JANGAN DI BOM LIKE PLISSS 😘🥰
Dhev si duda dingin dan tidak berperasaan akhirnya bisa jatuh cinta lagi dan kali ini Dhev mencintai gadis yang usianya jauh lebih muda.
Dhev, Nala dan Kenzo. Di dalam kisah mereka terdapat kesedihan masa lalu dan harapan untuk hidup bahagia.
Mampir? Jangan lupa tinggalkan jejak like, komen dan gift/votenya, ya. Terimakasih 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mala Cyphierily BHae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kagum
Setelah lelah bekerja, sekarang Dhev memutuskan untuk pulang, sesampainya di rumah Dhev mendengar anaknya berteriak.
"Ayah jahat!" teriak Kenzo yang semula duduk di sofa ruang tamu, setelah mengatakan kekesalannya, Kenzo bangun dan berlari.
Sementara Dhev sudah tau betul apa yang membuat Kenzo merajuk. Dhev mengendorkan dasinya dan melanjutkan langkah kakinya ke kamar.
"Tadi Mamah sekarang Kenzo!" gerutu Dhev dalam hati.
Pria itu tak mengambil pusing urusan rumahnya yang terpenting adalah, seseorang yang belakangan mengganggu pikirannya itu sudah tidak ada lagi.
****
Malam-malam begini Nala bingung harus kemana, baru saja diusir dari makam ayahnya karena ketahuan oleh pengurus.
Nala memilih untuk duduk di emperan toko yang sudah tutup.
Nala yang terlihat bersih dan rapi itu mendapatkan tatapan sinis dari para gelandangan yang merasa memiliki tempat tersebut.
Lalu datang seseorang yang mengusir Nala.
"Ini tempat gua! Awas!" kata seorang pria dengan pakaian yang compang-camping.
Nala pun bangun dan pergi tanpa mengatakan apapun. Tanpa Nala sadari ada pengendara mobil yang sedang memperhatikannya.
Pengendara itu adalah anak buah si bos.
Salah satu dari mereka turun untuk menanyakan keberadaan Naomi.
Nala yang tiba-tiba di cekal lengannya itu terkejut. "Ada apa ini?" tanya Nala seraya berusaha melepaskan tangannya.
"Lu temannya Naomi, kan?" bentak si pria berjenggot dengan melotot.
"Bukan, saya bukan temannya, saya cuma kenal aja!" Nala semakin meronta karena si pria semakin kencang memegang tangannya.
"Kalau lu nggak mau kasih tau di mana Naomi, lu aja jadi gantinya buat bayar hutang kami!" ucapnya seraya menyeret Nala, membawa Nala masuk ke mobil.
Nala tidak diam saja, dirinya melawan dengan menendang burung si jenggot.
Setelah terlepas, Nala melarikan dan terjadi kejar-kejaran di tepi jalan.
Nala berteriak meminta tolong dan seketika langkahnya terhenti karena si jenggot berhasil meraih tas punggungnya.
"Tolong!"
"Diam!" Si jenggot menyeret Nala ke arah mobilnya berada.
"Tolong!"
Mendengar Nala yang terus berteriak membuat si jenggot menarik rambut Nala yang di kuncir.
"Aaaa!" ringis Nala.
Nala berharap akan ada seseorang yang menolongnya. Kalau biasanya Dhev yang selalu menolong, lalu siapa yang akan menyelamatkan Nala kali ini?
Bugh!
Seseorang menendang punggung si jenggot sampai pria itu tersungkur.
Nala yang terlepas segera berlari kebelakang si pria yang sepertinya akan menyelamatkannya.
"Kalau berani lawan sini! Jangan kasar sama cewek!"
"Cecunguk!" geram si jenggot seraya bangun.
Belum berdiri tegap sudah mendapatkan tendangan maut di rahangnya membuat si jenggot kembali terjatuh.
"Awas lo, ya!" kata si jenggot yang kemudian memilih untuk mundur.
****
"Kamu nggak papa?" tanya si pria seraya memperhatikan Nala dari ujung kaki sampai ke ujung kepala.
Nala menggelengkan kepala, terlihat wajahnya masih pucat dan panik.
"Kenalkan, saya Jim."
"Nala," seraya membalas uluran tangan Jim.
"Mau kemana?" tanya Jim yang ternyata adalah Jiminnya Dhev.
Mendengar pertanyaan itu Nala menjawab dengan menggelengkan kepala.
Jimin pun menjadi bingung antara membawanya pulang atau tidak, membawa pulang berarti harus bertanggung jawab.
Membiarkannya di jalan takut terjadi hal buruk.
Melihat Jim yang diam saja, Nala pun pamit dan tidak lupa mengucapkan terimakasih.
Nala melanjutkan langkah kakinya dan Jimin yang mengendarai motornya itu mengejar Nala.
"Gimana kalau ke tempat gue dulu, nanti setelah lo dapat tempat tinggal lo boleh pergi."
Nala yang baru mengenal Jim itu merasa ragu, takut kalau Jim ternyata adalah orang jahat. Tetapi melihat malam yang sangat sepi dan ada beberapa pria yang terlihat seperti preman membuat Nala memikirkan tawaran itu.
"Tapi, aku takut," jawab Nala seraya memeluk tasnya.
"Tenang, gue bukan orang jahat, kok!"
"Mana ada orang jahat ngaku!" batin Nala seraya menatap Jim yang sepertinya baru pulang bekerja.
Nala memperhatikan mata Jim dan mata itu tidak terlihat jahat, terlihat tulus.
****
Di Semarang, Amira merasa tidak tenang setelah mengetahui Kenzo sendirian di rumah.
Yang seharusnya besok baru kembali ke Jakarta, Amira menjadi harus pulang malam ini juga.
"Mah, Nindy masih capek. Nindy masih betah juga di Semarang," lirih Nindy yang sedang berada di kamar Amira.
"Ya sudah, kalau kamu masih betah di sini, bantu jaga Nenek kamu! Jangan sampai keluar rumah, takut nanti hilang," pesan Amira dan Nindy pun mengiyakan.
"Yes, akhirnya bisa bebas ketemu Arnold!" ucap Nindy dalam hati.
****
Setelah beberapa hari, Amira yang sudah berada di Jakarta itu belum juga dapat menemukan Nala. Amira semakin pusing karena Kenzo yang terus merajuk, sedangkan Dhev hanya diam saja.
Di apartemen Jim.
Apartemen yang tadinya selalu berantakan, sekarang senantiasa rapi setelah kehadiran Nala.
"Jangan capek-capek, gue nggak punya gaji buat lo!" kata Jim seraya menyantap sarapan yang dibuatkan oleh Nala.
Jim merasa beruntung karena telah membawa Nala ke apartemennya, apartemennya sekarang seperti rumah, ada sarapan dan semua bersih.
"Nggak papa, ada tempat tinggal dan makan setiap hari sudah cukup bagiku," jawab Nala yang sedang mencuci piring.
Jim hanya menganggukkan kepala.
Setelah itu, Jim yang selesai dengan sarapannya bangun dari duduk, mengambil tas kerjanya.
Nala yang melihat itu segera menghentikan Jim karena ada yang ingin disampaikan.
"Om."
"Iya?" Jimin yang sudah berada di pintu itu menoleh.
"Nala mau keluar cari kerja, nggak enak ngerepotin terus," lirih Nala seraya mengelap tangannya yang basah menggunakan kain lap.
Jimin menganggukkan kepala dan mengiyakannya. Walaupun Jimin merasa senang dengan kehadiran Nala, tetapi Nala berhak menentukan hidupnya sendiri.
****
Di jam istirahat, Jimin yang sedang merasa senang itu ingin berbagi kebahagiaan dengan Dhev.
Benar saja, Dhev yang akan keluar dari ruangannya itu berpapasan dengan Jimin yang terlihat sudah membawa makan siang.
"Tumben amat lo! Segala bawa makanan biasanya gue yang traktir?"
"Udah, lo duduk aja dulu, gue lagi happy, nih!"
Jimin masuk ke ruangan Dhev sebelum dipersilahkan.
"Kenapa? Dapat jodoh? Laku juga lo akhirnya."
Dhev menyusul Jimin duduk di sofa panjang, Dhev menatap menyelidik pada Jimin yang tak berhenti tersenyum.
"Lo tau nggak, di rumah gue sekarang ada cewek, hidup gue jadi keurus. Pagi-pagi ada sarapan, baju gue bersih, rumah rapih," Jimin menggelengkan kepala dengan senyum yang tetap mengembang di bibirnya.
"Nikahin aja kalau begitu," usul Dhev seraya membuka bingkisan yang dibawa Jimin.
"Gila, gue kagum aja sih. Secara umurnya beda jauh, tapi pikirannya dah dewasa."
Jimin tidak berhenti memuji Nala, membuat Nala yang sedang menyantap makan siangnya itu tersedak karena terus dibicarakan.
Nala segera mengambil air minum di depannya.
"Ayah, Ibu. Maaf, Nala makan siang sampai lupa nawarin kalian," batin Nala.
Bersambung.