelah menikah dengan Kakak Iparnya ternyata jauh dari harapan Vania.
Jalan berduri mulai di tempuh gadis remaja itu. Di usia yang seharusnya bersenang-senang di bangku sekolah, malah harus berhenti sekolah. Hingga rahasia besar terkuak. Apakah Vania dan Bagas berjodoh? Yok simak kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon tindek_shi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesepakatan
"Mas Saya mohon tolong bantu saya. Saya tidak tahu harus meminta bantuan pada siapa Mas,"
"Anak! Kamu sanggup memberi saya Anak?" tanya Bagas.
Gadis muda itu terdiam antara shok dan bingung dengan apa yang di maksud oleh kakak iparnya ini.
"Apa maksud Mas Bagas?" tanya gadis itu bingung.
"Aku ingin memiliki anak, kakak mu melahirkan bayi dari hasil hubungan gelapnya bersama pria bajingan itu! Aku sangat ingin memiliki keturunan. Bukan hanya aku tapi Ayah dan Ibu ku juga menginginkan cucu. Tapi kau tentu tahu Adrian itu bukan lah anak ku!"
Bagas mengatakan sambil menatap dangan tatapan menerawang ke depan. Masih basah di ingatannya bagaimana dia memperlakukan Jihan layaknya Ratu saat hamil Adrian dan fakta menyakitkan yang harus dia terima bukan hanya kehilangan Jihan tapi juga Adrian yang bukan darah dagingnya.
Gadis muda itu terdiam dia tertegun masih belum konek dengan maksud dari pria yang sebentar lagi akan menjadi mantan kakak iparnya ini.
"Aku masih bing..." Perkataan Vania terputus saat Bagas tiba di belakangnya dan meraba perut datar gadis yang menggunakan gamis dan kerudung dalam itu.
"Maksudku aku ingin anak dari mu Vania! Anak kandungku yang lahir dari rahimmu? Apa kamu sanggup?"
Tanya Bagas seraya menyeringai, dia tahu pasti bagaimana keluarga mantan istrinya itu. Semuanya adalah penjilat dan tentunya gadis kecil ini hanyalah ular yang berpakaian syar'i seolah menunjukkan jika dia gadis baik-baik.
"Apa Mas Bagas akan menikahi ku? Mas Bagas bahkan belum sah bercerai dari kak Jihan!" kata Vania dengan sarkas pada Bagas.
Bagas menampakkan senyuman iblisnya. Dia mendekat dan membisikkan kata-kata yang mampu membuat Vania merasa terhantam ribuan palu. Harga dirinya dan kehormatqnnya seolah di renggut paksa saat mendengar perkataan Bagas padanya.
"Siapa bilang aku akan menikahimu gadis kecil? Aku ingin menggaulimu hingga kau hamil tanpa menikahimu... Bukankah kau dan kakakmu bisa dengan mudah bertelan jang di depan pria yang bukan suaminya? Aku bahkan ragu kau masih original? Sudah berapa orang yang menggunakan tubuhmu manis? Aku yakin...."
Plak
Tidak sampai Bagas menyelesaikan ucapannya tamparan sudah mendarat di pipi Bagas yang di hiasi bulu-bulu tipis di wajahnya.
Wajah Bagas memerah menahan amarah. Dia sangat ingin menampar kembali calon mantan Adik Iparnya ini. Akan tetapi Bagas masih punya kesadaran diri jika dia seorang laki-laki. Pantang baginya jika dia main tangan pada seorang perempuan.
"Ternyata begini dirimu yang sesungguh nya Mas? Sampai hati kamu menyamakan aku dan kakak ku bahkan di saat pertama kali kita bertemu? Tidak semua orang sama, bahkan yang terlahir kembarpun pasti ada bedanya Mas!" Tekan Vania pada Bagas.
"Jika kau sudah tahu siapa aku, silahkan keluar aku yakin kau belim lupa jalan keluar dari ruangan ini!" Bagas mengatakannya tanpa menoleh ke belakang.
"Nikahi aku!" lirih Vania akhirnya.
Mata gadis itu sudah berembun, dia tidak menyangka jika ulah keji kakaknya membuat Papa dan Mama serta dirinya jadi begini. Vania sangat membenci sang kakak, lebih dari apapun. Masih terbayang wajah aunty and Unclenya di Kairo dan juga janjinya yang mungkin entah kapan bisa ia tepati.
"Aku setuju membeti Mas Bagas keturunan tapi sesuai dengan syariat, nikahi aku baik-baik." Vania mengulang penjelasannya.
Bagas tertawa lebar dan membalikkan badannya. Di tatapnya gadis kecil dengan gamis merah muda dan jilbab senada itu sinis.
"Benarkan perkataanku? Kau dan Jihan kakakmu tidak ada bedanya. Kau sama murahannya dengan Jihan kakakmu!"
Bagas mendekat dan mencengkram pipi chaby gadis di depanya hingga membuat Vania meringis.
"Dengar! Jika pun aku menikahimu, tidak akan ada pernikahan yang layak untuk seorang gadis murahan seperti mu Nona. Aku hanya akan menikahimu secara rahasia dan juga pernikahan siri. Bagaimana apa kau setuju?" tanya Bagas pada gadis muda di depannya.
"Bagaimana dengan kedua orang tuamu Mas Bagas? Aku yakin mereka tidak akan ingin pernikahan anak semata wayangnya di lakukan secara tersembunyi? Sedangkan Mas Bagas sendiri adalah pengusaha paling tersohor di Negeri ini?" Tanya Vania seraya meringis karena Bagas belum melepas cengkramannya pada pipi Vania, meski Vania sudah berusaha melepaskan diri dari Bagas.
Bagas melepaskan wajah Vania secara kasar lalu tertawa menggelegar dan di akhiri dengan tatapan sinis pada Vania.
"Jika aku tidak salah ingat anak bungsu Mama Bio yang hampir terlupakan karena sangat-sangat jarang pulang ini bernama Vania, benar?" tanya Bagas dengan sarkas.
"Menikahi gadis ataupun wanita dari keluarga kalian bukanlah suatu kehormatan bagi keluarga ku Nona Vania. Tapi aib! Aib! Kau tahu? Seluruh Negeri ini tahu kasus yang menimpa kakak Mu Jihan dan Darren! Karena tidak tahan cercaan orang-orang akan cinta terlarang mereka hingga mereka harus menghilang bagai di telan bumi, apa kau sadar itu Nona?"
"Dan lagi pernikahan ku denganmu aku sangat yakin Orang tuaku sangat menentangnya. Tapi meski begitu, pernikahan kita cukup setara dengan biaya pengobatan ayahmu yang sedang sekarat dan juga perusahaan parasit yang keluarga kalian miliki!" kata Bagas.
"Kenapa harus menyangkut pautkan perusahaan Papa dan pernikahanmu dengan Kak Jihan? Apa kau tahu ini sangat keterlaluan! Kau..."
Perkataan Vania terputus karena perkataan Bagas.
"Karena tua bangka itu memaksakan pernikahan antara Jihan dan aku! Kau tahu aku menjadikan Jihan ratu di hatiku, tapi wanita sia lan itu malah mengkhianati aku dengan mengandung anak pria lain!" Bagas mengatakan kekesalannya dengan penuh penekanan di setiap perkataan yang dia katakan.
"Baik aku setuju menikah siri dengan Mas Bagas tapi biaya operasi Papaku?"
"Aku akan menyuruh Alan mengurusnya dengan mu,"
"Alan keruanganku sekarang!" kata Bagas melalui sambungan seluler di ruangannya.
"Malam nanti jam 8 malam kau harus temui aku di kantor! Aku akan menikahimu secara siri di rumah kedua orang tuaku!" kata Bagas dengan wajah datar pada Vania.
Vania hanya menganggukkan kepala, dia pasrah apapun yang akan terjadi pada kehidupannya.
🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
Sementara di negeri ujung sana Aunty dan Uncle dari Vania sama sekali tidak tahu apa-apa yang terjadi dengan sang keponakan tersayang. Walau kabar tentang perselingkuhan Jihan sudah sampai ke telinga Aunty dari Vania itu, tapi dia tidak terllau mengubris masalah yang menimpa Jihan.
Hal itu tentu saja di karenakan Jihan memang selalu menjadi kesayangan Nyonya Vio dan Tuan Damar sejak awal sehingga Jihan sudah biasa di manja. Lain halnya dengan Vania, gadis manis yang berusia 17 tahun itu sekolah di Kairo saat mendapat beasiswa untuk melanjutkan Senior High School di Kairo.
Karena itulah Vania sangat dekat dengan Aunty dan Unclenya. Karena memang di sanalah dia benar-benar di anggap seorang anak.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁
Di sebuah rumah megah di mana orang tua dari Bagas sebagai orang nomer 1 di dunia bisnis Negeri ini tinggal, terlihat terjadi perdebatan.
"Kenapa harus putri dari seorang Damar lagi yang kau pilih Bagas? Mama tidak habis pikir dengan pilihan Mu ini?"
"Papa tidak ikut campur, yang bersalah di sini Jihan. Bukan keluarganya jadi tidak bijak jika kita melibatkan 1 keluarga hanya untuk kesalahan satu orang!"
"Papa ini kenapa sih? kok malah belain mereka?" kesal mama dari Bagas.
"Bukan begitu Ma, kita punya seorang putri. Bagaimana jika posisinitu di balikkan? Bagaimana jika Shopia yang berada di posisi Vania? Apa Mama rela?"
"Itu tidak akan pernah terjadi!" tekan Mama dari Bagas.
"Aku sudah punya rencana sendiri dalam pernikahan ini Ma, Pa. Jadi Mama dan Papa tidak usah khawatir, aku tidak akan terpedaya oleh keluarga ular itu lagi!"
"Penghulunya sudah datang Tuan, " Mbok Darmi datang melapor ke Tuan dan Nyonya serta Tuan Mudanya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Jauhkan Hamba dr siksa neraka spt ini ya Tuhan