Maha Rani Larasati rela menikah dengan Daniel Nur Indra seorang duda ber anak satu tapi jauh dari kata bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Trisubarti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Mama Nadyn menghapus air matanya kemudian ke lantai bawah. Papa Nano baru pulang dari kantor, melihat istrinya menangis langsung memeluk.
"Kenapa istriku yan cantik?" Papa Nano membimbing istrinya duduk di sofa. Papa Nano menidurkan istrinya di pangkuan nya.
"Kenapa?" Tanya Papa mengelus dahi istrinya.
"Rani pergi Pa" hiks..hiks. Tubuh Mama bergetar.
"Pergi! maksudnya?" Tanya Papa belum bisa mencerna kata-kata istrinya.
"Dia kabur Pa..." hiks..hiks.
"Kenapa? bertengkar lagi mereka?" Tanya Papa.
Mama mengangguk. Papa mendengus kesal. Pasti ulah anaknya lagi, pikirnya.
"Mama sudah menghubunginya?" Tanya Papa tangannya tidak mau diam sambil membelai rambut istri nya.
"Sudah! tapi nomornya tidak aktif pah." Jawab Mama.
"Sudah, nanti Papa suruh anak buah, untuk menyelidiki keberadaan Rani." Ucap papa menenangkan istrinya.
"Kalau keadaan Rani memang baik, biarkan saja Pa, Mama hanya ingin melihat dia bahagia" "Kasihan dia, selalu menderita hidup mendampingi anak kita." Tutur Mama.
"Rani minta bercerai Pa" Ucap Mama.
Papa terkejut, menatap lekat istrinya walaupun bagaimana tentu Papa tidak ingin anak dan menantunya bercerai.
"Mama tau dari mana?" Tanya Papa berkaca-kaca.
"Ini Pah" Mama menyerahkan surat kepada suaminya.
Papa membaca surat tersebut.
*****
Sementara Daniel di kamarnya mencoba menelepon istrinya berkali-kali tetapi tidak aktif.
Daniel mencoba menelepon Dino kakak Iparnya di Yogyakarta. Siapa tau Rani pulang kampung seperti waktu yang lalu pikirnya.
"Deeerrr...deerrr...deerrr.
"Assalamualaikum, adik ipar..." Suara Dino di seberang sana.
"Waalaikumsalam" Mas Dino apa kabar?" Tanya Daniel.
"Kabar baik, adik ipar sendiri bagaimana?" Tanya Dino.
"Alhamdulillah sehat Mas" Sahut Daniel.
"Bagaimana kabarnya Rani adik ipar?" Deg. Daniel sudah paham berarti Rani tidak ada disana.
"Hallo..hallo..adik Ipar" Cecar Dino sebab Daniel hanya diam saja.
"Ee, a, anu, Kabar Rani baik Mas," Jawab Daniel gelagapan.
"Sukurlah kalau begitu, bilang sama dia, saya menagih janji" "Dulu dia bilang mau kasih ponakan 11, eh nggak taunya bohong" ahahaha..." Dino tertawa puas.
"Akhirnya saya menang! Syntia sudah hamail 4 bulan loh," Cerocos Dino bangga di seberang sana.
Daniel tersenyum kecut.
"Oh, selamat ya Mas, alhamdulillah..jika Allah sudah memberikan kepercayaan kepada Mas Dino" "Ya sudah gitu saja Mas Dino, yang penting pada sehat, salam buat Bapak." Daniel mengakhiri panggilannya.
Flasbach on
"Kapan kamu mau kasih ponakan ke Mas Dino?" Tanya Dino menggoda adik kandungannya.
"Nanti aku bilang Mas Daniel dulu, Mas Dino mau pesan berapa?" Tanya Rani.
"11! ahahaha..." Jawab Dino tertawa terbahak- bahak.
"Memang aku tikus apa? pesan anak sampai 11" Jawab Rani cemberut.
"Ya deh nanti Rani minta anak sama Mas Daniel 11, lalu Mas Dino minta sama Syntia 11. Jawab Rani.
"Ho oh nanti kita buka tim kesebelasan, antara Jakarta dan Yogyakarta" ahahaha..Dino tertawa puas menggoda adiknya.
"Bodo aahh aku mau tidur! obrolan nggak mutu." ketus Rani.
Flasbach off.
Lalu Daniel mencoba menghubungi Reno mantan kekasih Rani, setelah kesalah pahaman waktu itu, Reno dan Daniel menjadi teman baik.
Deerrr..deerrr derrr.
"Hallo..." Sahut Reno di sebarang.
"Hallo apa kabar Ren?" Tanya Daniel.
"Kabar baik bang! gemana nih, kapan aku di kasih ponakan?" Daniel menghela nafas. Lagi-lagi itu yang di tanyakan Reno sama seperti pertanyaan Dino.
"Rani kabarnya baik kan bang?" Tanya Reno.
Daniel sudah paham dengan pertanyaan Reno. Reno juga tidak tau keberadaan Rani. Tentu Daniel tidak berani menanyakan langsung tentang kepergian istri nya kepada Dino maupun Reno. Sama artinya membuka aibnya sendiri.
"Hallo bang!" Akhirnya Reno membuka suara setelah menunggu Daniel tidak cepat menjawab.
"Oh iya, Rani baik-baik saja Ren" Jawab Daniel. " Ya sudah, gitu saja yang penting pada baik." Daniel kemudian memutuskan sambungan telepon.
Kemudian Daniel menghubungi Nena sahabat Rani dari kampung yang bekerja di cafe.
Deerrr..Deerrr..deerrr.
"Assalamualaikum" Jawab Nena.
"Waalaikumsalam" Jawab Daniel.
"Tumben Pak Daniel telepon saya, memang Rani keman Pak?"
"Ada kok, tadi saya nggak senganja hubungi kamu, soalnya nomor kamu waktu saya simpan nggak saya beri Nama." Daniel berbohong.
"Oh gitu ya Pak! Maaf ya Pak, saya tutup dulu, sedang kerja shift malam soalnya, lain kali saya telepon lagi salam buat Rani ya Pak." Cerocos Nena di seberang.
"Baik, maaf, saya mengganggu waktu kamu." Daniel menutup ponselnya kemudian jalan menuju kamar Rani.
Daniel membuka lemari milik Rani. Hatinya seperti tersayat sembilu. Baju yang ia belikan ketika masih menjadi pengasuh Icha, saat itu Icha masih berumur tiga tahun, tidak ia bawa.
Daniel baru sadar selama ini dirinya tidak memperhatikan istrinya. Selama menikah belum pernah mengajak Rani belanja untuk keperluan pribadinya.
Padahal Daniel mempunyai Mall sendiri mengapa dirinya tidak pernah mengajaknya kesana. Walupun pernah kesana Mama Nadyn yang mengajak. Daniel menangis, ia membuka laci kalung yang ia belikan di puncak tidak ia bawa, padahal itu satu-satu nya yang Daniel berikan selama menikah. Paket perhiasan 330 grm sebagai mas kawin juga ia tinggalkan. Daniel ingat memberi mas kawin sejumlah tersebut. Karena saat menikah Daniel tepat berumur 33 tahun dan hanya Mama Nadyn dan Papa Nano yang tau sejarahnya.
Daniel menyusut air matanya. Ia naik ketempat tidur menciumi bantal yang masih bau Rani.
Daniel berjalan menuju meja belajar. Ia menemukan sepucuk surat dan membuka laci ada buku diary milik Rani.
Daniel membuka surat dalam amplop.
*****
Suamiku
Maafkan aku, satu langkah aku keluar dari rumah ini, malaikat mencatat keburukan aku.
Tetapi aku hanya bisa berdoa semoga Allah mengampuni aku.
Suamiku
Seperti yang mas bilang dulu bidoramu pergi dengan selendangnya.
Tapi kenyataannya aku bukan bidodarimu.
Aku hanya wanita hina yang Mas anggap sebagai pencuri.
Suamiku
Pagi ini, maafkan aku karena telah lancang pergi menjauh darimu.
Maafkan aku, karena berani melawan kodratku. Tapi jika ini tidak aku lakukan pisau belatimu, akan membuat aku mati dan akan kehilangan arah tujuan hidupku.
Aku akan gila yang sebenarnya karena hal ini.
Sesuatu yang terus meronta dalam hatiku yang maha dahsyat dan sulit aku gambarkan.
Walau sebenarnya aku masih mencintaimu dan entah kapan rasa ini akan menghilang.
Namun rasa sakit hatiku lebih besar dari rasa cintaku padamu.😭😭😭
Suamiku
Izinkan aku pergi menghilangkan rasa lelah, dan kepedihan ini.
Tidak kah engkau mengerti rasa sakit hatiku yang sudah eangkau torehkan selama ini. Mungkin orang tuaku dulu telah salah memberi nama kepadaku. Karena nama adalah doa dan kini aku selalu menanggung luka lara.
Suamiku
Maafkan aku atas kesalahan yang tidak pernah aku lakukan.
Tidak ada yang Mas harapkan dariku, sekembalinya aku kesini.
Seandainya setelah kepergianku Mas telah berubah, biarkanlah hatimu menjadi milik orang lain. Mungkin ini adalah sebuah perpisahan yang mengharukan setalah Mbak Almira.
Aku siap dengan keputusanku, ceraikan aku, mungkin kebahagiaan kita bukan di antara kita.
Suamiku
Aku titipkan Icha padamu, jagalah dia. Bagiku Icha bukan anak sambungku melainkan seperti anak yang terlahir dari rahimku sendiri.
Jagalah dia, sayangi dia dan perhatikan dia, karena selama ini perhatian Mas telah berkurang. Dan sampaikan padanya bahwa aku sangat menyayanginya.
Suamiku.
Peluk cium jauh dariku untuk yang terakhir.
Aku.
Maha Rani Larasati.
Raniiiiiiiiii....
lumayan buat nambah penghasilan tambahan 🙏😭😭😭