Semuanya telah benar-benar berubah ketika mantan kekasih suami tiba-tiba kembali. Dan Elmira Revalina berpikir jika berita kehamilannya akan dapat memperbaiki hubungannya dengan suaminya— Kevin Evando Delwyn
Namun, sebelum Elmira dapat memberitahukan kabar baik itu, mantan kekasih suami— Daisy Liana muncul kembali dan mengubah kehidupan rumah tangga Elmira. Rasanya seperti memulai sebuah hubungan dari awal lagi.
Dan karena itu, Kevin tiba-tiba menjauh dan hubungan mereka memiliki jarak. Perhatian Kevin saat ini tertuju pada wanita yang selalu dicintainya.
Elmira harus dihadapkan pada kenyataan bahwa Kevin tidak akan pernah mencintainya. Dia adalah orang ketiga dalam pernikahannya sendiri dan dia merasa lelah.
Mengandalkan satu-satunya hal yang bisa membebaskannya, Elmira meminta Kevin untuk menceraikannya, tetapi anehnya pria itu menolak karena tidak ingin membiarkan Elmira pergi, sedangkan pria itu sendiri membuat kisah yang berbeda.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Gloretha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sebuah pilihan
Elmira terbangun dan mendapati jika dirinya telah terikat disebuah kursi dan sepertinya dia berada disebuah gudang kosong.
Elmira teringat jika sebelumnya dirinya telah dipukul dengan cukup keras di bagian belakang kepala, sebelum akhirnya kehilangan kesadaran. 'Apakah aku di culik?.' Pertanyaan itu yang pertama kali terlintas didalam pikiran Elmira.
Seketika, perasaan takut pun merayapi dirinya. "Dimana aku? Tolong! Tolong! Lepaskan aku!."
"Elmira, tenanglah. Berteriak tidak akan membantu.... percayalah, aku sedari tadi juga sudah mencobanya." Sebuah suara yang familiar terdengar di telinga Elmira.
Wanita itu kemudian, menoleh ke kanan dan mendapati jika Daisy juga tengah dalam keadaan diikat sama seperti dirinya. Matanya tergeletak ngeri.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kita berdua di culik?." Tanya Elmira, dia terlihat panik dan jantungnya berdebar kencang. Namun, didalam hatinya, Elmira lebih mengkhawatirkan akan keselamatan bayi yang ada didalam kandungannya..Jika sesuatu yang buruk terjadi padanya, dia bisa kehilangan anaknya.
"Pertanyaan yang bagus."Suara seorang pria terdengar menggema di gudang itu.
Elmira menoleh ke sumber suara dan jantungnya berdebar kencang ketika dia melihat 4 orang penjahat yang berjalan mendekati mereka.
Salah satu penjahat yang nampak seperti seorang pemimpin melangkah maju. Dia berkepala botak dan bergigi kuning. Bau alkohol dari tubuhnya dapat tercium karena begitu menyengatnya bau itu.
"Jangan khawatir, Elmira. Kelvin akan datang untuk menyelamatkan kita." Kata Daisy dengan percaya dirinya.
'Ya, karena Kevin adalah suami ku.' Batin Elmira dengan penuh harap.
Namun, saat dia mengetahui jika Daisy juga di culik, harapan Elmira kembali redup.
Elmira mengerutkan bibirnya ketika dia mengingat bagaimana Kevin bergegas keluar dari rumah setelah mendengar kabar jika Daisy menghilang. Elmira tersenyum getir, karena dia tahu Kevin mungkin hanya akan datang untuk menyelamatkan Daisy.
'Aku tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan Daisy.' Batin Elmira.
Tak butuh waktu yang lama bagi Kevin untuk bisa menemukan di mana letak ke dua wanita itu di sembunyikan. Pria itu melangkah masuk kedalam gudang dan berhenti ketika melihat dua orang wanita yang diikat dihadapannya.
Kevin mengepalkan tangannya dan melayangkan tatapan tajamnya kearah para penjahat itu. "Lepaskan mereka! Akulah yang menjadi masalah untuk kalian. Jadi, jangan melibatkan wanita dalam masalah ini."
"Kau datang cepat sekali. Sepertinya kedua wanita itu sangat penting bagimu." Kata pemimpin penjahat sembari memainkan pisau ditangannya.
"Biarkan mereka pergi sekarang!." Lagi, Kevin kembali memerintah.
"Tidak bisa. Karena mereka sepertinya begitu penting bagimu, mereka akan dianggap telah menjadi bagian dari permasalahan ini." Kata penjahat itu. "Tapi, aku akan berbaik hati padamu dan memberikanmu kesempatan untuk menyelamatkan salah satu dari mereka, sementara yang satu lagi akan tetap bersama kami sebagai sandera."
"Apa kau bercanda?." Tanya Kevin.
"Kau bisa menyelamatkan satu atau tidak sama sekali!." Kata penjahat itu dan kemudian dia tertawa. "Oh... Kevin, aku ingin tahu siapa yang akan kau pilih. Tadinya aku ingin bersenang-senang, tapi akhirnya aku merasa penasaran tentang wanita mana yang paling kau cintai diantara mereka." Kata pria itu seakan hal itu adalah sebuah lelucon.
Kevin mengepalkan tangannya. Ia mengatupkan rahang tegas sambil menatap kedua wanita yang sama-sama terlihat ketakutan itu.
"Kevin, pilih saja Elmira. Dia istri mu! Jangan khawatirkan aku..." Kata Daisy Liana sembari menatap Kevin dengan raut wajah sedihnya.
Daisy tampak pucat dan lemah. Namun, dia tetap bersikap baik hati dan memikirkan Elmira dengan sepenuh hati.
Perasaan Kevin di penuhi rasa bersalah. Tangannya mengepal erat, seakan mengancam akan memukul para penjahat itu hingga berdarah.
"Lanjutkan, Kevin. Kau di perbolehkan menyelamatkan satu wanita. Cepatlah sedikit, waktu terus berjalan." Kata ketua penjahat itu.
Kevin mendesis, tatapannya beralih ke kedua wanita itu. Sementara itu, jantung Elmira berdegup kencang ketika memperhatikan tatapan Kevin.
Namun, Kevin hanya meliriknya sekilas. "Lepaskan Daisy!."
Mendengar hal itu, hati Elmira seketika hancur berkeping-keping.
"Kau yakin? Itu pilihan mu?." Tanya penjahat itu, terlihat seringaian yang menjengkelkan diwajahnya. Pria itu menikmati drama yang terjadi saat ini.
Rahang tegas Kevin terlihat jelas. Wajahnya tanpa emosi apa pun saat dia mengulangi perkataannya. "Ya, aku memilih Daisy!."
Seakan seluruh dunia Elmira hancur runtuh. Dia tahu hal ini pasti akan terjadi, tetapi dari dalam lubuk hatinya, Elmira berharap jika Kevin akan memilihnya. Karena bagaimana pun juga Elmira adalah istri sahnya.
Melihat Kevin memilih wanita lain dan pergi meninggalkannya menjadi sandera untuk para penjahat itu, terasa lebih menyakitkan dari yang dapat dibayangkannya.
'Kevin, apakah aku benar-benar tidak berarti bagimu?.' Batin Elmira, air matanya menetes.
"Kevin, tampaknya kau memang kejam seperti gosip di luar sana." Kata penjahat itu dan tersenyum jahat. "Apa kau akan baik-baik saja meninggalkan wanita itu di tempat ini bersama kami?."
"Lepaskan Daisy!." Tuntut Kevin dengan nada dinginnya..
Si ketua penjahat itu terkekeh dan memerintahkan anak buahnya untuk melepaskan kaitan tali yang mengikat tubuh Daisy. Barulah setelah itu, Kevin segera merengkuh Daisy ke dalam pelukannya, mendekap Daisy erat didada nya seperti sebuah boneka yang bisa rapuh jika tidak disentuh dengan hati-hati.
"Kevin, sebaiknya kamu memilih Elmira. Aku cacat dan aku akan duduk di kursi roda seumur hidupku. Aku tidak berguna bagimu." Kata Daisy dengan suara lembutnya.
"Jangan khawatir, Daisy. Aku akan mengeluarkan mu dari tempat ini." Janji Kevin sebelum akhirnya menggendong Daisy keluar dari gudang.
Elmira tidak bisa berkata apa-apa. Hatinya telah hancur berkeping-keping. Satu-satunya yang dia khawatirkan hanyalah tentang bayinya yang tidak bersalah yang akan terbunuh karena cintanya yang buta pada Kevin.
Andai saja waktu bisa di putar kembali, Elmira tidak akan menyerahkan hatinya kepada pria berhati dingin seperti Kevin.
"Karena Kevin sudah menentukan pilihannya, aku tidak akan membiarkan mu hidup." Kata penjahat itu sembari memainkan pisau di tangannya dan menatap Elmira.
"Silahkan. Apa yang kau tunggu?." Kata Elmira, terlihat tatapan kosong dari wanita itu.
"Aku pikir, kau akan memohon dan menangis agar nyawamu aku ampuni... meskipun faktanya aku tidak akan membiarkan mu pergi." Kata penjahat itu, lalu tertawa dan diikuti dengan yang lainnya.
Dia memerintahkan anak buahnya untuk menyiram area gudang itu dengan bahan bakar.
"Tapi bos, apakah hal ini yang benar untuk dilakukan?." Tanya salah satu dari mereka.
"Wanita itu tidak masalah jika kita melenyapkan nya." Jawab ketua penjahat.
Elmira mendengar hal itu, tetapi dia tetap diam dan tidak punya energi untuk memikirkan percakapan para penjahat itu. Dia sudah terlanjur patah hati, sampai akhir dan disaat yang mendesak pun, dia tidak pernah menjadi pilihan pertama untuk Kevin.
Mengapa Elmira hidup seperti ini? Mengapa dia membiarkan Kevin memperlakukannya seperti sampah? Kevin tahu jika ini adalah saat-saat terakhir bagi Elmira dan pria itu akan sangat menyesal.
"Hai, Nona. Ada kata-kata terakhir?." Tanya penjahat itu pada Elmira sembari tersenyum lebar.
Wanita itu tetap terdiam, memejamkan matanya dan menerima nasibnya.....
DUUAAARRRRR!
Sebuah ledakan dahsyat mengguncang tanah.
Di luar gudang yang baru saja meledak, Kevin terlihat berlari akan kembali masuk kedalam gudang, namun karena kekuatan ledakan yang dahsyat itu, membuat Kevin terlempar ke belakang.
Dia menatap gudang di depannya dengan raut wajah kaget, gudang itu telah berubah menjadi lautan api, melahap seluruh bangunan.
Elmira, istrinya masih berada didalam gudang.
"Elmira!."
"TIDAK!!!." Teriakan Kevin yang bersedih menebus udara.
****
Enam tahun kemudian...
Di sebuah gedung yang telah disulap menjadi ruang acara yang bergengsi di kota itu, terlihat ramai dengan beberapa tamu undangan atau pun para wartawan media yang sengaja datang untuk meliput acara tersebut.
Ini karena pemilik perusahaan terbesar yang bernama Alister Edwar Ardonio telah kembali ke negara itu untuk memperkenalkan putri mereka yang telah lama menghilang kepada dunia.
Alister Edwar Ardonio, seorang desainer perhiasan ternama adalah orang yang memiliki pengaruh kuat yang telah membangun bisnis perhiasan keluarganya dan menciptakan kekayaan untuk dirinya sendiri.
Alister Edwar Ardonio selalu memimpin tren mode di dunia perhiasan. Orang-orang selalu memuji perhiasan rancangannya.
Namun, beberapa tahun yang lalu dia pergi ke luar negeri bersama dengan istrinya. Banyak orang-orang yang menyesalkan hilangnya kesempatan untuk menjalin hubungan kerja sama dengan keluarga Ardonio.
Tetapi akhirnya, keluarga Ardonio mengumumkan kembali nya mereka ke negara ini.
Banyak pria dan wanita dari kalangan kelas atas di kota itu, sangat ingin bertemu dengan Alister Edwar Ardonio, CEO Ardonio Corporation. Mereka datang dengan mobil mewah dan membawa hadiah mahal untuk membuat keluarga tersebut terkesan.
"Hadirin sekalian, kita telah berkumpul di acara terbesar tahun ini, dimana CEO Ardonio Corporation akan memperkenalkan putri satu-satunya kepada dunia. Dan saya yakin, semuanya yang hadir di sini pasti sangat ingin bertemu dengan Nona Ardonio, termasuk seorang pria yang paling menarik di kota ini. Ya... siapa lagi kalau bukan Tuan Kevin Evando Delwyn yang ditemani oleh tunangannya Nona Daisy Liana. Tampaknya CEO yang terhormat itu juga tertarik ingin mengetahui putri tunggal keluarga Ardonio yang sudah lama hilang...."
Kata-kata sambutan host tersebut terpotong ketika seorang pria tampan tinggi dengan setelan jas hitam berjalan melewati pintu dan memasuki aula.
Pria itu tersenyum mengejek ketika mendengar host yang mengatakan jika dia datang ke tempat ini karena tertarik dengan kabar putri keluarga Ardonio. Padahal tujuan pria itu datang ke tempat ini adalah hanya untuk membentuk kemitraan dengan Alister Edwar Ardonio untuk perusahaan perhiasan barunya.
Ya, pria itu tidak lain adalah Kevin Evando Delwyn, CEO grup Delwyn.
"Kevin, ke sini!." Sebuah suara lembut terdengar memanggil Kevin dari satu sisi aula.
Kevin menoleh dan dia tersenyum ketika mendapati Daisy Liana. Tak menunggu waktu lama, Kevin pun segera berjalan mendekati Daisy. "Bagaimana apakah kamu sudah berbicara dengan Tn. Edwar?."
Daisy terkekeh canggung. Wanita itu telah datang lebih dulu karena ingin bertemu dengan Alister Edwar Ardonio, tetapi Daisy di minta untuk kembali ke ruang aula oleh petugas keamanan. Semua orang yang ingin bertemu pria itu harus menunggu hingga acara selesai. Ayah Daisy mengenal Edwar, tetapi dia juga tidak bisa membantu Daisy.
"Aku memutuskan untuk menunggunya di sini. Jangan khawatir, Kevin. Aku akan membantumu mendapatkan kerja sama dengan Tn Edwar. Beliau adalah teman Ayahku, jadi aku yakin dia akan setuju dengan permintaan ku." Kata Daisy.
Kevin yang berdiri, memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya dan menganggukkan kepalanya. Kevin tidak punya pilihan lain, selain mengandalkan Daisy karena usahanya sendiri untuk menghubungi Edwar terbukti sia-sia. Tampaknya pria itu sengaja mengabaikan lamaran kerja sama Kevin karena suatu alasan.
Tidak butuh waktu yang lama bagi Host untuk mengumumkan bahwa Tn. Alister Edwar Ardonio telah tiba di aula tersebut dan perhatian semua orang langsung tertuju ke arah pintu masuk aula.
Satu menit kemudian, terlihat seorang pria yang berumur lima puluh tahun berjalan melewati pintu masuk dengan seorang wanita yang berumur empat puluh tahun berjalan dengan anggun di samping pria itu. Dia adalah istri Alister Edwar Ardonio, bernama Gissela Pavo Elvara, yang juga merupakan seorang desainer perhiasan terkenal.
"Itu dia, kita harus kesana untuk menyapa mereka." Ajak Daisy, lalu mendongak menatap Kevin. "Aku akan memperkenalkannya padamu." Sambung Daisy dengan percaya dirinya.
Kevin menganggukkan kepalanya dan mendorong kursi roda Daisy. Mereka mendekati Edwar dan istrinya ketika mereka berdua sengaja berhenti untuk menyapa beberapa tamu penting lainnya.
Setelah mendekat, Daisy tersenyum melihat Edwar. "Paman Edwar!."
Alister Edwar Ardonio menoleh ketika dia mendengar seseorang memanggil namanya. Pria paruh baya itu kemudian mengernyitkan dahinya ketika melihat jika yang memanggilnya adalah Daisy.
"Paman ingat aku, kan? Aku putri dari—"
"Selamat malam." Alister Edwar Ardonio menyapa dengan singkat, tanpa menoleh kearah Kevin sedikitpun.
Daisy terlihat terkejut dan dia tidak menyangka jika Edwar akan mengabaikannya didepan semua orang ini.
"Tadi kau bilang keluarga kalian berteman dan apalagi ayahmu?." Tanya Kevin, merasa aneh karena Edwar mengabaikan Daisy yang mengenalnya secara pribadi.
"Mungkin dia tidak mengenaliku.... karena sekarang aku lumpuh." Gumam Daisy, mendengar kata-katanya membuat Kevin mengernyitkan dahinya.
"Lupakan saja. Aku akan menemuinya sendiri setelah acara selesai." Kata Kevin dengan lembut.
"Hadirin sekalian." Alister Edwar Ardonio menaiki panggung dan meraih mikrofon. "Silakan."
Kerumunan yang bersemangat segera terdiam, dan semua orang memperhatikan Edwar dan Elvara di atas panggung.
"Terima kasih atas dukungan kalian semuanya. Perusahaan Ardonio Corporation akan memindahkan pusat bisnisnya kembali ke kota ini, mulai hari ini." Kata Edwar mengumumkan.
Para undangan yang hadir terlihat bersorak-sorai. Meski mereka sudah mengetahui berita pemindahan perusahaan tersebut saat menerima undangan, mereka tetap tidak pelit dengan antusiasmenya.
"Sekarang, izinkan saya memperkenalkan pada kalian semua, putri saya yang telah lama menghilang. Silakan masuk dan bergabung dengan kami Davina Grizelle Ardonio."
Tiba-tiba terdengar suara berisik di pintu masuk. Seorang wanita cantik terlihat masuk ke dalam aula dan langsung menarik perhatian semua orang.
Wanita itu berpakaian elegan. Kulitnya putih mulus dan rambut cokelat tuanya diikat dengan gaya sanggul yang elegan. Dia mengenakan gaun malam biru safir dengan riasan tipis di wajahnya yang menunjukkan kecantikannya.
Mendengar jika semua orang heboh akan kedatangan wanita itu. Kevin pun kemudian ikut menoleh untuk melihat apa wanita yang di hebohkan oleh orang-orang itu. Namun, ketika dia melihat wanita yang memasuki aula, rahangnya ternganga dan matanya terbelalak.
'Elmira?.' Batin Kevin.
Apakah dia sedang bermimpi? Wanita itu sangat mirip dengan mending istrinya Elmira Revalina yang meninggal karena ledakan di gudang beberapa tahun yang lalu.
Sama seperti Kevin, Daisy juga sama terkejutnya. Wanita itu tampak pucat dan bergumam lirih. "Apakah dia Elmira? Bagaimana mungkin? Dia sudah meninggal!."
Namun, Kevin masih terdiam dan tidak menanggapi Daisy. Pandangan pria itu tetap tertuju pada wanita yang tampak seperti bidadari yang sangat mirip dengan istrinya.
Hati Daisy hancur saat dia menyadari bahwa perhatian Kevin telah teralihkan oleh wanita misterius itu. Daisy mengepalkan tangannya erat saat rasa takut merayapi dirinya... siapa wanita itu dan mengapa dia terlihat seperti Elmira?.
Para tamu bertepuk tangan ketika Davina Grizelle Ardonio naik ke panggung dengan anggun. Wanita cantik itu berjalan menghampiri ayahnya.
Sembari memegangi mikrofon, Davina tersenyum menatap para tamu undangan. "Hallo semuanya, saya Davina Grizelle Ardonio. Saya sudah kembali dan akan mengambil alih jabatan sebagai CEO Ardonio Corporation mulai sekarang."