Akan ku ambil apa yang membuat kalian semua bahagia, akan ku rebut segalanya dan tertawa terbahak-bahak saat kalian menangis sedih.
Aku, adalah kesialan yang sesungguhnya untuk kalian, aku adalah kesedihan yang akan kekal berada di antara kalian. Rasakan, nikmati betapa sakitnya apa yang aku juga rasakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Wanita, Dua Sifat
Velo tersenyum melihat Rigo yang begitu gelisah karena sudah kesiangan. Aneh ya, padahal perusahaan milik Ayahnya, tapi dia bersikap benar-benar seperti karyawan biasa yang melanggar aturan.
" Jadi kau tidak mau sarapan dulu? " Tanya Velo karena sepertinya Rigo sudah akan langsung berangkat.
" Tidak. "
Velo mengangguk paham.
" Semalam, terimakasih karena sudah merawat ku. "
Rigo yang tengah mengancing kemejanya terdiam sebentar, lalu melanjutkan aktivitasnya.
" Tidak usah berterimakasih, bahkan kalau yang demam adalah seekor singa, aku juga tidak keberatan menolongnya. "
Velo tersenyum menahan tawa. Sepertinya Rigo memang sangat suka mengelak, tapi ya sudahlah tidak masalah, toh dia sudah menerima kebaikan dari Rigo.
" Biarkan aku bantu memasangkan dasinya. " Ucap Velo lalu mengambil alih dasi dari tangan Rigo, lalu mengambil posisi untuk memasang dasinya. Rigo tidak menolak, alasannya karena dia tidak ingin berdebat dengan Velo. Tapi nyatanya, dia lagi-lagi justru tanpa sadar terus memperhatikan wajah Velo dengan detail. Gila, susunan wajah Velo memang sangat sempurna. Hidung memang tidak terlalu mancung, matanya yang agak sipit dan jika tersenyum akan membuatnya seperti sedang tertutup. Bibirnya yang agak berisi memang selalu indah saat dia tersenyum. Bulu matanya, bahkan tanpa menggunakan pelentik bulu mata sudah cukup bagus untuknya. Kulit, memang kulit Velo tidak seputih kulit Selena, tapi anehnya Velo memang terlihat lebih menarik sih.
Rigo membulatkan matanya, dengan segera dia membuang arah pandangannya tidak ingin terus menatap Velo dengan pemikiran aneh yang ada di kepalanya itu.
" Sudah selesai! " Ucap Velo.
Rigo menatap dasi yang terpasang dengan dahi mengeryit.
" Kau ini apa seorang anak sekolah dasar? Memasang dasi dengan bentuk aneh begini, kau sengaja mau mempermalukan aku ya? "
Velo merengut sebal.
" Aku tidak pernah memasangkan dasi pria, saat sekolah pun aku jarang mengunakan dasi, kalaupun pakai, bentukannya pasti persis seperti itu. "
Rigo terdiam tidak bisa berkata-kata, aneh sekali. Bukannya sebelumnya Velo menjadi seorang simpanan pria kaya raya? Mana mungkin dia sama sekali tidak pernah memakaikan dasi untuk mantan prianya itu?
" Aku rasa, pria mu dulu itu sangat menyesal pernah menyimpanmu. Memakaikan dasi pun tidak pernah, benar-benar rugi. " Gerutu Rigo yang justru mendapat kekehan dari Velo.
" Aku cukup menjadi cantik, bersih dan wangi, dia tidak memintaku melakukan apapun. Makan kalau ada dia selalu di suapi, kalau aku merasa pegal dia akan memijat ku, mandi juga sering dia yang mandikan, jadi maaf saja kalau aku terlalu manja dan tidak banyak berguna kecuali di atas tempat tidur. "
Rigo ternganga keheranan sembari menggeleng mendengar semua ucapan Velo.
" Jangan bicara lagi, aku tidak tahan mendengarnya. " Rigo mengambil jasnya dan mulai melangkah pergi.
" Eh, tunggu! "
" Apa lagi? "
" Kau belum menciumku! "
Rigo membuang nafasnya, tapi tetap dia berbalik dan mengecup bibir Velo sebentar.
" Hati-hati di jalan, dan jangan sampai lupa untuk merindukan aku! "
" Iya, anggaplah begitu, atur saja aku sesukamu, semuanya, bahkan dunia milikmu kok. " Gerutu Rigo sebelum dia keluar dan bisa Belo dengar dengan jelas. Velo tersenyum, dan begitu Rigo sudah pergi, Velo berubah mimik wajah menjadi dingin.
Hari ini dia sudah menyiapkan banyak beberapa skenario untuk mulai beraksi, jadi dia harus segera bersiap untuk memulai aksinya.
Begitu sampai di kantor, Rigo segera mengerjakan apa yang harus dia kerjakan, hingga dia baru tersadar dengan dasi yang belum sempat dia benahi. Rigo menghela nafas, dia sudah akan menarik dasi yang dia gunakan untuk di benahi. Tapi, mengingat kalau Velo belum pernah menggunakan dasi kepada siapapun, Rigo mengurungkan niatnya dan membiarkan saja dasi nya tetap di sana hingga jam kantor selesai.
Rigo yang sudah bersiap untuk pulang segera membalas dulu pesan dari Selena karena Selena mengirimkan banyak sekali pesan padanya, dan sepertinya Selena juga masih marah. Tidak ingin membuat Selena kesal, jadi Rigo pikir membiarkan saja dulu Selena tenang seperti biasanya, barulah nanti kalau Selena menghubunginya untuk bertemu, dia akan memenuhi keinginan Selena dan membujuknya agar benar-benar tidak marah lagi.
" Ini baru jam tujuh, apa iya harus segera pulang ke apartemennya Velo? " Gumam Rigo sebentar bimbang sendiri. Tapi baru saja selesai bergumam, ponselnya berdering, dan itu dari Selena.
" Iya, Selena? "
Kak Rigo, sudah pulang?
" Masih di kantor, ini baru akan pulang. "
Kita makan malam bersama ya?
" Iya, aku jemput kau sekarang! "
Iya, aku tunggu.
Baru saja akan mulai beranjak, ponsel Rigo kembali berdering, dan kali ini adalah dari Velo. Ah, rasanya tidak ingin mengangkat telepon karena cukup buruk juga firasat kalau Velo yang menghubunginya. Tapi kalau tidak di angkat, malas juga mendengar ancamannya, yah terpaksa sudah harus di angkat, batin Rigo.
" Ada apa? "
Sayang, pulang sekarang ya?
" Tidak bisa, aku sudah ada janji. "
Ah!
" Kau kenapa? "
Sakit!
" Apanya? "
Semua! Semuanya sakit! Aku butuh suami, karena kalau kau tidak ada, mau tidak mau aku harus membawa pria baru untuk merawatku. Kalau kau masih tidak perduli, biar saja aku menceritakan bagaimana cueknya suamiku yang lebih memilih urusan lain di banding menemani istrinya yang sedang sakit. Pokoknya kalau kau tidak pulang, aku akan-
" Hei hei hei! Mulutmu apa tidak ada remnya, hah?! "
Remnya kan bibirmu.
Rigo membuang nafas kasarnya.
" Kau di mana? "
Perjalanan pulang, tadinya aku ingin lembur karena rencananya besok akan ada diskon besar-besaran di butik, tapi karena aku sakit jadi aku ingin cepat pulang.
Rigo menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ah, rasanya pusing sekali memiliki dua wanita yang karakternya berbeda. Selena selalu berwajah lembut, sopan, jarang bicara, tapi sekalinya bicara tidak bisa di bantah. Satu lagi si perempuan jadi-jadian ini banyak sekali bicara, sembarangan pula, tukang mengatur, tukang merengek, belum lagi suka mengancam yang membuat Rigo sering mati kutu. Aah! Pusing!
Rigo memutuskan sambungan teleponnya, dia ingat benar malam sebelumnya Velo benar-benar demam tinggi. Meskipun dia ingat benar Velo tidak banyak mengigau atau gelisah seperti kebanyakan orang, Rigo justru lebih khawatir dengan orang yang sakit tapi sangat tenang. Akhirnya Rigo memutuskan untuk menghubungi Selena.
" Selena, aku minta maaf, maaf sekali. Aku ada urusan mendadak, kita ganti makan malamnya besok saja ya? "
Di sisi lain.
Selena menitihkan air matanya tanpa suara, kemudian dia memutuskan sambungan teleponnya.
" Wanita itu, wanita itu benar-benar keterlaluan! " Selena memukul setir kemudi mobilnya. Iya, sebenarnya dia berada di dekat kantor Rigo, dia hanya ingin memastikan apakah benar atau tidak kalimat yang dikirimkan oleh wanita selingkuhan Rigo melalui ponsel Rigo pagi tadi saat dia menghubunginya. Wanita itu mengatakan jika apapun alasannya, Rigo pasti akan memilih untuk menemui dia.
Bersambung.