Sebuah kesalahan di satu malam membuat Ocean tidak sengaja menghamili sahabatnya sendiri. Hal itu membuat Cean menjadi labil dan berusaha menolak takdirnya yang akan menjadi Ayah di usia yang masih sangat muda.
"Aku hamil, Ce." (Nadlyn)
"Perjalanan kita masih panjang, Nad. Kita baru saja akan mengejar impian kita masing masing, aku harus ke London mengejar studyku disana." (Ocean)
"Lalu aku?" (Nadlyn)
Cean menatap dalam mata Nadlyn, "Gugurkan kandunganmu, Nad."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shann29, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 28
"Sam sedang apa di Mall?" Tanya Disya saat mereka berada dalam mobil yang di kendarai oleh supir.
"Membeli sepatu futsal, Aunty."
"Mommy bekerja?" Tanya Disya lagi.
"Mommy ada meeting dengan kliennya, Kakek ke perusahaan, dan tadi Papi Dirga ke rumah untuk melihatku."
"Apa Papi Dirga sering kerumahmu meski tidak ada Mommy?"
Samudra mengangguk lalu melihat ke arah jendela.
"Sam.." Panggil Disya.
Sam menoleh ke arah Disya. "Aunty, dimana Oma?" Tanya Samudra. "Aku sangat merindukan Oma, aku ingin bertemu Oma." Kata Samudra dengan wajah sendunya.
"Sam mau bertemu dengan Oma?" Tanya Disya yang di angguki oleh Samudra.
Disya menatap wajah Samudra. "Kita video call sama Oma ya."
"Benarkah?"
Disya mengangguk dan mengeluarkan ponselnya. Disya menekan aplikasi hijau dengan mode Video call.
Samudra merapatkan duduknya ke dekat Disya sembari memeluk perutnya Disya yang buncit.
Di dering ketiga, video call itu diterima oleh Nanda. Disya memberikan kode pada Sam dengan menempelkan jari telunjuk di mulutnya dan Samudra pun mengangguk.
"Hai Mom." Sapa Disya.
"Iya, Sayang.. Apa kabarmu?" Tanya Nanda.
"Baik Mom, bagaimana dengan Mom disana?" Tanya Disya.
Samudra hanya bisa melihat wajah sang Oma dari samping Disya.
"Mommy baik, hanya adikmu saja yang masih terpuruk." Jawab Nanda sambil menunjukan cameranya ke arah Cean yang duduk di sebelahnya dengan tatapan kosong.
"Biarkan saja, Mom. Ini karma untuknya." Kata Disya dengan kesal.
"Mom.." Panggil Disya dengan cepat.
"Iya Sayang."
"Ada yang rindu dengan Mommy."
"Pasti Daddy, kenapa Daddy lebay sekali, belum lima menit Daddy video call ke Mommy dan sekarang kamu sudah menyampaikan ke Mommy jika Daddy rindu pada Mommy." Kata Nanda berusaha mengobati hatinya yang sedih karena keadaan Ocean.
"Bukan Daddy, Mom. Tetapi ini.." Disya mengarahkan kamera ponselnya pada Samudra.
"Omaaaaaa." Teriak Samudra sedikit histeris.
Dan teriakan itu sampai di telinga Ocean yang segera melihat ke arah layar ponsel milik Mommy nya.
"Omaaa... Huwaaaaa." samudra menangis kencang, padahal semenjak sekolah dasar, Samudra tidak pernah menangis seperti ini lagi.
"Sam, Sam cucu Oma, benarkah ini kamu sayang? Jangan menangis." Kata Nanda yang kini malah ikut menangis.
"Omaaa, Sam kangen Oma, Sam mau di rumah Oma lagi.. Huwaaaa."
"Iya sayang, tunggu Oma ya.. Oma akan segera pulang untuk Sam.. Oma janji Sayang.. Sam mau oleh oleh apa?" Tanya Nanda mencoba membuat Sam agar lebih tenang.
"Sam tidak mau oleh oleh, Sam maunya Oma pulang dan temani Sam lagi." Kata Samudra membuat Nanda terharu.
"Mom.." Panggil Cean dengan lirih, "Aku ingin bicara dengan anakku." Kata Cean membuat Nanda membolakan kedua matanya.
"Mom, please." Imbuhnya lagi penuh permohonan.
Nanda memberikan ponselnya pada Cean. Samudra dapat melihat wajah Cean yang sedikit lebih kurus.
"Uncle." Panggil Samudra dan membuat Cean tersenyum.
"Hai.."
Samudra ikut tersenyum sambil menghapus air matanya. "Uncle kemana saja?" Tanya Samudra. "Uncle pulang ke London?"
"Uncle ada di Amsterdam, bukan di London."
Samudra menganggukan kepalanya.
"Hei, apa kamu ingat pembicaraan terakhir kita di rumah sakit?" Tanya Cean dan Samudra mengangguk kembali.
"Aku sudah bertemu dengannya dan menyampaikan pesanmu padanya." Kata Cean dengan ambigu yang hanya dapat dipahami oleh Ocean dan Samudra.
"Benarkah?" Tanya Samudra.
"Dia akan kembali, tetapi dengan satu syarat."
"Apa?" Tanya Samudra.
"Jangan beritahu Mommymu."
Samudra tampak berpikir.
"Deal?" Tanya Cean.
Samudra mengangguk, "Deal."
Cean tersenyum, "Jangan menangis lagi, aku tidak suka melihatmu menangis, kamu harus jadi pria yang kuat dan tidak boleh lemah." Kata Cean.
Samudra mengangguk. "Apa Uncle sedang sakit? Mengapa memakai pakaian passien?"
"Aku sedang sakit, tetapi aku sudah sembuh karena kamu adalah obatku." Balas Cean.
"Kalau begitu Uncle cepat sehat, aku juga ingin bertemu dengan Uncle."
"Baiklah, tetapi ingat kamu harus merahasiakan ini dari Mommy mu, okey?"
"Okey, Uncle."
Panggilan itu terpaksa harus berakhir karena Disya dan Samudra sudah tiba di rumah Robi.
"Terimakasih Aunty." Kata Samudra.
Disya mengambil tissue basah dan mengelapkannya di wajan Samudra, "Sini Aunty bantu bersihkan wajahmu yang terkena air mata."
Samudra mendekatkan wajahnya dan Disya mulai mengelapnya dengan lembut.
"Jangan bilang Mommy jika kamu melakukan video call dengan Oma dan Uncle ya. Aunty takut nanti kamu tidak bisa menghubungi Oma lagi."
Samudra mengangguk, "Iya Aunty."
"Jadi anak yang baik ya, Sam." Kata Disya dan Samudra tersenyum.
Disya mengantar Samudra hingga pintu dan ternyata Nadlyn sudah pulang kembali.
"Lho koq sama Kak Disya, bukan sama Dirga?" Tanya Nadlyn pada Disya kemudian mencium pipi Disya.
"Sam, masuk dan istirahat ya. Aunty mau bicara dengan Mommy." Kata Disya sambil mengusap kepala Samudra dengan lembut.
Samudra mengangguk, "Terimakasih Aunty sudah mengantar Sam." Ucapnya santun.
Disya tersenyum dan setelah Samudra berlalu, Disya duduk bersama Nadlyn di teras.
"Sudah berapa usia kandungannya, Kak?" Tanya Nadlyn.
"Baru masuk delapan." Jawab Disya sambil mengusap perutnya yang sudah buncit.
"Maaf tidak datang di pernikahan Kakak." Kata Nadlyn.
"Baik kamu dan Cean sama sama tidak datang, kalian sama sama menghindari satu sama lain. Pada kenyataannya diantara kalian tidak ada yang datang di pernikahanku." Ucap Disya bersedih.
"Kak, Maaf." Lirih Nadlyn.
"Aku mengerti, Nad. Aku malah tidak enak padamu, karena adikku, kamu menderita."
Mereka sama sama diam, hingga akhirnya Nadlyn bertanya sesuatu.
"Kak, dimana Mommy, mengapa tidak pernah menelponku, dan aku juga tidak bisa menghubungi Mommy."
Disya melihat ke arah Nadlyn, "Mommy di Amsterdam, bersama Cean."
"Apa sesuatu terjadi pada Cean?" Tanya Nadlyn.
Disya hanya mengerdikan bahunya, "Mungkin Mommy akan pulang dalam waktu dekat." Ucap Disya tanpa menjawab pertanyaan Nadlyn.
"Nad..." Panggil Disya.
"Iya, Kak."
"Jika nanti Momny kembali, boleh ya Sam tinggal lagi di rumah Mommy meskipun itu siang. Mommy merasa sangat kehilangan Sam. Setiap hari Mommy selalu menangisi Sam."
Nadlyn terkejut mendengar apa yang Disya ucapkan.
"Aku mohon, Nad. Biarkan Sam tetap di rumah Mommy meski itu hanya siang."
"Tapi...."
"Cean?" Tebak Disya.. "Cean tidak akan pernah mengganggu hidupmu dan Samudra." Imbuhnya lagi dan entah mengapa Nadlyn seperti kecewa mendengarnya.
Nadlyn hanya diam mendengarnya, ia tidak bisa menolak permintaan Disya karena sedari dulu Disya sangatlah baik terhadapnya.
Sementara di tempat yang lain.
Plakkk..
"Jauhi wanita itu, Dirga!!" Ucap Hellen, Maminya Dirga.
"Mi,, Dirga mencintainya."
"Omong kosong dengan cintamu itu!!" Sentak Hellen.
"Mami sudah menyelidikinya, dia hanya anak dari kaki tangan mendiang Aryo Darmawan. Mami tidak akan mengijinkanmu menikah dengan anak dari orang yang hanya menjadi kaki tangan saja apa lagi wanita itu sudah pernah menikah dan memiliki anak. Kamu harus menikah dengan Yuri anak dari pemilik Y Group." Ucap Hellen penuh penekanan.
"Dirga tidak mau, Mi... Nadlyn wanita yang baik."
Hellen tertawa, "Kalau begitu nikahi saja wanita itu dan angkat kaki dari rumah ini, lepaskan semua fasilitas yang sudah Mami berikan. Mami tidak sudi memiliki menantu terlebih wanita itu sudah memiliki anak." Kata Hellen dengan tegas.
"Mi...."
"Meskipun kamu anak laki laki Mami satu satunya dan calon pimpinan perusahaan Mami, tapi Mami akan memberikannya pada Kakak kakak perempuanmu meski mereka bukan anak Mami dan kamu tidak mendapatkan sepeserpun."
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Makasih untuk yg udah ramein komentar di bab sebelumnya..
Ayo ramein lg siapa tau aku khilaf untuk Up lg 😄
kayaknya author ya nulis nya Nggak pakai outline.Karena kadang diawal gimana ,sampai bab selanjutnya kontra . Andai runut tiap Bab nya novel ini bagus banget karena ceritanya kuat ,bahasa nya asik ,ceritanya juga clear ,plot nya seru .