Brian Carlos adalah seorang presiden direktur sekaligus pewaris tunggal salah satu perusahaan terbesar di suatu negara. Ia diterpa gosip miring tentang minatnya pada wanita.
Valerie, seorang wanita yang bekerja sebagai instruktur senam dengan keahlian beladiri yang mumpuni serta kehidupan penuh rahasia.
Keduanya terlibat masalah karena sebuah kesalahpahaman, hingga Brian menuntut Valerie atas kasus penganiayaan.
Demi menyelamatkan nama baiknya, Valerie menerima tawaran Brian untuk bekerja sebagai bodyguard. Namun tidak menyangka jika Brian sudah memiliki maksud lain sejak pertama kali mereka bertemu.
Akankah kisah mereka berakhir manis seperti kisah dalam novel pada umumnya?
Yuk baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vey Vii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Telah Dijodohkan
Seperti tersengat listrik dalam sekejap, Valerie terkejut, ia terdiam sambil menatap Theo penuh rasa ingin tahu.
"Di jodohkan?" tanya Valerie.
"Hmm, kedua orang tuanya akan menjodohkan laki-laki itu. Kau akan tahu dengan siapa dia akan di jodohkan," ujar Theo.
"Dengan siapa? Apa aku mengenalnya?"
"Tentu, kau mengenalnya."
Valerie terdiam, ada perasaan kecewa yang datang entah dari mana. Wanita itu tidak bisa lagi berkata-kata, ia juga enggan menanyakan dengan detail tentang siapa wanita yang akan dijodohkan dengan Brian. Bagi Valerie, itu hanya akan menjadi beban pikirannya.
Theo menyadari perubahan sikap Valerie. Ia sadar cucunya tengah resah dan gelisah.
Selama ini, Valerie tidak pernah membicarakan tentang perasaannya tentang laki-laki manapun. Valerie sangat tertutup perihal urusan hatinya pada siapapun. Bahkan saat jatuh cinta pada Noah beberapa tahun lalu, Valerie hanya menyimpan perasaan itu seorang diri. Valerie bahkan ragu jika Noah menyadarinya.
...****************...
Keesokan harinya, Valerie datang ke rumah Brian dan sampai di rumah laki-laki itu tepat pukul tujuh pagi. Ia melihat jam di pergelangan tangannya saat memarkir motornya.
"Syukurlah aku tidak terlambat."
Valerie khawatir ia akan terlambat, karena pagi ini ia bangun lebih lambat karena sulit tidur. Ungkapan perasaan Brian serta kenyataan bahwa laki-laki itu telah dijodohkan membuat Valerie resah. Ia berusaha menolak segala bentuk ketertarikan dalam hatinya, namun sekuat apapun ia menghindar, Brian tetap sukses mengacaukan hati dan pikirannya.
Wajah Valerie tampak lesu, mungkin karena ia lelah dan kurang tidur.
Saat menunggu Brian sambil berdiri di samping bodi mobil, Valerie melamun.
"Kau baik-baik saja?" tanya Brian tiba-tiba. Tanpa Valerie sadari, laki-laki itu sudah berdiri di dekatnya.
"Hmm."
"Baiklah, masuk!"
Valerie mengangguk, ia mmbuka pintu sebelah kanan namun Brian menghentikannya.
"Kau duduk di sampingku, aku akan mengemudi sendiri mulai hari ini," ucap Brian.
Beberapa orang yang berada di sekeliling Brian dan Valerie, termasuk penjaga keamanan serta pelayan yang mengantar Brian hanya bisa melongo mendengar perkataan majikannya.
Mereka merasa heran, mengapa sikap Brian tampak aneh pagi ini? Terlebih ia memilih untuk mengemudi sendiri?
Tanpa membantah, Valerie masuk ke dalam mobil. Sama seperti kemarin sore, keduanya duduk berdampingan di kursi depan.
Laki-laki yang sedang fokus ke jalanan itu tampak selalu tampan dan menawan setiap hari. Aroma parfum khas yang memikat sering membuat Valerie sengaja berjalan lebih dekat agar bisa mencium harumnya.
Namun saat ini, Valerie mendadak takut. Ia harus berusaha menahan diri dan menjauh agar perasaannya tidak semakin menjadi-jadi.
Sepanjang perjalanan menuju kantor, keduanya tidak mengobrol sama sekali. Hingga mereka tiba, Valerie hanya diam dan berusaha mengalihkan pandangannya dari Brian. Hal itu membuat Brian tidak nyaman, ia tidak suka saat Valerie menghindari tatapan matanya.
Saat turun dari mobil, Brian tidak langsung berjalan lebih dulu seperti biasanya. Ia menunggu Valerie dan mengajak wanita itu berjalan berdampingan. Keduanya berjalan dengan jarak tubuh yang dekat, sesekali jemari Brian berusaha menyentuh tangan Valerie namun wanita itu dengan cepat menghindar.
Saat hendak memasuki lift, tiba-tiba Max keluar dari lift yang akan mereka naiki dengan wajah pucat dan tegang.
Brian mengernyit menatap Max.
"Gawat, Bos. Ini gawat!" seru Max. "Papamu sudah ada di ruanganmu. Dia menunggumu."
Brian terdiam, ia nampak tidak terkejut sama sekali. Mereka bertiga akhirnya masuk ke dalam lift bersama-sama.
"Kau sudah mengurus gosip itu?" tanya Brian.
"Semua sudah beres."
"Bagus."
Di antara Brian dan Max, Valerie berdiri dengan gelisah. Entah mengapa perasaannya menjadi semakin tidak tenang dan khawatir. Apakah akan terjadi sesuatu yang buruk?
🖤🖤🖤
knp aku jg jd senyum" sendiri yah bacanya sambil merinding tapi hihiii 😁😁