Terjebak dalam pilihan, hal itu yang dirasakan Raisa saat berusaha menyelesaikan masalah keuangan di keluarganya.
Keputusannya untuk mengikuti saran mucikari, malah mempertemukan Raisa dengan sang hot duda, Diego.
Akankah Raisa berhasil mendapatkan keuntungan dan melepaskan dirinya dari pesona hot duda?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rya Kurniawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keinginan Yang Sama
Ternyata bukan hanya Siska saja, tetapi Diego yang sudah pulang dari perusahaan pun ikut menyaksikan bagaimana keakraban Raisa dan Denis saat ini. Ia terlihat tersenyum, terharu bahagia karena tidak menyangka jika anaknya bisa begitu akrab dengan Raisa, layaknya seperti seorang anak dan ibunya.
Diego benar-benar merasa yakin jika memang Raisa lah yang pantas untuk menjadi istrinya atau ibu dari anaknya itu, ia juga sangat yakin jika ia memang sudah jatuh cinta terhadap Raisa, tetapi hanya saja belum berani untuk mengungkapkan hal itu. Meskipun Diego tahu pasti Raisa juga memiliki perasaan padanya meskipun hanya sedikit, bisa saja Raisa ragu karena ia hanyalah seorang duda. Apalagi jarak umur mereka yang terbilang cukup jauh yaitu 10 tahun. Tidak menutup kemungkinan jika Raisa masih ingin mencari pria yang tentunya masih bujangan dan juga seumuran dengannya.
Di saat itu tiba-tiba saja mata Siska menatap ke arah Diego dan anaknya itu pun langsung memberikan kode agar ibunya itu tidak memberitahu kehadirannya. Ia tidak mau mengganggu momen kebahagiaan Denis dan Raisa saat ini, sehingga ia pun memilih lewat sejarah diam-diam untuk masuk ke kamarnya, karena hanya melewati ruang tersebutlah ia bisa menuju ke lantai atas.
"Papa, Papa sudah pulang?"
Suara Denis menghentikan langkah Diego yang ternyata di saat itu melihat kepulangan ayahnya. Begitu pula dengan Raisa yang langsung menatap ke arahnya. Sehingga Digo pun langsung saja membalikkan tubuh dan menghampiri mereka.
"Iya Sayang Papa baru saja pulang dan Papa capek mau langsung istirahat dulu ya. Tadi Papa lihat kalian berdua sedang seru bermain, jadi Papa tidak mau mengganggu," ucap Diego.
"Tapi kenapa Papa tidak menegur Oma? Biasanya kalau baru pulang pasti Papa menyalami tangan Oma," tegur Denis yang begitu sangat pintar.
"Oh iya Papa lupa," ucap Diego yang langsung mendekati Siska dan menyalaminya, begitu juga dengan Denis yang menyalami tangan ayahnya tersebut.
"Papa duduk sini dulu deh," titah Denis yang memberikan ruang untuk ayahnya duduk.
Diego mengernyitkan dahinya, tetapi ia tak menolak dengan langsung mendudukkan dirinya tepat di samping Raisa. Lalu Denis beranjak dari tempat duduknya dan kini berada di depan Raisa dan Diego.
Denis terlihat menatap keduanya dengan memainkan gerak-gerik jemarinya seperti sedang mencocokkan pasangan yang di hadapannya tersebut, membuat Raisa, Diego maupun Siska merasa kebingungan.
"Hei, apa yang kau lakukan Tuan Muda?" Tanya Raisa kebingungan.
"Aku sedang melihat sepertinya Kak Raisa dan Papa begitu cocok. Kenapa kalian berdua tidak menikah saja?" Celetuk Denis yang membuat Raisa dan Diego sontak terkejut, tetapi Siska malah tersenyum.
"Denis, kau ini bicara apa? Jangan berbicara seperti itu," tukas Diego.
"Iya Denis, kau jangan berbicara seperti itu. Menikah itu bukanlah hal yang main-main," sambung Raisa. "Seandainya saja bisa, aku tidak akan menolaknya Denis. Tapi aku yakin Ayahmu tidak akan mungkin mau menjadikanku pasangannya karena aku hanyalah orang susah," batin Raisa.
"Denis, seandainya saja kau tahu Papa sangat menginginkan hal itu. Tetapi Kak Raisa-mu ini mana mungkin mau untuk menerima Papa menjadi pasangannya. Papa hanya seorang duda tua," batin Diego pula.
"Maaf Pa, Kak Raisa, tapi aku hanya berbicara apa adanya. Kalau kalian berdua tidak mau ya sudah," ucap Denis yang melipat kedua tangannya dan meletakkan di atas dada lalu duduk kembali tetapi di samping sang nenek.
"Denis, jangan berbicara yang aneh-aneh lagi ya. Papa mau mandi dulu dan beristirahat," tukas Diego. "Raisa, sekarang sudah sore. Jika kau mau pulang sudah boleh," ucapnya dengan datar.
Siska dan Raisa cukup kebingungan dengan sikap Diego yang tak seperti biasanya. Terkadang ia suka menahan Raisa untuk menunda waktu pulang atau mungkin menawarkan untuk mengantarnya agar bisa bersama dengan wanita itu meskipun sejenak.
"Baik Tuan, aku akan bersiap-siap dulu," jawab Raisa lalu ia pun beranjak dari tempat duduknya dan bersiap-siap untuk pulang.
Sedangkan Diego langsung saja melangkahkan kakinya menuju ke kamar, sehingga saat ini hanya ada Siska dan Denis yang masih berada di ruang keluarga.
------
"Sayang, apa kau sangat menginginkan Kak Raisa untuk menjadi ibumu?" Tanya Siska.
"Tentu saja aku menginginkannya Oma. Kak Raisa itu orangnya baik, asik, cantik, tentu saja aku ingin memiliki ibu seperti kak Raisa. Lagipula aku iri dengan teman-temanku Oma, mereka selalu saja diantar jemput dan ditemani dengan ibunya di sekolah, sedangkan aku hanya ditemani pengasuh," jawab Denis dengan polosnya.
"Oh begitu, memangnya Denis tidak malu seandainya Kak Raisa menjadi ibunya Denis? Karena sekarang ini 'kan Kak Raisa hanyalah seorang pengasuh," tanya Siska untuk memastikan.
"Kenapa aku harus malu Oma. Bukannya kata Oma, kata Papa dan juga kata Bu Guru kita semua itu sama saja derajatnya sebagai manusia, jadi kita tidak boleh menghina atau membeda-bedakan orang lain," terang Denis.
Membuat hati Siska terasa begitu hangat mendengarnya. Cucunya ini benar-benar sangat pintar, meskipun ia hanya dididik oleh ayahnya tanpa seorang ibu selama ini.
"Ya sudah kita berdoa saja ya semoga saja Papa dan kak Raisa bisa bersama. Kak Raisa bisa menjadi ibu kamu Oma juga sangat menginginkan Kak Raisa menjadi menantu Oma," ucap Siska.
"Menantu itu apa Oma?" Tanya Denis.
"Hm … apa ya. Pokoknya kalau seandainya Kak Raisa menikah dengan Papa dan menjadi istri Papa, itu artinya Kak Raisa adalah menantu Oma. Kalau sekarang Kak Raisa masih menjadi anak angkat Oma," terang Siska.
"Oh … begitu, iya Oma aku mengerti," jawab Denis diiringi anggukkan kepalanya.
"Ih anak kecil ini, kau itu pintar sekali ya. Ya sudah yuk kita masuk ke kamar, belajar dulu," ajak Siska lalu membawa cucunya itu ke dalam kamarnya.
*****
"Nenek apa kabar? Pasti Nenek sudah bahagia 'kan di sana karena Nenek sudah bertemu dengan Anak Nenek. Tolong sampaikan kepada Ibuku ya Nek bahwa aku sangat merindukannya sama seperti aku merindukan Nenek. Sampai sekarang aku belum mencari di mana keberadaan Ayahku seperti yang Nenek pinta, karena menurutku itu sama sekali tidak penting Nek. Bagiku keluarga yang aku miliki hanyalah Nenek dan juga Ibu. Meskipun aku sama sekali tidak mengingat bagaimana wajah Ibuku, tetapi sekarang aku senang karena aku bisa melihatnya dari foto," gumam Raisa sembari melihat foto Nenek dan juga foto ibunya itu.
Ia menangis dalam diam, benar-benar sangat merindukan sosok nenek yang selama ini selalu berada di sampingnya, yang selalu menjadi sandaran hatinya.
"Oh iya aku mau cerita Nek, hari ini Tuan Diego sikapnya lain padaku. Apa mungkin ya Tuan Diego sedang ada masalah? Tapi kenapa dia tidak mau menceritakannya padaku Nek. Padahal Tuan Diego pernah bilang kalau dia percaya padaku, apa mungkin aku memang sama sekali tidak pantas ya Nek bahkan untuk menjadi temannya Tuan Diego sekalipun," gumam Raisa lagi.
Tok … tok … tok
Raisa yang mendengar ada yang mengetuk pintu rumahnya itu pun langsung saja beranjak dari tempat tidur dan bergegas untuk membukakan pintu tersebut.
"Maaf, Anda siapa ya?" Tanya Raisa yang melihat seorang wanita di saat itu membelakanginya.
Lalu wanita itu pun membalikan tubuhnya dan menatap tajam ke arah Raisa, membuat Raisa benar-benar sangat terkejut melihat wanita tersebut.
Bersambung …