Yoanda menikah dengan Bagas karena perjodohan kakek nya, tapi Yolanda sangat menyukai dan mencintai Bagas karena selain tampan tubuh Bagas ideal sehingga membuat Yolanda jatuh hati kepada Bagas, tapi Bagas sedikit pun tidak menyukai Yolanda karena postur tubuh yang subur dan tidak ideal.
Selama menikah dengan Yolanda Bagas tidak pernah menyentuh nya sama sekali, Bagas malah membenci Yolanda, hingga suatu saat Yolanda melihat Bagas dengan wanita cantik dan sangat mesra.
Setiap hari Bagas selalu menyakiti hati nya dan bahkan memfitnah dan mengusir nya dari rumah hingga hidup Yolanda terlunta-lunta karena aset yang pernah di berikan keluarga Bagas diambil nya.
Hingga suatu saat Yolanda berpikir akan merubah hidup nya dan akan melakukan balas dendam kepada Bagas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 💫✰✭𝕸𝖔𝖒𝖞𓅓 𝕹𝕷✰✭🌹, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhasil
Kurang lebih enam jam aku di dalam ruang operasi, akhir nya selesai juga, dan dokter memindahkan aku ke ruang perawatan.
Ricard selalu memperhatikan aku dari segala hal, semua yang dianjurkan oleh dokter Ricard lakukan.
Ricard selalu mendampingi aku, dia jauh dari aku di kala dia pergi ke kamar mandi, beli makan atau di panggil oleh dokter.
Waktu terus bergulir, hingga tidak terasa saat nya aku membuka baju khusus yang di berikan oleh dokter sesudah operasi kemarin.
Aku merasakan tubuh ku enteng, ingin sekali aku menyentuh perut ku, tapi aku masih ragu dan takut kalau masih seperti kemarin.
Suster membantu melepaskan baju khusus ini dan mengganti dengan pakaian ku.
Pakaian yang baru saja aku pakai ini, baru saja Ricard belikan, Ricard sudah tahu ukuran baju nya, karena dokter memberitahu ukuran tubuh aku yang sekarang.
Sementara aku lagi berganti baju, Ricard menunggu di luar ruangan.
Terdengar suara suster yang memanggil Ricard untuk masuk ke dalam setelah aku selesai mengganti baju ku.
Ku lihat Ricard masuk sambil menatap ku tidak berkedip, entah apa yang dia pikirkan karena aku sendiri belum melihat tubuh ku yang sekarang, yang aku rasakan hanya tubuh ku terasa ringan.
"Yola. Kamu berhasil." Teriak Ricard sambil menghampiri nya.
"Suster tolong ambil kan kaca bisa?" Mata Ricard terlihat sangat berbinar ketika melihat hasil operasi pada tubuh ku.
"Ini tuan." Ucap salah satu suster sambil memberikan sebuah cermin besar kepada Ricard.
Mereka menggunakan bahasa Inggris, aku hanya mengerti sedikit sedikit saja.
Ricard menyandarkan kaca itu di di dinding ruangan, di tuntun nya aku ke depan kaca itu.
"Lihat lah, kamu berhasil, tinggal meniruskan wajah saja." Ucap Ricard sambil menatap aku.
Dengan jantung yang berdebar aku membuka kedua mata ku dan melihat kaca di depan ku.
Sungguh aku sangat terpana dengan bentuk tubuh ku yang sekarang, dan tanpa sengaja aku memeluk erat Ricard.
Terdengar suara jantung Ricard berdetak begitu sangat kencang, aku cepat-cepat melepaskan kembali pelukan ku.
"Kita berhasil Card, terima kasih." Betapa bahagia nya aku, tubuh yang dulu subur bahkan bisa di katakan lebih dari kata subur, kini langsing bak seorang model.
"Bagaimana Yol, apa kamu senang?" Tanya Ricard setelah aku melepaskan pelukan nya.
"Aku senang banget Card, tapi muka ku," Ucap ku karena memang baru tubuh saja yang di operasi.
"Kamu tenang saja, minggu depan kita bakal operasi wajah kamu." Ucap Ricard sambil menyentuh kedua pipi ku.
Sentuhan tangan Ricard terasa lembut dan membuat aku nyaman, sejenak aku terpana hingga aku terus menatap nya sedikit lama.
Ke dua mata kita saling menatap penuh damba, seakan-akan banyak kata yang ingin kita ungkapkan berdua.
Suara seorang suster mengagetkan kita berdua hingga kita terlihat canggung dan sedikit menjaga jarak.
"Tuan di tunggu dokter Li di ruangan nya." Ucap seorang suster.
"Baik sus aku kesana sekarang." Ucap Ricard lalu menatap ku kembali.
"Kamu tunggu di sini dulu ya, aku ke ruangan dokter Li dulu." Ricard pamit dan aku pun hanya mengangguk.
Setelah Ricard pergi menemui dokter Li, aku terus menatap tubuh ku di depan cermin, aku tidak menyangka dengan postur tubuh ku yang sekarang.
Jangan kan menjadi kenyataan seperti sekarang, bermimpi saja aku tidak pernah, aku sangat beruntung sekali telah di pertemukan dengan Ricard.
Ricard yang dari awal selalu mendengar segala keluh kesah ku, Ricard yang selalu ada saat aku di kala aku sedang terpuruk, hanya Ricard dan selalu Ricard.
Sampai detik ini aku belum pernah menghubungi kak Leo atau pun sebalik nya, kak Leo sering menghubungi Ricard dan selalu menitipkan aku kepada nya.
Kadang aku merasa kalau semua biaya operasi ini semua nya dari Ricard, tapi aku tepis lagi pikiran ku karena itu semua ngga mungkin, secara Ricard hanya seorang pelayan di restoran kak Leo.
Aku juga belum bisa menghubungi Lea, lea hanya bertanya kabar lewat ponsel Ricard karena Ricard sudah mengambil ponsel ku dengan alasan biar aku fokus pada tujuan utama ku di Singapoera ini
Aku akan buktikan kepada dunia terutama kepada keluarga mas Bagas, kalau sekarang aku bukan Yolanda yang dulu, aku bukan Yola yang bisa di tindas lagi, aku sudah terlanjur sakit hati dengan semua kelakuan dan hinaan mereka semua nya.
"Tunggu pembalasan ku mas Bagas, aku tidak akan membuat kalian terus bahagia di atas segala penderitaan aku, akan ku buat hancur hidup kalian semua nya." Ucapku di dalam hati, aku sudah berjanji pada diriku sendiri, kalau aku akan membalas apa yang sudah mereka lakukan kepada ku.
Lamunan ku buyar seketika dikala aku mendengar suara pintu terbuka.
Aku melihat ke arah pintu dan ternyata Ricard yang masuk dengan senyuman nya yang selalu membuat aku terpesona.
"Apa kata dokter Card?" Aku penasaran dengan apa yang sudah di bicarakan dokter dan Ricard.
"Dokter Li hanya bilang kalau minggu depan kamu harus siap untuk operasi di bagian wajah kamu."
"Aku ngga mau merubah wajah ku Card, aku cuma ingin meniruskan nya saja biar seimbang dengan tubuh ku yang sekarang." Ucap ku, walau bagaimana pun aku tidak mau sampai wajah ku berubah.
"Tidak Yol, aku sudah bilang kok sama dokter Li nya, dan dokter Li sudah paham."
"Terima kasih ya Card, hanya kamu yang selalu ada buat aku, hanya kamu pria satu-satu nya yang selalu memberi support dan semangat." Ucap ku sambil memegang kedua tangan nya.
Dengan perlahan Ricard melepaskan genggaman tangan ku lalu membelai pipiku dengan lembut.
"Aku ingin merasakan detik-detik terakhir pipi chubi mu ini, karena mulai minggu depan pipi ini akan berubah, jadi bolehkan kalau aku mencium nya." Ucap Ricard membuat debaran jantungku seperti lagi berdisko ria.
Tatapan dalam Ricard membuat aku lupa diri hingga tanpa ku sadari aku mengangguk kan kepala ku.
Ricard terus menatap ku, dengan perlahan wajah nya mendekat dan tidak membutuhkan waktu lama lagi, bibir Ricard terasa kenyal di pipi ku.
Begitu bibir Ricard nempel di pipiku seluruh tubuh ku merasa kena aliran listrik yang bertegangan tinggi.
Aku memejamkan kedua mata ku, aku merasakan hangat kenyal nya bibir Ricard di pipi ku hingga tanpaku sadari kini bibir Ricard sudah berada di atas bibir ku.
Aku terdiam merasakan hangat dan kenyal nya bibir Ricard, aku merasa Ricard mulai menggerak kan bibir nya, dia sedikit menggigit bibir ku hingga aku membuka nya karena kaget, Ricard semakin dalam menyelami bibir ku hingga naluri ku mengikuti gerakan bibir Ricard.