"Papa sudah menjodohkanmu dengan Arion, putra dari sahabat Papa!"
Jedar, bak tersambar petir disiang bolong saat mendengar ucapan dari sang Papa. Seketika tubuh Zeva langsung menegang dengan mulut terbuka.
"tidak, ini tidak boleh terjadi!"
Niat hati ingin meminta restu untuk hubungannya dengan sang kekasih, malah berakhir dengan perjodohan yang dilakukan oleh kedua orangtuanya.
Bak buah simalakama, itulah ungkapan yang tepat untuk apa yang Zeva rasakan saat ini. Dia tidak bisa berpisah dengan laki-laki yang sangat dia cintai, tapi tidak juga bisa melawan kehendak kedua orangtuanya.
Apakah yang akan terjadi pada Zeva selanjutnya?
Bisakah dia membina rumah tangga sesuai dengan keinginan kedua orangtuanya?
Yuk, ikuti kisah mereka yang penuh dengan kegaduhan dan kejutan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 28. Kebenaran yang Sangat Menyakitkan.
Sekilas Arion melihat ke arah Zeva, lalu kembali melihat ke jalanan membuat wanita itu semakin dilanda kegugupan.
"Ti-tidak. Aku hanya, hanya sedikit kaget saja." Zeva tidak tau harus mengatakan apa pada laki-laki itu, ingin meminta ponsel itu pun rasanya sangat takut sekali.
Tidak berselang lama, mobil mereka sudah sampai di parkiran apartemen. Dengan cepat Arion keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam lift, tentu diikuti oleh Zeva yang berjalan dengan kepala tertunduk.
Keheningan terus tercipta di antara mereka. Ingin sekali Zeva mengatakan sesuatu, tetapi lidahnya tidak bisa untuk diajak kerja sama.
"Tapi kenapa dia marah? Apa, apa jangan-jangan dia tau masalah Gavin?" Zeva mulai diselimuti ketakutan saat ini, apa yang harus dia katakan jika Arion mengetahui hubungannya dengan laki-laki itu?
"Mau sampai kapan kau di sana?"
Lamunan Zeva terhenti saat mendengar suara Arion, dengan cepat dia keluar dari lift itu dan menyusul langkah sang suami yang sudah berdiri di depan pintu apartemen.
Brak!
Tubuh Zeva tersentak kaget saat Arion menutup pintu dengan kasar, jantungnya sudah berdegup kencang dengan keringat dingin yang mengalir ditubuhnya.
"Sebelum aku bertanya, apa ada sesuatu yang ingin kau katakan padaku?" Arion berjalan ke arah sofa dan langsung menghempaskan pantatnya, sementara Zeva masih berdiri tegak di hadapannya dengan kepala tertunduk dan tangan saling bertautan.
Zeva meremmas kedua tangannya dengan erat, saat ini dia tidak tau harus bagaimana dan mengatakan apa pada Arion. "Ya Tuhan, apa dia benar-benar sudah tau semuanya?" Air mata sudah hampir terjatuh dari kedua matanya.
"Zevanea Laudrix! Apa benar-benar tidak ada yang mau kau katakan padaku?"
Tubuh Zeva tersentak saat Arion menyebutkan nama panjangnya, untuk pertama kalinya laki-laki itu memanggil namanya. "A-aku, aku tidak ingin mengatakan apapun."
Arion menganggukkan kepalanya, dia lalu mengeluarkan ponsel Zeva yang sejak tadi ada dalam saku celananya. "Ini ponselmu, bukan?"
Zeva mendongakkan kepala untuk melihat apa yang Arion tunjukkan, dan benar saja kalau benda pipih yang ada di atas meja adalah ponselnya. "Be-benar, terima kasih karna sudah membawanya."
"Heh, terima kasih?" sinis Arion membuat kepala Zeva kembali menunduk, dia lalu bangun dan berjalan ke hadapan wanita itu.
"My boy, siapa dia?"
Glek. Zeva langsung menelan salive dengan kasar saat mendengar ucapan Arion, sepertinya laki-laki itu mengangkat panggilan dari Gavin.
"Jawab aku!" ucap Arion dengan nada suara yang naik beberapa oktaf, dia menundukkan tubuh hingga wajahnya berhadapan langsung dengan wajah Zeva.
"I-itu, itu adalah temanku,"
"Benar, dia temanmu bernama Gavin."
Napas panas Arion terasa menyapu wajah Zeva membuat darahnya berdesir, dia mencoba untuk mundur tetapi pinggangnya langsung ditahan oleh laki-laki itu.
"Ada hubungan apa kau dengannya?" Arion mencengkram dagu Zeva agar wanita itu melihat ke arahnya, hingga kini mata mereka saling beradu pandang. "Jawab aku dengan jujur, atau aku tidak akan mengampunimu jika tau ada hubungan apa antara kalian dari orang lain!"
Tubuh Zeva semakin bergetar hebat, apalagi pipinya terasa sangat sakit akibat cengkraman tangan Arion. "Ka-kami, kami cuma teman."
"Bohong!" Arion melepaskan cengkraman tangannya dengan kasar, sampai tubuh wanita itu mundur beberapa langkah ke belakang.
"Jawab aku dengan jujur, atau kau mau aku menghancurkan semuanya?" ancam Arion. Lebih baik dia tau kejujurannya walaupun sakit, daripada terus dibohongi seperti orang bod*oh.
Zeva semakin takut. Dia tidak boleh membiarkan laki-laki itu memberitahu masalah ini pada keluarganya, atau akan ada badai besar yang terjadi.
"Di-dia, dia kekasihku."
Deg. Jantung Arion terasa seperti ditusuk oleh ribuan jarum secara bersamaan saat mendengar ucapan Zeva. Matanya berkilat marah dengan tangan terkepal kuat, sungguh dia tidak pernah menduga bahwa selama ini ada laki-laki lain dalam hidup wanita itu.
"Jadi, dia kekasihmu?" tanya Arion dengan tajam, sekuat tenaga dia menahan amarah yang sudah sampai diubun-ubunnya.
"Maafkan aku." Air mata yang sejak tadi ditahan kini sudah jatuh membasahi wajah, entah kenapa dada Zeva terasa sesak saat mengatakan semuanya pada Arion.
"Hah!" Arion tertawa sinis dengan kejutan yang istrinya berikan, sungguh hatinya terasa sangat sakit sekarang.
Zeva hanya bisa terdiam dengan apa yang terjadi, dia tau kalau perasaan Arion sebagai seorang suami pasti sangat hancur mendengar ucapannya.
"Kau, menjadi istriku tetapi masih punya kekasih?" Arion kembali mendekati Zeva bahkan kini mencengkram kedua bahu wanita itu dengan kuat. "Kau menikah denganku, tapi masih berhubungan dengan kekasihmu?" Dia mengguncang tubuh Zeva hingga wanita itu meringis menahan sakit.
"Maaf, maafkan aku," hanya itulah kata-kata yang bisa dia ucapkan saat ini, sungguh dia merasa sangat menyesal sekarang.
Arion lalu kembali menghempaskan tubuh Zeva sampai menabrak dinding. "Hebat, kau benar-benar wanita yang sangat hebat." Matanya memerah dengan gigi yang saling bergesekan, rahang yang sejak tadi mengeras membuat urat-urat di sekitar leher menonjol ke permukaan.
"Kau, kau benar-benar wanita terkutuk. Aku sangat membencimu!" Arion berbalik dan keluar dari apartemen membuat Zeva langsung berlari untuk mengejarnya.
"Tunggu, tunggu Arion! Dengarkan aku dulu." Zeva mencekal tangan Arion hingga laki-laki itu menghentikan langkah. "Aku mohon dengarkan aku dulu, aku, aku minta maaf. Aku tidak ada maksud untuk menyakitimu."
"Lepaskan tanganku!" Arion menghempaskan tangan Zeva dengan kasar membuat wanita itu terisak. "Jangan coba-coba untuk mendekatiku!"
Zeva menggelengkan kepalanya. "Aku mohon maafkan aku, Arion. Aku, aku benar-benar menye-"
"Cukup! Aku tidak mau mendengar apapun lagi darimu!" Dia kembali melangkahkan kakinya ke arah mobil tanpa menghiraukan panggilan Zeva. Persetan dengan wanita itu, saat ini hatinya benar-benar hancur hingga membuat dada terasa sesak.
Bruk.
Tubuh Zeva langsung terjatuh ke atas lantai saat melihat kepergian Arion, dia menangis sampai tersedu-sedu karena hatinya juga merasa sakit karena semua ini.
"Maafkan aku, Arion. Maafkan aku."
•
•
•
Tbc.
Sayang belum banyak peminat (diliht dr jumlah likers nya lo yaaa..)
Walau tokoh perempuannya di awal bikin Mak gereget, jengkel, dan kesel dg tingkahnya
Terimakasih atas karyamu yg menghibur ya Thor
Semoga makin bamyak yg minat utk baca karya2mu thor
Dan sukses selalu ya
Disatu sisi kasian, di sisi lain kamu bebal Ze..