Sequel
" Semerbak wangi Azalea."
" Cinta Zara."
" Sah."
Satu kata, tapi kata itu bisa berakhir membuatmu bahagia atau sebaliknya.
Zayn Ashraf Damazal akhirnya mengucap janji suci di depan Allah. Tapi mampukah Zayn memenuhi janji itu ketika sebenarnya wanita yang sudah resmi menjadi istrinya bukanlah wanita yang dia cintai?
Cinta memang tidak datang secara instan, butuh waktu dan effort yang sangat besar. Tapi percayalah, takdir Allah akan membawamu mencintai PilihanNya. Pilihan hati yang akan membawa mu menuju surga Allah bersama sama
" Kamu harus tahu bahwa kamu tidak akan pernah mendapatkan apa yang tidak di takdirkan untukmu." _Ali bin Abi Thalib.
" Perempuan perempuan yang baik untuk laki laki yang baik, laki-laki yang baik untuk perempuan perempuan yang baik pula." _ QS.An - Nur 26
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 : Teman lama
Aretha menjalankan hari hari PPDS nya dengan penuh semangat, meski lelah dan kadang pulang tengah malam, tekadnya tidak pernah surut sedikitpun untuk mengabdikan diri pada masyarakat yang membutuhkan.
Kemelut rumah tangganya tidak menjadi penghalang, bahkan dengan menyibukkan diri, Aretha bisa melupakan sedikit kegundahan hatinya.
Sore nanti, Aretha akan mendampingi Zayn. Ini kali pertama Aretha bekerja bersama dalam satu ruangan setelah hampir sebulan menjalani residensinya.
" Hhh..." Terdengar helaan nafas dari salah seorang perawat yang biasa mendampingi Zayn. Dia sedang mengatur alat alat yang di butuhkan Zayn nantinya.
" Kenapa kak? Beban nya kayak berat begitu..." Tanya Aretha tersenyum manis.
Perawat wanita yang hampir seumuran dengan Aretha itu jadi salah tingkah.
" Oh, tidak apa apa dok.." Ujarnya tersenyum aneh.
" Apa karena dokter Zayn?" Tebak Aretha.
Perawat tadi menghentikan kegiatannya dan mendekati Aretha.
" Sebenarnya saya tidak enak mengatakan ini pada anda dok." Ucapnya dengan nada memelas.
" Memangnya kenapa?"
" Tapi janji ya, dokter tidak akan memberitahu kan ini pada dokter Zayn. Dokter kan istrinya. Biasanya suami istri jika di rumah pasti gosipnya seputaran tempat kerja. Sama kayak saya dan suami dok."
" Gosip dari mana? Bicara saja jarang." Aretha membatin.
" Iya, janji."
" Di rumah, apa dokter Zayn jarang bicara dok?" Selidik perawat .
" Iya..begitulah ."
Helaan nafasnya kembali terdengar, kali ini lebih keras dari sebelumnya.
" Jujur, setiap tau jika akan menjadi instrument nurse dan mendampingi dokter Zayn, rasa rasa nya umur saya berkurang jauh lebih banyak." Katanya tertunduk lesu.
" Hahahaha.." Aretha tertawa lepas.
Ternyata bukan hanya dia yang menjadi korban si kulkas lima puluh pintu itu. Masih banyak yang menderita batin karenanya.
" Masih mending prof Adam, beliau masih sering bercanda dan bergurau hingga suasana di dalam kamar operasi jadi lebih hidup." Perawat tadi mencurahkan semua isi hatinya tentang Zayn bahkan membandingkan sikap ayah dan anak itu di dalam kamar operasi.
" Aku jadi penasaran."
" Tunggulah dok, tidak lama lagi beliau akan datang, dan lihatlah sepak terjangnya." Katanya menambah rasa penasaran Aretha.
Zayn masuk menghentikan percakapan Aretha dan perawat. Tidak salah jika mereka menganggap Zayn seperti kulkas, bayangkan, tidak ada senyum dan sapa begitu dia menginjakkan kaki di dalam ruangan dengan banyak manusia itu.
Ruangan di kamar operasi Brawijaya Hospital memang banyak. Jadi, akan banyak dokter yang menggunakan ruangan tersebut. Karena itu, kamar bedah akan terlihat ramai di pagi sampai sore hari, banyak dokter bedah yang akan melakukan pembedahan sesuai spesialisasi nya masing masing.
" Bagaimana hari mu dokter Zayn?" Sapa salah satu teman dokter yang kebetulan menyelesaikan residensi bersamaan dengan nya.
" Seperti biasa." Selesai, tidak ada kelanjutan dari jawabannya itu. Tapi temannya sudah paham sifat Zayn yang memang terlanjur dingin hingga bisa sampai membeku.
" Operasi apa ?" Tanya nya kembali.
" Reseksi duodenum."
" Stadium?"
" Satu."
" Wah,,cepat juga terdeteksi, semoga operasinya berjalan lancar."
" Aamiin."
Singkat, padat, aamiin.
Aretha menyimak pembicaraan singkat itu. Dan dia sudah membuktikan sedingin apa Zayn pada makhluk bernyawa yang sudah menjadi temannya selama bertahun tahun.
Tiba lah saat operasi. Sebagai residen tahun pertama, Aretha hanya bisa memantau tanpa melakukan tindakan. Sebenarnya dia sangat ingin, tapi memang untuk stase nya di semester awal sebatas mengobservasi saja.
Operasi di mulai. Dan instrument nurse nya kali ini adalah perawat yang tadi mencurahkan isi hatinya pada Aretha.
Zayn mengangkat tangan kanannya dengan telapak menghadap ke atas.
Kimmy, nama perawat yang bertugas sudah paham apa yang Zayn minta.
Begitu seterusnya hingga operasi berakhir setelah empat jam lamanya.
Benar, Aretha tidak mendengarkan suara manusia di dalam sana, untuk bergerak atau bernafas sepertinya harus di atur sedemikian rupa agar tidak mengganggu konsentrasi sang dokter bedah. Bayangkan empat jam berkutat dengan pasien, hanya suara monitor yang terdengar hingga operasi finish dan pasien di pindahkan ke ruang pemulihan.
Jujur, Aretha ingin sekali keluar. Dia suntuk dan bosan. Andai kata dia bukanlah seorang mahasiswi dan andai sudah menjadi dokter spesialis anastesi, Aretha pasti akan meminta dokter lain untuk mengikuti operasi yang di lakukan Zayn.
Tapi ada nilai plus dan patut di acungi jempol saat Zayn sudah dalam mode serius dan memegang pisau bedah. Dia bekerja sangat teliti dan tidak akan melewatkan satupun prosedur yang sudah di tetapkan selama operasi berlangsung.
Aretha juga mencuri dengar dari beberapa rekan dokter, bahwa meski Zayn jarang bicara dan selalu to the point, tapi pasien yang datang berobat padanya sangatlah banyak.
Zayn tidak suka memberikan harapan palsu pada pasien dan keluarganya. Jika memang itu sulit dan sudah tidak bisa di lakukan tindakan medis lainnya, Zayn akan jujur mengatakannya. Sebaliknya jika masih berpeluang besar, Zayn mati matian akan melakukan yang terbaik agar pasien bisa survive dan menjalani kehidupan yang bahagia.
Aretha duduk di kafetaria rumah sakit. Dia baru saja memesan seporsi nasi lengkap dengan lauknya. Makan malam yang harusnya dia selesaikan sejak dua jam lalu, baru bisa terlaksana sekarang.
Sesuap demi sesuap ia masukkan ke dalam mulutnya, lapar yang mendera membuatnya tidak menyadari jika seorang pria tampan datang dan menghampirinya. Pria itu memesan makanan yang sama dengan Aretha.
" Boleh aku duduk di sini?" Tanyanya meminta ijin.
Kebetulan kursi depan Aretha masih kosong.
Aretha mengangkat kepalanya." Silahkan." Setelah itu, dia kembali melanjutkan makannya.
Pria itu sibuk menatap Aretha, bahkan makanan di piringnya belum dia sentuh padahal sudah lebih dari sepuluh menit ia duduk di depan wanita cantik itu.
Aretha mulai risih. Meski pernah bergaul dengan banyak pria, tapi Aretha bisa memilah yang mana yang benar benar murni sebagai teman dan yang mana yang menaruh hati padanya.
Sebenarnya, Aretha pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat berat yang berhubungan dengan pria. Makanya, Aretha ke mana mana lebih sering menggunakan masker ketimbang memperlihatkan langsung wajah cantiknya.
Krisis percaya diri pernah membuatnya hampir tidak melanjutkan kuliahnya. Karena masalah itu juga, Aretha akhirnya memutuskan berhenti balapan dan tidak lagi bergaul dengan teman teman lamanya.
" Setelah jadi residen anastesi, kau melupakanku Ta?" Tanyanya terus menatap Aretha.
Aretha kembali mengangkat kepalanya. Dia yakin jika pria itu mengenalnya dengan baik.
" Hai, sudah lama kita tidak bertemu." Sapanya tersenyum manis.
Aretha menatap tajam pria yang sedang tersenyum manis padanya.
" Kak Axel?" Tebak Aretha. Keningnya hampir menyatu karena sulit mengumpulkan kenangan tentang masa lalu. Aretha yakin jika pria itu adalah pria yang pernah berada di masa lalunya.
" Ku pikir kau sudah melupakanku." Tukasnya terkekeh pelan.
" Astaga kak, maaf aku sampai tidak mengenalimu." Ucapnya di selingi tawa.
Pria tampan itu bernama Axel. Axel adalah pemimpin Aretha saat masih bergabung dengan tim Speed Devils . Aretha sulit mengenali Axel karena tampilan pria itu sangat jauh berbeda. Dulu rambut Axel gondrong dan brewokan, bertubuh kurus seperti seperti kayu kering tidak pernah di siram.
Tapi sekarang, Axel sangat tampan, tidak ada lagi rambut gondrong, tidak ada lagi wajah penuh bulu. Tubuh Axel sekarang juga sangat bagus.
" Kak Axel ada urusan di sini?"
Axel menggeleng. Lalu mengeluarkan sesuatu dari dalam saku kemejanya.
" dr. Axel Peter Eleazar, Sp. N." Itu nama yang tertera di id card yang baru saja di keluarkan dan di tunjukkan pada Aretha.
" Tunggu, jadi.." Aretha sampai menutup mulutnya.
" Iya, baru dua bulan."
" Selamat ya kak."
" Sama sama."
Mereka asik berbincang, berbicara mengenai masa lalu yang indah dan penuh kenangan.
Tidak ada pembahasan masa lalu kelam yang akan mengungkit luka lama Aretha.
" KAU SUDAH SELESAI!!"
...****************...
🤭😍🤩
mudah sekali aslinya zaynnn
tinggalkan gengsi mu
punya kesempatan tium2
nanti jama'ah lagi za mas
5 waktunya setiap hari
lumayan, vitamin 5 kali 😃
halal iniii
😃🤣🤣🤣🤣🤣😂😂😂😂
" hallo pindah kan barang² nyonya Aretha di kamar utama sekarang "
nahh jadi tiap malam bisa bubu bareng teruss 🤣🤣
kamu tu dah jatuh cinta sama areta