Ayundya Nadira adalah seorang istri dan ibu yang bahagia. Pernikahan yang sudah lebih dari 20 tahun mengikat dirinya dengan suami dengan erat.
Pada suatu sore yang biasa, dia menemukan fakta bahwa suaminya memiliki anak dengan wanita lain.
Ternyata banyak kebenaran dibalik perselingkuhan suaminya.
Dengan gelembung kebahagiaan yang pecah, kemana arah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28. Gejala Demam Berdarah.
Ezra terkesiap saat mendengar permintaan maaf dari sang ibu, apalagi saat melihat isak tangis diwajah ibunya.
"Kenapa Ibu minta maaf? Ibu tidak melakukan kesalahan," ucap Ezra dengan tajam. Dengan cepat dia mengusap air mata yang ada di wajah sang ibu dan tidak mengizinkannya untuk menangis lagi.
"Maaf, ibu, ibu tidak bisa menjadi istri yang baik untuk ayahmu. Ibu tidak bisa mempertahankan rumah tangga ibu, ibu juga tidak bisa memberikan masa depan yang layak untuk kalian," ucap Ayun dengan terisak lirih.
Gara-gara ketidak mampuannya sebagai seorang istri, kedua anaknya harus menjadi korban perpisahan kedua orang tua mereka. Sepertinya apa yang Evan katakan benar adanya, bahwa penyebab masalah ini adalah dirinya sendiri.
"Apa yang Ibu katakan?" bentak Ezra membuat Ayun tersentak kaget dan langsung menatap putranya dengan nyalang.
"Ibu tidak salah apapun dalam masalah ini, dan semua orang juga tahu kalau ayahlah yang bersalah," bantah Ezra dengan tajam. "Dia yang sudah berselingkuh dengan wanita lain, dia bahkan dengan tidak tahu malunya mengakui hubungan mereka sampai mempunyai anak juga. Lalu, di mana letak kesalahan Ibu?" Dia menatap ibunya dengan tatapan menusuk.
Ayun terdiam saat mendengar ucapan putranya. Memang benar jika Evan lah yang telah berselingkuh, dan membuat kekacauan seperti ini. Namun, jika dia menjadi istri yang sesuai dengan apa yang laki-laki itu inginkan, maka Evan pasti tidak akan mencari wanita lain.
"Ibu tau, Nak. Tapi, jika ibu bisa menjadi istri yang lebih baik lagi dan sesuai dengan keinginan ayahmu, pasti dia tidak akan mencari wanita lain," ucap Ayun dengan sendu. Benar, ketidak sempurnaannya membuat sang suami lari ke dalam pelukan wanita lain.
Ezra tertawa miris saat mendengar ucapan sang ibu. Dia memang masih berusia 20 tahun, tetapi dia tahu jelas jika alasan seorang lelaki selingkuh bukan karena ketidak mampuan istri mereka.
"Tidak ada manusia yang sempurna, Bu. Kalau Ibu sempurna pun, ayah pasti akan tetap mencari wanita lain. Bahkan kalau Ibu satu-satunya wanita dimuka bumi ini, dia akan tetap merasa kurang dan akan mencari binatang sebagai tempat pelampiasan keegoisannya," bantah Ezra dengan cepat.
Ayun hanya bisa menghela napas kasar karena semua masalah ini. Siapa pun yang bersalah, tetap saja kedua anaknya lah yang akan menderita.
"Maaf?"
Ayun dan Ezra terlonjak kaget saat melihat Dokter yang memeriksa Adel sudah berdiri di hadapan mereka. Sangking larutnya dalam masalah, mereka sampai tidak ingat jika sedang berada di rumah sakit.
"Ma-maafkan kami, Dokter," ucap Ayun sambil beranjak berdiri dari kursi, membuat Dokter itu tersenyum simpul.
"Tidak apa-apa, Buk." Dokter itu menganggukkan kepalanya. "Kami sudah memeriksa keadaan putri Anda, sepertinya pasien terkena gejala demam berdarah."
"De-demam berdarah?" Ayun memekik kaget dengan wajah panik saat mendengar penjelasan Dokter.
"Benar, Buk. Kami sudah melakukan pemeriksaan dan hasilnya mengarah pada gejala demam berdarah, apa sebelumnya pasien mengalami mual atau nyeri sendi?" tanya Dokter itu.
Ayum terdiam sambil mencoba untuk mengingat-ingat apa yang terjadi dengan Adel sebelum putrinya terserang demam tinggi.
"Seingat saya Adel tidak mengalami muntah atau mengeluh nyeri sendi, tapi dia sempat mengatakan jika perutnya sakit dan langsung istirahat di kamarnya," jawab Ayun yang berhasil mengingat keluhan Adel sebelum mereka berakhir di rumah sakit.
"Baiklah, kami mengerti, Buk. Kami sudah mengampil darah pasien untuk diperiksa, semoga hasilnya negatif dan pasien hanya mengalami deman biasa," ujar Dokter itu kemudian.
Ayun langsung mengaminkan ucapan Dokter itu walau hatinya masih merasa khawatir. Dia lalu beranjak masuk ke dalam ruangan di mana Adel berada, dengan ditemani oleh Ezra.
"Adel." Ayun menatap putrinya dengan sendu. Dia merasa bersalah karena tidak mengurus putrinya dengan baik, apalagi sejak adanya masalah itu. Dia benar-benar melupakan anak-anaknya.
"Lebih baik Ibu istirahat, biar aku yang jaga Adel," seru Ezra membuat ibunya menoleh ke arahnya.
"Kau saja yang istirahat, Nak. Besok 'kan kau harus sekolah," ucap Ayun sambil beranjak duduk di sofa.
Ezra menggelengkan kepalanya. Dia tahu benar jika ibunya sedang lelah, mana mungkin dia membiarkannya bergadang karena menjaga Adel.
"Aku besok enggak ada kelas, kok. Jadi Ibu tidur saja, aku ingin bermain ponsel." Ezra membuat alasan untuk meyakinkan sang ibu sambil mengambil ponselnya yang ada di dalam saku celana.
Ayun diam sejenak sambil menghembuskan napas kasar. Baiklah, mungkin dia akan istirahat sebentar, setelah itu bergantian dengan Ezra untuk menjaga Adel.
"Ya sudah, kalau gitu ibu tidur duluan ya. Tapi nanti bangunkan ibu kalau kau mau tidur, tidak bagus juga kalau begadang semalaman," ucap Ayun sambil merebahkan tubuhnya di atas sofa, dia merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku.
Ezra menganggukkan kepalanya untuk mengiyakan ucapan sang ibu sambil tetap fokus pada ponselnya. Setelah beberapa saat kemudian, dia melirik ke arah ibunya yang sudah terlelap sambil mendekap tubuh.
Senyum tipis terukir di wajah Ezra. Dia lalu mengambil sesuatu dari dalam tas yang ibunya bawa agar bisa menutupi tubuh sang ibu yang mungkin sedang kedinginan.
Setelah membantang kain di atas tubuh sang ibu, Ezra berjalan mendekati Adel dan duduk di samping ranjang. Dia memandangi wajah sang adik yang terlihat nyaman dalam tidurnya, lalu menghela napas kasar ketika mengingat tentang kedua orangtua mereka.
"Aku pasti akan membuat ayah menyesal karena sudah menduakan ibu, tapi sebelum itu, aku harus mengurus Adel dulu."
Ezra mengusap wajahnya dengan kasar. Dia mengernyit pusing sambil memegangi pelipisnya. Bukan karena harus menjaga Adel, tetapi karena masalah yang disebabkan oleh ayah mereka.
Hubungan Adel dan ayah mereka sangat dekat. Sejak kecil Adel selalu dimanja, dan apapun keinginannya pasti akan dituruti oleh Evan. Namun, bukan berarti hubungannya dan Evan buruk. Dia tetap berhubungan baik layaknya ayah dan anak.
Namun, dengan adanya masalah ini. Ezra merasa sangat murka. Dia pasti akan langsung meninggalkan ayahnya untuk ikut dengan sang ibu, tetapi lain hal dengan Adel.
"Bagaimana jika Adel tidak mau ikut dengan ibu?"
•
•
•
Tbc.