Apa hal yang paling menyeramkan di dunia ini?
Mungkin jika Zahra ditanya hal itu maka ia akan menjawab bahwa pernikahan beda agama adalah yang paling berat sekligus menyeramkan. Jangankan untuk menjalani, bahkan untuk membayangkannya 'pun Zahra tidak mampu. Namun garis takdir berkata jika jalan ini memang harus Zahra lalui, yaitu menjadi pengantin pengganti untuk atasannya yang memiliki keyakinan berbeda dengannya.
Lalu akan seperti apakah kehidupan rumah tangga mereka berlayar? Apakah dalam pelayaran dalam biduk rumah tangga ini mereka akan menemui pelangi, atau justru rintangan badai yang akan mereka jalani? Ikuti kisah selengkapnya eksklusif hanya di Noveltoon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu jagad 02, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Pret...
Wajah cantik Alora sudah tidak nampak lagi sekarang, sebab ia tengah mengeluarkan seluruh tenaganya yang tersisa untuk mengejan, sebab perutnya teras diaduk-aduk setelah sebelumnya memakan seblak level lima milik Zahra. Bahkan, ia tidak ingat lagi, sudah keberapa kali ia bolak-balik ke toilet ini untuk menuntaskan hajatnya.
Tok... Tok...
"Al, apa kau sudah selesai?" tanya Zahra dari luar.
"Belum," jawab Alora terbata, sebab saat ini ia masih terus mengejan.
Tidak lama berselang, akhirnya sakit di perut Alora mulai mereda. Ia keluar dari toilet dan mengusap dahinya yang mengeluarkan keringat dingin. Bertepatan dengan itu, Jonathan, Jordan dan Paulus masuk ke dalam rumah dan mendapati Zahra dan Alora di depan toilet.
"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Jo.
"Mmm Alora— Alora!" pekik Zahra saat Alora hampir saja jatuh, beruntung Jordan segera menangkapnya.
"Kenapa badanmu bisa dingin seperti ini?" tanya Jordan pada Alora, tetapi Alora sudah terlihat sangat lemas dan tidak mampu untuk menjawab.
"Tadi aku meminta Alora memakan seblak level pedas," ucap Zahra.
"Astaga Kakak Ipar, Alora menderita asam lambung." ucap Jordan khawatir. Dengn segera Jordan menggendong kekasihnya dan membawanya ke kamar.
Setelah kepergian Alora dan Jordan, Zahra langsung mendekati Jonathan dengan perasaan bersalah. "Jo, bagaimana ini? Aku tidak tahu kalau Alora menderita asam lambung. Tadi, aku hanya berniat mengerjainya saja karena dia sudah mengerjai kita beberapa kali, tapi ternyata akibat perbuatanku justru sangat fatal."
"Sudah, tidak apa-apa, kalau kau tahu, kau tidak mungkin melakukan ini," ucap Jo menenangkan. Ia lantas melirik Paulus, "Tolong panggilkan Dokter untuk menangani Alora."
"Baik, Tuan Muda."
Zahra, Jonathan langsung menuju kamar Alora, tidak lama setelah itu, Dokter Kinan juga datang dan memeriksa keadaan Alora.
"Tidak ada yang perlu di khawatirkan, Nona Alora hanya kekurangan cairan tubuh karena terlalu banyak mengeluarkan cairan tadi. Aku akan meresepkan obat untuknya dan silahkan tebus di apotek terdekat nanti." ucap Dokter Kinan.
"Baik, terima kasih, Dokter Kinan."
...•••***•••...
Zahra duduk di atas sajadah dalam balutan mukena berwarna putih, mulutnya terus melantunkan ayat suci Al-Qur'an yang saat ini di hadapannya. Setelah beberapa saat, akhirnya Zahra menutup Al-Qur'an-nya, bertepatan dengan itu ponselnya berdering dan tertera kontak bertuliskan Abi di sana, dengan segera Zahra mengangkat panggilannya.
"Assalamu'alaikum, Abi." salam Zahra.
"Wa'alaikum Salam. bagaimana kabar di sana, sehat?" tanya Umi Hanifah.
"Umi? Alhamdulillah Zahra sehat, Umi."
"Alhamdulillah," Terdengar helaan napas lega dari seberang telepon sana. "Oh iya, bulan ramadhan nanti puasanya di kota atau pulang kampung?" tanya Umi Hanifah.
"Mmm belum tahu, Umi. Tapi sepertinya akan sama seperti tahun-tahun sebelumnya, paling dua puluh tujuh puasa baru bisa pulang." terang Zahra.
"Oh, ya sudah tidak apa-apa, yang penting selalu jaga Shalat, kalau bisa puasa juga jangan bolong-bolong, dan yang paling penting selalu jaga kesehatan ya."
"Iya Umi, Inshaa Allah Zahra tidak akan lupa pesan-pesan Umi."
"Ara dimana—" Jo menahan ucapannya saat melihat Zahra yang sedang berbicara di telepon.
"Zahra, suara siapa itu, Nak?" tanya Abi Umar. Tampaknya kedua orang tua Zahra ini sedang mendengarkan telepon bersama-sama, dan saat mendengar suara Jonathan tadi, Abi umar langsung bersuara.
"Ammm itu... Itu suara bos Zahra, Abi." jawab Zahra jujur.
"Suara bos? Kau sedang lembur?"
"Iya, Abi." jawab Zahra ragu. Sebab, dengan mengatakan iya, maka ia sudah membohongi Umi dan Abinya. Tetapi jika ia jujur, maka masalahnya akan semakin rumit.
"Ya sudah, mungkin bos-mu ada pekerjaan untukmu, kalau begitu Umi dan Abi tutup dulu teleponnya ya, Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikum Salam."
double up