Lea Miranda tak pernah menyangka, di usia pernikahannya yang Ke 12 tahun, ia mendapatkan ujian yang begitu berat. Yaitu, dikhianati oleh suami dan sahabatnya sendiri, Arya Dan Chelsea.
Awalnya, Lea memutuskan untuk bercerai dan merasa tak sudi melihat suami dan sahabatnya itu ketika mengetahui perselingkuhan mereka. Namun, ia berubah pikiran ketika teringat bagaimana ia dan Arya membangun rumah tangga, dan bagaimana mereka berjuang dari nol hingga mereka berada di titik yang sekarang.
Akhirnya, kini Lea memilih merebut suaminya kembali. Ia bertekad akan kembali membuat Arya bertekuk lutut di hadapannya dan menghempaskan Chelsea dari hidup mereka.
Bisakah Lea melakukan itu?
Bagaimana caranya ia merebut kembali suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjadi Bapak Rumah Tangga Sejati
Arya membuang napas kasar melihat kamarnya yang berantakan, padahal baru beberapa menit yang lalu dia membersihkannya. Dan yang membuat Arya melongo, Jihan memegang lipstik Lea dan mencoret seprei dengan lipstik itu.
Padahal, ia hanya pergi ke toilet sebentar tadi.
"Astaga, Jihan!" teriak Arya secara spontan, ia langsung merebut lipstik itu dari tangan Jihan, membuat putrinya terkejut.
"Jangan main itu, Sayang, nanti mama marah," kata Arya sembari meletakkan lipstik Lea. "Astaga, dia ngambil ini dari mana?"
Arya menggerutu kesal, apalagi seharian ini ia sangat kelelahan menjaga Jihan sendirian, bahkan untuk diminta makan siang saja bocah itu harus dirayu setengah mati.
Sementara Jihan kini sudah merajuk, gadis cilik itu terkejut karena diteriaki oleh ayahnya. Matanya sudah berkaca-kaca, dan Arya baru menyadari hal itu.
"Sayang, jangan nangis!" Arya hendak menggendong Jihan, tapi putrinya justru mundur, seolah enggan disentuh sang Ayah.
"Jihan, nggak usah nangis," tegas Arya. "Kita harus jemput Kakak Darrel ke sekolah."
"Huaaa ... mama!!!" Jihan langsung duduk di lantai, dan ia menangis sambil menendang-nendangkan kakinya.
"Astaga, Jihan!"
...🦋...
"Huuufff!" Chelsea menghela napas kasar, ia menyenderkan punggungnya ke sandarakan kursi.
Moodnya hari ini benar-benar rusak karena pagi yang seharusnya ia mulai dengan hal menyenangkan, justru ia mulai dengan kesalahan yang membuat Arya kesal. Alhasil, itu membuatnya tidak fokus bekerja.
"Dia pasti sibuk banget ngurusin Jihan," gumam Chealse. "Apa aku pulang lebih awal lagi biar bisa bantuin dia jaga Jihan."
Chealse tersenyum sumringah saat ia memikirkan ide yang cemerlang itu. "Benar, sekarang Lea sibuk, maka ini menjadi kesempatanku untuk mendekati mas Arya sekaligus anak-anak. Selain itu, aku harus bisa nunjukin ke mas Arya kalau aku juga bisa diterima ole anak-anak. Kan itu tujuan aku tinggal di sana."
Kini, Chelsea kembali bersemangat setelah mengingat kembali tujuannya tinggal di rumah Lea.
Sementara di sisi lain, Lea juga bersenang-senang dengan Carol. Wanita itu memotong rambut panjangnya menjadi pendek sebahu, ia juga melakukan beberapa perawatan sambil mengobrol ringan.
"Setelah ini apa lagi rencana kamu, Lea?" tanya Carol.
"Nggak ada," jawab Lea sambil terkekeh. "Sekarang biar alam yang mengambil kembali tugasnya," tambah Lea yang seketika membuat Carol tertawa.
"Benar juga sih, semua yang perlu kamu lakukan sudah kamu lakukan," tukas Carol. "Semoga setelah ini Arya tahu apa arti kamu dalam hidupnya."
"Harus," sahut Lea. "Dia harus tahu betapa besar aku berpengaruh dalam hidupnya juga anak-anak, dan dia harus bisa menghargai dan mengerti pasangannya. Bukan malah mencari pasangan lain saat dia merasa ada yang kurang dari pasangannya."
"Memang sedikit pria yang bisa memakai otak dan hatinya secara bersamaan, Lea," lirih Carol. "Tapi aku bersyukur karena Farrel menjadi suami baik, meskipun di balik kebaikannya itu dia juga korban keegoisan ayahnya."
Lea langsung teringat dengan Darrel saat mendengar apa yang Carol katakan.
"Darrel juga menunjukkan perubahan karena apa yang Arya lakukan, Car," lirih Lea. "Aku harap perubahan itu justru ke arah yang baik."
"Itu semua tergantung dari kamu, Lea."
Lea mengangguk mengerti, akan seperti apa anak-anaknya memang tergantung dari dia sekarang.
...🦋...
Chealse langsung pulang ke rumah saat semua pekerjaannya selesai, ia juga membeli cemilan dan mainan untuk Darrel dan Jihan.
"Mas Arya!"
Chealse mengetuk pintu dengan semangat, dan tak lama kemudian Arya membukakan pintu untuknya.
"Hai, Mas," sapa Chealse. "Anak-anak mana? Aku bawakan cemilan sama mainan untuk mereka."
"Di dalam kamar," kata Arya dengan lesu.
Chealse mengikuti Arya masuk, dan wanita itu tercengang melihat pecahan vas bunga di lantai.
"Mas, ada apa ini?" tanya Chealse bingung.
"Darrel main kejar-kejaran sama Jihan, terus mereka nabrak vas bunga."
Arya menjawab sembari mengambil sapu, kemudian ia menyapu lantai dengan hati-hati.
"Biar aku yang nyapu, Mas," ujar Chealse.
"Nggak usah, kamu tolong jaga anak-anak aja," tolak Arya.
"Nggak apa-apa, kamu yang pergi main sana sama mereka, biar aku yang mengurus ini."
Chealse langsung mengambil sapu dari tangan Arya, dan pria itu tidak lagi menolak karena ia memang sangat lelah hari ini.
Arya pun kembali ke kamar anak-anak, dan ia kembali dibuat pusing karena kamar mereka kembali berantakan.
"Pa, Darrel lapar," ujar Darrel kemudian. "Darrel pengen makan nasi goreng."
"Jihan juga mau!" seru Jihan dengan semangat.
"Sebentar, biar Papa pesan," sahut Arya sembari mengambil ponselnya.
"Kenapa nggak masak aja, Pa? Lebih enak masak sendiri kayak punya mama," tukas Darrel.
"Papa nggak bisa masak, Darrel, Bibi juga nggak ada," jawab Arya.
"Kan ada tante Chill!"
Arya langsung menatap Darrel saat mendengar apa yang putranya itu katakan. "Tante Chil bisa masak, kan?"
"Dia baru pulang, Sayang, pasti capek juga," kata Arya kemudian.
"Padahal kami lebih suka masakan di rumah kayak punya mama," ujar Darrel dengan dingin. "Tapi Tante Chil kan bukan mama, jadi ya nggak apa-apa kalau nggak mau masakin."
Arya terhenyak mendengar perkataan Darrel, dan itu mengingatkannya akan tujuan Lea yang meminta Chealse tinggal di sana.
"Ya sudah, biar papa minta Tante Chil masakin nasi goreng untuk kalian," ucap Arya pasrah.
Ia pun segera menghampiri Chealse yang masih membersihkan lantai, dan dengan berat hati ia meminta wanita itu memasak nasi goreng.
"Masak yang simple aja, Cheal," cicit Arya.
Sebenarnya Chelsea merasa cukup lelah, tapi ia tak punya pilihan lain selain mengangguk setuju, bahkan ia harus tetap tersenyum lebar untuk menunjukkan pada Arya bahwa dia tidak masalah memasak.
"Anak-anak kadang gitu, Mas," kata Chelsea. "Gimana kalau sekarang kita masuk bersama?"
"Boleh," sahut Arya.
Mereka berdua pun langsung ke dapur, dan mereka bekerja sama memasak nasi goreng untuk anak-anak.
Di tengah aktivitas memasak itu, Arya mendengar suara mobil dari luar.
"Mungkin itu Lea, aku keluar sebentar," kata Arya sembari mencuci tangan.
"Memangnya dia nggak bawa kunci sendiri, Mas?" tanya Chelsea, ia merasa cemburu karena Arya terlihat bersemangat saat mendengar suara mobil, seolah ia senang dengan kepulangan Lea.
"Mungkin bawa," jawab Arya cuek, dan ia tetap keluar untuk menyambut kepulangan sang istri.
Saat membuka pintu, Arya langsung termangu melihat Lea yang ternyata tidak pulang sendiri.
Istrinya itu diantar oleh Farrel, dan mereka masih berbicara sambil tertawa. Rasa cemburu menyentil hati Arya, apalagi saat ia menyadari ada yang berbeda dari penampilan sang istri.
"Lea?" panggil Arya dengan kesal.
...🦋...