SEQUEL LENTERA DON GABRIEL EMERSON
Meskipun menikah atas dasar perjodohan, Zeda Humaira Emerson dan Arsyad Ibrahim menjalani pernikahan dengan cinta yang tulus.
Arsyad adalah seorang pria yang sholeh, pintar, dermawan, pendiri sekolah TK gratis, dan tentu Arsyad juga sangat tampan, tidak ada alasan bagi Aira untuk menolak perjodohan itu.
Cintanya pada Arsyad tumbuh semakin besar saat Arsyad tak mempermasalahkan Aira yang tak kunjung hamil setelah 5 tahun pernikahan mereka berjalan.
Namun, Aira tertampar sebuah kenyataan pahit saat ia menemukan fakta, bahwa sang suami telah menikah lagi dengan salah satu guru TK-nya, bahkan istri kedua suaminya itu kini tengah mengandung.
Sementara Arsyad, ia sangat mencintai Aira lebih dari apapun, Aira adalah wanita muslimah yang begitu taat pada agama, orang tua, dan suami. Namun, ia terpaksa menduakan Aira karena sebuah alasan yang tak bisa ia tolak.
Apakah karena Aira yang tak kunjung hamil?
Atau ada alasan yang lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SkySal, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MC Zeda Humaira #26 - Awal Yang Menyakitkan
Nasi sudah jadi bubur, waktu yang berlalu tak bisa lagi di putar, apa yang sudah di ucapkan tak bisa di tarik kembali, begitu juga dengan keputusan yang sudah di ambil, tak bisa di batalkan.
Kini, hanya bagaimana memperbaiki akibat sebab sebuah keputusan yang salah.
Ummi Ridha fikir, ia sudah mempertimbangkan semuanya dengan baik, ia tak ingin Arsyad menjadi yatim piatu di masa tuanya tanpa kehadiran seorang anak. Ia ingin keluarganya memiliki keturunan dari darah daging mereka sendiri, namun ternyata apa yang ia pertimbangkan tak sesuai dengan realita yang terjadi.
Setelah perdebatan yang sengit dan Aira membungkamnya tadi pagi, Ummi Ridha tak lagi berani menatap mata sang menantu yang tampak sangat kecewa padanya, sementara selama ini Aira memberikan segalanya untuknya, cinta juga rasa hormat seperti pada ibu kandungnya.
Di kamarnya, Aira hanya duduk merenung dengan tatapan kosong, apa yang ia alami sekarang sungguh berat, sesuatu yang tak pernah terbersit dalam benaknya.
Ia di tipu, di bohongi, oleh orang-orang yang ia anggap baik.
Arsyad pun hanya duduk diam dan menatap sang istri dengan memelas. Sejak tadi pagi, Aira tak sedikitpun membuka suara, tak ingin berbicara dengannya, bahkan seolah enggan menatapnya.
Arsyad pun tak tahu lagi harus berkata apa, bahkan ia sudah tak sanggup lagi untuk mengucapkan kata maaf. Karena tak perduli seberapa banyak ia mengucapkan kata maaf, itu takkan mengurangi rasa sakit Aira.
Ponsel Aira berdering dan itu membuatnya terlonjak, bahkan jantungnya berdebar karena terkejut.
"Iya, Kak?" Tanya Aira setelah menjawab telfon dari kakaknya itu.
"Dek, kamu nggak apa-apa? Suara kamu serak," kata Micheal dari seberang telfon.
"Nggak apa-apa, Kak," jawab Aira lirih. "Via bagaimana? Apa dia nangis?" Tanyanya cemas.
"Via memang nangis terus dari tadi, Dek. Nanyain kamu," jawab Micheal.
"Ya sudah, aku jemput Via sekarang," ujar Aira.
"Lalu bagaimana dengan masalah kamu? Ada apa sebenarnya?" Aira tak bisa langsung menjawab, ia melirik Arsyad sekilas yang sejak tadi menatapnya.
"Aku akan cerita nanti," kata Aira kemudian dengan suara tercekat. "Aku kesana sekarang, Assalamualaikum."
"Waalaikum salam," jawab Micheal.
Aira beranjak dari ranjangnya dan ia menyambar kunci mobil yang ada di atas meja. "Biar aku antar," ujar Arsyad menawarkan diri namun Aira mengabaikan Arsyad, seolah ia tak mendengar ucapan suaminya.
Aira mengambil tasnya kemudian berjalan melewati Arsyad seolah ia tak melihat Arsyad, dimana hal itu membuat hati Arsyad seperti tertusuk ribuan duri.
"Aira, kita jemput Via bersama," kata Arsyad namun Aira terus melangkah tanpa menoleh sedikitpun. Arsyad hanya bisa menatap punggung istrinya itu dengan nanar, sekarang ia di abaikan oleh sang istri dan rasanya sangat menyesakkan.
***
"Kurang ajar! Bagaimana bisa dia melakukan ini padamu, Aira!" seru Micheal dengan emosi yang menggebu-gebu, ia sangat marah, kecewa, setelah mendengar apa yang di ceritakan adiknya.
Zenwa pun hanya bisa tercengang, fakta ini sungguh sangat mengejutkan dan begitu sulit di percaya.
"Kakak harus kasih pelajaran pada pria itu! Teganya dia mengkhianatimu seperti ini!"
"Ini urusanku, Kak," sela Aira dengan suara bergetar.
"Ini bukan lagi cuma urusanmu, Aira. Ini sudah menjadi urusan kakak," tegas Micheal.
"Terus Kakak mau ngapain? Mau pukul dia? Terus habis itu apa? Semuanya akan kembali seperti semula? Nggak akan, Kak."
"Tapi, Aira...."
"Kak...." Aira menarik tangan Michael, menggengamnya dengan lembut. "Aku butuh waktu untuk berfikir, Aku juga sulit menerima semua ini, tapi aku harus bagaimana? Semua sudah terjadi. Melampiaskan amarah pun hanya akan percuma."
"Kamu ceraikan pria itu, Aira!" seru Micheal yang membuat Zenwa terkejut dan langsung menegur suaminya itu °
"Mas....."
"Aku juga berfikir kesana," kata Aira yang membuat Zenwa lebih terkejut.
"Tapi, Ai. Apa kamu nggak terlalu cepat mengambil keputusan? Saat ini kamu sedang di kuasai amarah, Ai. Berfikirlah dengan tenang," ujar Zenwa.
"Apalagi yang perlu di fikirkan?" sambung Micheal dingin. "Arsyad dan ibunya menipu Aira, membohongi Aira selama ini
. Aira tidak membutuhkan orang-orang seperti mereka."
"Mbak Zenwa nggak ngerasain apa yang aku rasain," lirih Aira dan sekali lagi air mata menetes begitu saja dari sudut matanya. "Selama ini, mereka bersandiwara dengan sangat baik di depanku, Kak. Mereka semua! Bukan hanya satu orang, mereka mmebodohiku hanya karena Dokter mengatakan aku tidak bisa hamil!"
Zenwa hanya terdiam mendengar ucapan Aira, karena memang benar, ia tidak berada di posisi Aira, walaupun begitu, Zenwa sungguh merasakan kesedihan adik iparnya itu.
Zenwa merangkul Aira, mengusap pundaknya dengan lembut. "Apapun keputusanmu, kami mendukungmu, Aira."
"Malam ini, aku ingin menginap disini. Aku benar-benar butuh waktu," desis Aira sembari memegang kepalanya yang terasa sakit karena memikirkan hidupnya yang hancur dalam sekejap.
"Ini rumahmu, Dek. Tinggallah selama kamu mau dan kakak tidak akan membiarkan Arsyad datang kesini lagi."
...
"Arsyad masih tidak bisa di hubungi?" Tanya Bu Husna pada Anggun yang kini sedang beristirahat di kamarnya.
"Belum, Ma. Ummi juga nggak angkat telfon aku," jawab Anggun sedih
"Ya sudah, kamu jangan ganggu mereka dulu sampai keadaan tenang." Bu Husna berkata sembari meletakkan segelas susu hangat di atas meja.
"Tapi aku takut, Ummi. Aku takut Arsyad menceraikanku demi Aira, apalagi dia sudah berbicara tentang perceraian padaku sebelumnya."
"Itu tidak mungkin, kamu sedang hamil dan tidak mungkin Arsyad menceraikanmu."
"Tapi bisa jadi, Ma. Arsyad tidak pernah benar-benar menginginkan anak ini, yang dia inginkan hanya Aira dan Aira," keluh Anggun sambil menangis yang membuat sang ibu merasa iba, ia pun langsung memeluk putrinya itu dan menenangkannya.
...
Hari sudah petang, namun Aira tak kunjung pulang dan itu membuat Arsyad merasa cemas. Ia hendak menyusul Aira ke rumah Micheal namun saat ia akan masuk ke mobilnya, ada mobil lain yang datang.
Arsyad berfikir itu Aira namun yang keluar dari mobil justru Micheal.
"Aira dimana?" Tanya Arsyad.
Bukannya menjawab, Micheal justru mendekati Arsyad dan melayangkan pukulan yang sangat keras ke wajah adik iparnya itu yang sampai membuat Arsyad tersungkur.
Arsyad hanya diam dan tak melawan, bahkan saat Micheal kembali memberikan bogem mentahnya di pipi Arsyad secara bertubi-tubi.
"Beraninya kamu melakukan itu pada Aira, sialan!" seru Micheal dengan amarah yang sudah memuncak.
"Pukul aku, Micheal. Aku memang salah," ucap Arsyad lirih.
"Aku tidak akan pernah memaafkan kamu, akan aku hancurkan hidup kamu seperti kamu menghancurkan hati adikku!"
BUGGHHH
BUGGHHH
BUGGHHH
Micheal menggeram dan terus memukul Arsyad di bagian wajahnya, tak perduli wajah Arsyad yang kini babak belur bahkan hidungnya sudah mengeluarkan darah.
Arsyad masih tak melawan, ia tahu ia pantas mendapatkan pukulan ini.
"Apa salah Aira, huh? Apa karena dia tidak bisa hamil?" Teriak Micheal di depan wajah Arsyad.
"Aku bersumpah, Arsyad! Akan aku ambil Aira dari orang-orang sepertimu juga ibumu. Kalian tidak pantas mendapatkan cinta dari adikku!"