Setelah malam naas penjebakan yang dilakukan oleh Adik tirinya, Kinanti dinyatakan hamil. Namun dirinya tak mengetahui siapa ayah dari bayi yang dikandungnya.
Kinanti di usir dari rumah, karena dianggap sebagai aib untuk keluarganya. Susah payah dia berusaha untuk mempertahankan anak tersebut. Hingga akhirnya anak itu lahir, tanpa seorang ayah.
Kinanti melahirkan anak kembar, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kehadiran anak tersebut mampu mengubah hidupnya. Kedua anaknya tumbuh menjadi anak yang genius, melebihi kecerdasan anak usianya.
Mampukah takdir mempertemukan dirinya dengan laki-laki yang menghamilinya? Akankah kedua anak geniusnya mampu menyatukan kedua orang tuanya? Ikuti kisahnya dalam karya "Anak Genius : Benih Yang Kau Tinggalkan."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SyaSyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Orang Tua Gio dengan Kembar dan Kinanti
"Tuan, sebentar lagi perusahaan akan berulang tahun. Apa Tuan berencana mengadakan acara seperti tahun-tahun sebelumnya?" tanya Erland.
Setiap tahunnya Gio beserta orang tuanya selalu mengadakan perlombaan anak-anak dan juga santunan anak yatim piatu. Kedua orang tua Gio sejak lama sangat menginginkan seorang cucu, mereka sangat menyukai anak kecil. Sayangnya sang anak sampai saat ini belum mau menikah, membuat mereka belum bisa mendapatkan cucu.
"Nanti saya coba bicarakan dulu sama Mama dan Papa. Bagusnya adakan lomba apa ya? kebetulan di sini ada Satria dan adiknya. Bagaimana kalau kita mengundang mereka juga untuk ikut lomba?" ucap Gio.
"Menari dan menyanyi mungkin Tuan. Saya suka gemas melihat anak kecil yang pintar menari dan menyanyi. Duh, saya jadi ingin cepat-cepat punya anak," ujar Erland.
"Ya sudah sana cepat kamu menikah, biar kau tak jadi bujang lapuk. Lama-lama burungmu karatan, karena tak pernah di asah," sindir Gio.
"Sama dong Tuan kita," sahut Erland sambil terkekeh dan langsung mendapatkan tatapan tajam dari Gio. Hingga akhirnya Erland memutuskan untuk pergi dari ruangan bosnya. Jika tidak, dia pasti akan menjadi sasaran empuk bosnya.
Hari ini Kinanti berniat mengajak kembar ke makam orang tuanya dengan diantar Agung. Kinanti juga berencana ingin mengobrol banyak dengan Agung.
"Mas, maaf. Mas tunggu di hotel saja ya! Soalnya aku mau di jemput Kak Agung. Dia mau mengantarkan aku ke makam ayah aku dan juga sekalian aku ke makam bunda," ujar Kinanti dan Dimas mengiyakan. Dimas meminta Kinanti untuk memanggil dirinya dengan panggilan Mas, karena status mereka bukan lagi bos dan pegawai.
Rencananya Kinanti mau mengantarkan Satria dulu ke kantor Gio. Setelah itu mereka, barulah ke makam orang tua Kinanti. Kinanti juga berniat mendatangi rumah orang tuanya yang saat ini dikuasai ibu dan adik tirinya.
Kini Kinanti baru saja sampai di perusahaan Gio. Dia menyuruh Agung menunggu di parkiran. Setelah mengantarkan Satria bertemu Gio atau Erland, Kinanti akan langsung pergi kembali.
Seperti biasanya, jantung Gio akan berpacu dengan cepat saat melihat Kinanti. Sepertinya Gio sudah jatuh cinta pada Kinanti. Ada getaran tersendiri, saat dia melihat wajah cantik Kinanti. Selama ini dia tak pernah seperti ini, membuat mamanya menuduh kalau dirinya gay.
Ternyata Kinanti pun merasakan hal yang sama, tetapi dia langsung menepisnya. Karena dia sudah memutuskan untuk menjadi single mom dan tak akan menikah dengan pria manapun. Dia takut suaminya tak menerima kehadiran kembar, hingga membuat dirinya harus terpisah dari kedua anaknya, dan Kinanti tak mau hal itu terjadi.
"Tuan, maaf. Saya titip Satria dulu ya! Saya tak bisa menemani Satria di sini. Karena banyak urusan yang harus saya selesaikan selama saya berada di Jakarta," ungkap Kinanti.
"Bun, aku sama kakak juga ya di sini. Temani kakak," ujar Bunga. Tentu saja membuat Kinanti merasa kesal dengan sikap Bunga, karena berulah lagi. Dia takut kalau Bunga akan menggangu Gio lagi.
"Tidak! Kamu ikut sama Bunda saja. Kakak biar sendiri saja, nanti setelah urusan Bunda sudah selesai. Kita jemput kakak," ujar Kinanti. Bukannya mengerti, Bunga justru merengek dan bahkan menangis. Membuat Gio merasa tak tega, padahal kerjaannya saat itu menumpuk.
"Bunga, kenapa sih kamu itu selalu menguji kesabaran Bunda? Kasihan Om Gio lagi sibuk, nanti dia terganggu kalau kamu di sini. Tuh kamu lihat, di mejanya banyak berkas-berkas," Kinanti mencoba memberi pengertian. Jika dibandingkan Satria, Kinanti sering kali beradu argumen dengan Bunga. Dia pun tak tahu, sebenarnya Bunga itu menurun siapa. Karena dia adalah wanita yang pendiam.
Gio sampai geleng-geleng melihat perdebatan Kinanti dengan Bunga. Tanpa sadar senyuman terbit di sudut bibirnya. Merasa menghangat. Gio membayangkan kalau mereka adalah keluarga, terjadi perdebatan di dalam rumah.
Kinanti pamit pulang, dia menggendong paksa Bunga. Melihat itu, Gio langsung spontan bangkit dari tempat duduknya dan langsung menghampiri Kinanti. Kemudian menarik tangan Kinanti. Tindakan Gio membuat Kinanti kaget setengah mati.
"Kasihan. Biar Bunga sama saya saja di sini. Saya tak merasa terganggu. Justru saya merasa senang, bisa dekat Bunga. Kalau Ibu mau pergi, silahkan pergi saja. Saya tak keberatan kok kalau harus menjaga Bunga," ujar Gio.
"Tapi ...," ucapan Kinanti terhenti, karena Gio mencoba memberi pengertian semua akan baik-baik saja. Tentu saja membuat Bunga merasa senang.
"Terima kasih Ayah. Bunga sayang sama Ayah," ucap Bunga sambil mengecup kedua pipi Gio. Saat ini Bunga sudah dalam gendongan Gio. Sikap Bunga tentu saja membuat melongo kedua orang tuanya.
"Bunga," ucap Kinanti kesal, yang kini menatap tajam ke anaknya. Sedangkan Bunga justru menunjukkan jari lentiknya berbentuk huruf V sambil terkekeh. Membuat Gio tersenyum dengan sikap Bunga. Ini adalah hal pertama kali bagi Gio, bisa tersenyum.
Kinanti menjadi tak enak hati, dia meminta maaf kepada Gio atas apa yang diperbuat Bunga. Namun, Gio tak mempermasalahkannya. Dia justru menyuruh Kinanti untuk segera pergi, agar tak semakin lama dia pergi.
Bunga tampak senang. Kini dirinya sudah berada di pangkuan Gio. Gio memperlakukan Bunga dengan baik. Berbeda halnya dengan Bunga, Satria justru lebih terlihat dingin. Dia hanya memperhatikan adik dan Gio.
"Oh ya, kalian suka es krim tidak? Om akan belikan kalian es krim," ucap Gio. Suasana begitu menghangat.
Bunga bersorak gembira kala mendapatkan tawaran es krim. Gio memanggil Erland untuk membelikan es krim untuk Bunga dan Gio. Bunga menceritakan jenis es krim yang dia mau, membuat Erland merasa pusing. Karena dia memang tak mengerti jenis es krim. Kini Erland dan Gio justru mengasuh Bunga.
"Mengapa anak ini sikapnya mirip banget sama Tuan Gio yang banyak maunya dan selalu ingin kemauannya di turuti," gumam Erland. Akhirnya hari ini Erland dibuat pusing sama keduanya.
"Oh ya, Om mau boleh nanya tidak?" tanya Gio dan Bunga tampak menganggukkan kepalanya.
"Bunga suka perlombaan apa? Perusahaan Om mau ulang tahun. Rencananya, perusahaan Om mau mengadakan perlombaan untuk anak-anak. Om ingin Bunga ikut perlombaan. Hadiahnya uang yang banyak," ungkap Gio. Mendengar kata uang, tentu saja mata Bunga berbinar-binar.
"Uang? Wah Bunga suka. Bunga mau ikutan ya Om. Selama ini Bunga sering ikut lomba melukis dan menari. Bunga juga selalu menang loh Om, dan uang yang Bunga dapat selalu Bunga berikan ke Bunda untuk sekolah Bunga nanti. Karena Bunga ingin menjadi orang yang sukses bisa kuliah dan membahagiakan Bunda," ungkap Bunga membuat Gio terharu mendengarnya. Anak sekecil itu, memiliki pemikiran yang cerdas dan dewasa.
Acara itu akan menjadi ajang pertemuan Kinanti, kembar dengan orang tua Gio. Kelak Orang tua Gio akan terkejut saat melihat wajah Satria yang mirip dengan Gio.