Bismillah karya baru,
Sudah tiga tahun Elyana menikah dengan Excel Damara, seorang Perwira menengah Angkatan Darat berpangkat Kapten, karena perjodohan.
Pernikahan itu dikaruniai seorang putri cantik yang kini berusia 2,5 tahun. Elyana merasa bahagia dengan pernikahan itu, meskipun sikap Kapten Excel begitu dingin. Namun, rasa cinta mengalahkan segalanya, sehingga Elyana tidak sadar bahwa yang dicintai Kapten Excel bukanlah dirinya.
Apakah Elyana akan bertahan dengan pernikahan ini atas nama cinta, sementara Excel mencintai perempuan lain?
Yuk kepoin kisahnya di sini, dalam judul "Ya, Aku Akan Pergi Mas Kapten"
WA 089520229628
FB Nasir Tupar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1 Ulang Tahun Dan Anniversary
Bismillah, karya baru. Semoga Allah limpahkan rejekinya dan pembaca banyak yang suka. 🤲🤲
"Mas, kamu masih di mana? Aku tunggu kepulangannya." Pesan WA itu terpaksa Elyana tulis setelah beberapa kali menghubungi suaminya sama sekali tidak direspon.
Jam di tangan sudah menunjukkan pukul 20.00 malam. Elyana sudah menunggu kepulangan Excel sejak ba'da Maghrib tadi. Hari ini merupakan hari anniversary pernikahan ketiga mereka sekaligus bertepatan dengan hari ulang tahun Excel yang ke 32 tahun.
Namun, setelah ditunggu dua jam, Excel tidak muncul-muncul. Elyana sedih melihat sang putri yang sejak tadi menunggu papanya pulang, sampai dia ketiduran karena ngantuk.
"Papa, Papa," celoteh Nada, gadis kecil yang usianya kini baru menginjak dua tahun lebih, dengan wajah yang sedih. Akhirnya bocah batita itu tertidur di dalam stroller karena lelah menantikan kepulangan sang papa.
"Jadi, ini bagaimana Non, makanannya sudah dingin. Apakah disimpan saja di pendingin agar besok masih bisa dimakan?" tanya Bi Ocoh menatap pilu sang majikan, seakan merasakan kesedihan yang dirasakan Elyana.
"Tidak usah, Bi. Biarkan saja. Nanti kalau sampai jam 10.00 malam belum pulang juga, saya yang akan bereskan sendiri," ucap Elyana masih berharap suaminya akan pulang sebelum jam 10 malam.
"Baiklah, Non. Kalau begitu, saya ke dapur dulu," pamit Bi Ocoh seraya berlalu.
Elyana berjalan menuju kaca jendela, sembari menyingkap gorden, menatap keluar, berharap mobil sang suami tiba-tiba muncul.
"Belum ada tanda-tanda," helanya kasar. Ini kali kedua suaminya tidak hadir, disaat ulang tahun pernikahan sekaligus ulang tahunnya sendiri.
"Apakah akan berakhir sama seperti tahun kemarin?" tanyanya bergumam. Elyana menutup kembali gorden itu, lalu berjalan menghampiri meja yang berada di ruang tengah, yang di atasnya sudah terhidang kue ulang tahun serta makanan spesial yang dimasaknya tadi bersama Bi Ocoh.
Lilin yang dipasang di tengah-tengah, kini mulai menyusut ketinggiannya, sumbunya habis dibakar api.
Elyana menatap stroller, di sana sang putri sedang tidur nyenyak. Bocah yang tadi sempat menyebut sang papa, kini hanya terdengar helaan nafas yang teratur.
Elyana mendorong stroller itu pelan, dia membawanya ke dalam kamar, lalu menempatkan Elyana di kasurnya sendiri. Namun, masih dalam satu ruangan dengannya.
Nada, putri kecil itu masih tidak terganggu, meskipun Elyana memangku tubuhnya untuk dipindahkan ke kasur.
"Bobolah, Sayang. Nanti, sebentar lagi papa pulang. Sepertinya papa memang sibuk," bisiknya di dekat daun telinga sang putri berusaha menghibur, meskipun tidak direspon bocah kecil itu.
Elyana kembali menuju ruang tengah, dia masih setia menanti kepulangan suaminya, berharap masih bisa merayakan ulang tahun pernikahan sekaligus ulang tahun sang suami.
Karena lelah berdiri dan sejak tadi hanya Hp nya yang sibuk dia perhatikan, Elyana menduduki salah satu kursi lalu meraih gelas yang diisinya air bening. Rasa haus yang sejak tadi dia rasakan, kini hilang ketika air bening itu masuk ke dalam kerongkongannya.
Jam di tangan sudah menunjukan pukul 21.00 Wib, rasa kantuk sudah menjalar. Sesekali Elyana menyandarkan kepalanya di kursi untuk menahan kantuk. Namun, lama-lama ia melabuhkan kepalanya di atas meja beralaskan tangan sebagai bantalnya.
Elyana sepertinya tertidur, sampai suaminya pulang dia tidak menyadarinya.
"Den Excel, Non Elyana sudah menunggu sejak tadi. Sepertinya Nona sangat ngantuk, sehingga ketiduran di meja ini," lapor Bi Ocoh sembari menunjukkan jarinya ke arah Elyana yang tertidur di atas meja.
Excel menatap Elyana dengan intens, di dalam hatinya terbersit rasa sesal, karena telah dua kali dalam hari ulang tahun pernikahannya, dia tidak pernah hadir.
Excel berlalu setelah beberapa saat menatap Elyana, tidak ada maksud untuk membangunkan, karena ia tidak ingin mengganggu rasa nikmat ketika Elyana tidur.
"Den Excel memang seperti itu sejak dulu. Tidak pernah mengganggu Non Elya jika sudah tertidur. Tapi, apakah benar tidak ingin mengganggu atau memang tidak perhatian?" Bi Ocoh membatin.
Tidak ingin ikut campur masalah majikan prianya, Bi Ocoh lebih memilih membangunkan Elyana. Dengan menepuk bahunya pelan, untuk membangunkan Elyana.
"Non, bangun. Den Excel sudah pulang," bisik Bi Ocoh sembari menepuk bahu Elyana.
Tepukan yang ketiga, Elyana mulai menggerakkan badan, lalu menggeliatkan tangan. Elyana akhirnya tersadar dan bangun.
"Bi Ocoh," serunya kaget karena sudah ada Bi Ocoh di samping.
"Maafkan saya, Non, karena sudah membangunkan Non Elya. Den Excel sudah pulang lima menit yang lalu. Dia langsung ke kamar setelah melihat Nona tertidur pulas," lapor Bi Ocoh, wajahnya merasa bersalah karena telah membangunkan Elyana.
"Tidak apa-apa, Bi. Lalu, kenapa Mas Excel tidak membangunkan saya?" heran Elyana.
"Mungkin Den Excel tidak mau mengganggu tidur Non Elya. Sepertinya tidak enak melihat Nona yang terlelap," ujar Bi Ocoh memberi alasan yang hanya dugaannya semata.
"Oh, baiklah. Saya akan menyusul suami saya dulu, mau menanyakan apakah mau makan malam atau tidak." Elyana bangkit lalu bergegas menuju kamar. Bi Ocoh menatap kepergian Elyana dengan perasaan iba yang dalam. Sudah dua kali suami dari majikan perempuannya ini tidak pulang dengan tepat disaat Elyana ingin memberikan kejutan yang sama seperti tahun lalu.
Elyana tiba di kamar, tidak ada Excel di sana. Namun suara gemericik air di dalam kamar mandi serta seragam dinas yang berhamburan di atas ranjang, menandakan kalau suaminya sedang membersihkan diri.
Elyana segera meraih seragam dinas Excel, lalu ia gantung di kastop. Setelah itu, ia menuju lemari menyiapkan baju ganti atau baju tidur untuk Excel.
Meskipun Elyana sudah sering dikecewakan Excel, akan tetapi ia selalu berusaha bersikap manis dan tersenyum atas nama cinta, karena jujur Elyana mencintai Excel. Excel adalah cinta pertamanya meskipun pernikahan mereka hanyalah hasil perjodohan.
"Mas Excel, baru mandi Mas. Aku sudah siapkan baju ganti," ujar Elyana saat melihat Excel keluar dari pintu kamar mandi.
Excel tersenyum sekilas lalu menghampiri baju ganti yang sudah disiapkan Elyana, kemudian memakainya.
"Mas, mau makan malam sekarang atau ...."
"El, aku minta maaf. Aku tidak bisa pulang dengan cepat. Kamu tahu sendiri, di kantor kedatangan siswa sangat membludak," alasannya cepat, memotong kalimat yang diucapkan Elyana.
"Tidak apa-apa, Mas. Aku maklum. Kamu mau makan?" balas Elyana meskipun dalam hati kecewa.
"Aku sudah makan di kantor."
"Oh. Ya sudah tidak apa-apa, Mas. Lagipula makan malam terlalu larut, memang kurang baik untuk kesehatan. Aku menyiapkan itu, sekalian hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun atas tiga tahun pernikahan kita serta ulang tahun kamu yang ke-32."
"Dan maaf, aku tidak bisa memberikan apa-apa. Hanya ucapan dan doa saja." Elyana meraih tangan Excel lalu menciumnya dan berdoa di sana.
"Oh, ya, Mas. Tadi Nada menunggu kamu sebelum ia tidur, memanggil-manggil kamu, papa papa," lanjut Elyana.
Excel tertegun ketika mendengar bahwa putri kecilnya tadi sebelum tidur sempat menunggunya dan memanggil dirinya. Excel menghampiri Nada yang terlelap di kasurnya, lalu mencium penuh kasih sayang kening sang putri tercinta.
NB: Hai Readers, mohon mampir di karya terbaru saya ya. Dan jangan lupa dukungannya, ya. Lovu u all.🥰🥰🥰🥰