Kamila penyuka ketenangan, sedangkan Arkan penyuka kebebasan
keduanya memang memiliki kesamaan tapi tidak dengan perasaan.
Tapi percaya pada takdir itu penting bukan? Kira-kira seperti apa
rencana semesta untuk keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orang Suusah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28 Taman
Arkan kembali keluar dengan sebuah baju.
"Seragam lo di double sama hoodie ini aja, kalo gua kan pake jaket jadi gak keliatan!"
"Punya siapa?" tanya Kamila sambil mengambil hoodie dari tangan Arkan.
"Punya gue, semalem sebelum ketemu lo gue lepas hoodie ganti jaket!" jawab Arkan.
Kamila menganggukan kepalanya dia memakai hoodie itu, wanginya khas Arkan banget.
"Kegedean ih!" kata Kamila sambil tertawa.
Arkan merapikan bagian lehernya.
"Enggak, lo lucu kegedean gitu!" jawab Arkan sambil terkekeh geli.
"Cebol!" ujar Arkan gemas sambil menarik pipi Kamila.
"Aaa sakit Arkan!"
"Hahaha gue gemes Mil, lo kayak bukan anak SMA anjir!" kata Arkan sedangkan Kamila hanya mengerucutkan bibirnya sebal.
"Udah ah ayo, bosen di sini!" Arkan menggandeng tangan Kamila menariknya pergi.
Kamila memperhatikan tangan Arkan yang memegang tangannya, jantung Kamila seakan ingin keluar, detaknya sangat kencang. Senyum lagi-lagi terbit di wajah gadis itu.
Anggap saja Kamila lebay, tapi memang itu yang sedang Kamila rasakan saat ini.
"Kita mau ke mana sih?" tanya Kamila.
"Ada deh, gue tau lo butuh suasana baru!" jawab Arkan.
"Lo gak mau nyulik gue kan?"
"Dih males banget nyulik lo, gak akan ada yang mau beli lo Mil, makan lo banyak soalnya?!"
Plak...
Kamil memukul pundak Arkan.
"Sembarangan lo!"
Arkan memarkirkan motornya di sebuah taman, Arkan melepas helmnya begitu juga Kamila.
"Ngapain ke taman? Taman sepi tau kalo pagi gini," ujar Kamila sambil melihat ke sekeliling.
"Ayo ikut!"
Arkan menarik tangan Kamila ke sebuah tempat. Tidak jauh dari taman itu ada sebuah danau.
Tempat itu berada di pinggiran kota Jakarta, dan berada di sebuah bukit kecil. Dari puncak bukit, Kamila dan Arkan bisa menatap kagum keindahan kota Jakarta ... jika bisa disebut keindahan, dengan berbagai macam gedung-gedung yang tinggi dan pencakar langit.
"Wahh.." ujar Kamila.
"Lo tau dari mana tempat ini?" tanya Kamila.
"Gue nemu tempat ini waktu touring, anak-anak juga suka tempatnya, kita biasanya ke sini kalo lagi nyari suasana beda. Kan tuh lo liat deh kita bisa liat kota Jakarta dari sini," jawab Arkan.
"Gue suka danaunya bagus," kata Kamila.
"Gue tau lo pasti suka, makanya gue ajak ke sini. Kalo lo suka nanti gue ajak lo ke sini lagi, lo kabarin gue aja."
Senyum Kamila mengembang, inilah sisi lain dari Arkan.
"Lo jangan senyum begitu Mil, ngeri gue liatnya," kata Arkan.
"Dih aneh lo, orang gue pengen senyum kok!" sinis Kamila, dia kembali menatap ke depan.
"Haha, sebentar yah gue mau ke warung di sebelah sana! Lo jangan ke mana-mana nanti ilang," kata Arkan berlalu sambil mengusap kepala Kamila.
Kamila mengiyakan perkataan Arkan lagi-lagi senyumnya mengembang ini kedua kalinya Arkan mengusap kepalanya, setelah itu Kamila kemudian duduk di bangku kayu dekat pohon besar sambl
memandangi ke arah kota Jakarta.
Kamila merasa sangat senang dan damai, ia menarik napas dan mengembuskannya berkali-kali. Hal itu sering ia lakukan jika ia merasakan sedih. Dengan cara seperti itu, sesak di dadanya akan hilang.
Tidak lama kemudian, Arkan datang sambil membawa dua kresek penuh makanan dan minuman. Melihat hal itu Kamila tentu saja
melototkan matanya kaget.
"Gila, lo gak salah Ar? Yang bener aja lo beli apa sampe dua kresek! Mau ngapain lo? Buka warung?" kata Kamila terkejut.
"Iyah nih gue mau buka warung nanti lo bantu gue yah!" kata Arkan sambil tertawa.
"Udah ah, yu turun ke bawah di sana lebih adem. Banyak tuh yang lagi duduk, anggep aja kita lagi piknik ngilangin suntuk!" ajak Arkan kepada Kamila.
Arkan menarik tangan Kamila dengan satu tangan lagi membawa kresek.
Kamila hanya bisa menggelengkan kepalanya. Arkan memang anak yang sangat menyebalkan, tetapi ternyata dia bisa bersikap baik juga seperti ini.
Saat mereka dudukdi pinggir danau, tanpa sengaja Arkan melihat tangan Kamila yang semakin membiru.
"Mil," panggil Arkan.
"Iyah, kenapa?" tanya Kamila.
Arkan mengambil tangan Kamila lalu memegangnya.
"Luka lo beneran gak papa? Ini keliatan makin biru deh. Mau ke dokter aja gak?" tanya Arkan sambil melihat tangan Kamila.
Kamila melihat tangannya, dia baru sadar concealernya sedikit memudar kemudian ia
menggelengkan kepalanya. Dia tidak menarik tangannya yang sedang dipegang oleh Arkan, dia malah sedikit menghapus
concealernya.
"Gak usah ke dokter, nanti juga sembuh kok, gue gak papa," Kata Kamila berusaha meyakinkan Arkan.
'Gue sakit Arkan, luka ini semuanya sakit. Fisik, batin sama mental gue di hajar habis-habisan Arkan. Gue mau cerita sama lo tapi gue takut Tante Laras bakalan jahatin Papah kalo gue bilang ke orang lain keburukan mereka!' batin Kamila sendu, dia melihat ke arah Arkan dengan tatapan sedihnya.
Arkan yang melihat tatapan Kamila seperti itu merasa ada sesuatu yang memang di sembunyikan oleh Kamila.
"Lo yakin Mil?" tanya Arkan ragu.
Kamila menganggukan kepalanya. Arkan menarik napas panjang, kemudian menghembuskannya perlahan. la memutuskan untuk pura-pura percaya kepada Kamila.
Mana ada sih luka yang sudah diobati malah menjadi semakin parah?
"Lo di rumah cuman sama adik lo, ya?" tanya Kamila.
"Kadang sih sama Kayla aja, tapi sekarang di rumah rame, Kean sama Sean nginep di rumah udah hampir dua minggu. Jadi ya gak cuman berdua sekarang ada dua makhluk gak jelas itu," jawab Arkan sambil
terkekeh.
Kamila terkikik mendengar Arkan mengatai Sean dan Kean.
"Gue liat lo nurut banget ya sama Tante Alisha. Padahal kalo di sekolah tengilnya bukan main. Lo juga brandalan balapan liar, bolos, ngerokok, tawuran. Tapi gue liat
perlakuan lo sama nyokap bokap lo sopan banget, bahkan temen-temen lo juga akrab banget sama Tante Alisha. Mereka sopan-sopan juga." ujar Kamila panjang lebar.
"Atau jangan-jangan kalian berkepribadian ganda," tuduh Kamila membuat tawa Arkan pecah.
Arkan masih tertawa karena mendengar perkataan Kamila, rupanya selama ini Kamila selalu menganggap jika anak-anak
berandalan itu tidak bisa menghormati orang tua.
Tapi, tentu saja itu tidak berlaku untuk Arkan dan teman-temannya. Mereka memang susah diatur, memang sering balapan liar, mereka juga sering bolos sekolah. Tetapi, meskipun begitu mereka sangat menghormati orang tua.
"Ayah gue dulu kata Bunda itu Bandel, tapi Ayah jarang berantem kayak gue. Ayah ngajarin ke anak-anaknya walaupun kita nakal tapi menghormati orang tua itu
penting, Ayah sering bilang gue harus jadi laki-laki tangguh gak boleh cengeng itulah kenapa gue suka banget baku hantam, gue gak mau dibilang lemah Mil!?"
yu gabung di GC BCM
di sini kita akan belajar bersama dan juga akan mengadakan event seperti lomba puisi/pantun dll
Di sini kita akan di bimbing secara langsung ya oleh kak Lily blasom salah satu author senior. Jadi yu segera bergabung dengan cara follow akun saya. Maka saya akan undang kalian semua. Terima kasih.