Kedatangannya di kota lain dengan niat ingin memberi kejutan pada suaminya yang berulang tahun, namun justru dialah yang mendapat kejutan.
Semuanya berubah setelah ia melihat langsung dengan mata kepalanya sendiri, suami yang sangat di cintainya menggendong anak kecil dan dan merangkul seorang wanita di sampingnya.
"Siapa wanita itu Mas!" Bentak Anastasya.
"Dia juga istriku." Jawab Damian.
Deg!
Anastasya tersentak kaget, tubuhnya lunglai tak bertenaga hampir saja jatuh di lantai.
"Istri?" Anastasya mengernyitkan keningnya tak percaya.
Hatinya hancur seketika tak bersisa, rasanya sakit dan perih bagai di sayat pisau tajam. Suami yang selama ini dia cintai ternyata memiliki istri di kota lain.
Bagaimana nasib rumah tangganya yang akan datang? Apakah ia mampu mempertahankannya ataukah ia harus melepaskan semuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Herazhafira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjemput
..........
Setelah mendengar kabar dari Dodi bahwa Damian akan menjemput Anastasya, Austin berpamitan dengan Anastasya. Ia tidak mau bertemu dengan Damian karena tidak sanggup melihat pertemuan keduanya.
"Syasya, aku harus kembali ke Jakarta, ada meeting mendadak yang harus aku hadiri." Austin mencari alasan yang tepat agar Anastasya tidak menahannya.
"Berapa lama kamu di Jakarta?" Tanya Anastasya.
"Entahlah, tapi sebentar lagi Damian akan datang menjemput mu. Dodi sudah memberi tahu keberadaan mu padanya. Kamu tunggulah sebentar lagi, mungkin dia sudah di perjalanan." Ujar Austin dengan berat hati.
Anastasya diam sejenak, "Apa ini artinya kita akan berpisah?" Tanya Anastasya dengan mata yang berkaca-kaca. Hatinya begitu berat mengucapkan kata perpisahan.
Austin mengangguk, "Maaf, aku tidak bisa membawamu ikut denganku, karena tempat mu di sisi Damian." Lirih Austin.
"Hikss, hikss, Apa dia juga baik sama seperti mu? Dia tidak akan menyakiti ku bukan?" Tanya Anastasya menangis.
Austin menatap sendu Anastasya, ada sedikit rasa kekhawatiran di hatinya, mengingat sebenarnya Damian memiliki wanita lain.
"Kamu jangan khawatir, dia sangat baik. Aku malah takut kamu akan melupakan ku setelah bertemu dengannya." Jawab Austin sedikit bercanda agar Anastasya tidak terlalu bersedih.
"Mana mungkin aku melupakan mu? kamu telah menyelamatkan nyawaku dan juga sangat baik padaku. Maaf karena aku tidak bisa membalasnya. Aku hanya bisa berdoa semoga Allah membalas mu dengan surganya." Tulus Anastasya.
"Terima kasih doanya." Ujar Austin. Ucapan yang selama ini tidak pernah diucapkannya, kini keluar dari mulutnya begitu saja mendengar kata tulus dari Anastasya.
"Kamu juga jangan lupakan aku." Melas Anastasya.
"Itu pasti! Dengar Tasya, aku tau bagaimana perasaan mu saat ini, kamu merasa sendiri dan tak tau arah. Ingat jangan terlalu percaya pada orang lain, yang baik di depan mata belum tentu baik di dalam hatinya." Pesan Austin.
"Boleh aku memelukmu?" Melas Anastasya menghapus air matanya.
Austin mengangguk kemudian memeluk Anastasya dengan erat, ada rasa tidak ingin kehilangan dihatinya melepas perempuan yang mengisi hari-harinya selama hampir dua bulan, 'Mungkin ini pelukan dan pertemuan terakhir kita, mengapa Tuhan membuat ku jatuh cinta padamu?' Batin Austin.
Anastasya membalas pelukan Austin, air matanya kembali berderai tak tertahankan saat merasakan pelukan Austin semakin erat. 'Kenapa hatiku sangat sedih ingin berpisah dengannya? jiwaku merasa nyaman dan tenang setiap kamu memelukku. Apa ini akan menjadi pelukan terakhir mu padaku? ya Tuhan... jika bisa aku meminta pertemukanlah kami kembali.' Batin Anastasya.
"Sudah, jangan menangis lagi! aku merasa berat berpisah denganmu jika kamu terus menangis. Tersenyumlah, aku ingin kamu selalu bahagia." Austin melepaskan pelukannya.
"Hikss, hikss, kita masih bisa bertemu kan?" Tanya Anastasya.
"Ia, kamu bisa menghubungi ku kapanpun kamu mau." Ujar Austin mengusap kepala Anastasya.
"Baiklah! aku akan menelepon tiap hari." Ujar Anastasya.
"Jangan tiap hari juga, nanti suami kamu cemburu dan mengira kita selingkuh." Ujar Austin dengan nada bercanda.
"Setiap Minggu deh..! kalo nggak boleh." Ujar Anastasya.
Austin hanya tersenyum 'Aku yakin Damian tidak akan membiarkan mu menghubungi ku.' Batin Damian, "Aku harus pergi, Jack sudah menungguku di luar." Ujar Austin kemudian dengan berat hati melangkahkan kakinya keluar dari Kamar Anastasya.
Anastasya menatap sendu Austin keluar hingga punggungnya tak terlihat, ia kembali menangis kehilangan seseorang yang selama ini menemaninya, menghiburnya, bercanda dan tertawa dengannya bahkan selalu membuat hatinya bahagia.
Austin menutup pintu kamar Anastasya dengan pelan kemudian menghela napas panjang. Rasanya sangat berat meninggalkan saat hatinya mulai mencintai.
"Sudah siap bos?" Tanya Jack.
"Ayo jalan." Perintah Austin kemudian memasang kaca mata hitamnya.
2 jam setelah kepergian Austin, Damian tiba di rumah sakit kemudian mencari ruangan Anastasya.
"Tok.. tok.. tok.." Damian mengetuk pintu kemudian langsung masuk.
Langkahnya terhenti saat melihat orang yang sangat Ia cintai terbaring lemah di atas brankar.
Mereka saling bertatapan, Damian memandang Anastasya penuh kerinduan sedangkan Anastasya memandang Damian penuh tanda tanya.
"Kamu siapa?" Tanya Anastasya.
Deg!
Damian menghentikan langkahnya sejenak kemudian menghampiri Anastasya. Ia langsung memeluk dan mencium keningnya.
"Lepaskan." Berontak Anastasya membuatnya kaget dengan reaksi istrinya.
"Sayang...! aku suamimu, Damian. Kamu tidak mengingatku?" Tanya Damian menggenggam tangan Anastasya
Anastasya menarik tangannya berusaha mengingat lalu menggeleng "Aku tidak ingat." Jawabnya.
Damian mengambil ponselnya kemudian memperlihatkan semua foto-fotonya bersama Anastasya.
"Ini beneran aku?" Tanya Anastasya melihat foto dirinya bersama Damian tersenyum manis menikmati sunset.
"Ia sayang..! Ini kita, ini juga foto pernikahan kita." Damian menggeser layar ponselnya.
"Iya" Lirih Anastasya.
Entah mengapa dia merasa kurang senang saat melihat dirinya bersama Damian di ponsel. Semuanya terasa asing baginya, cinta yang dulu ia rasakan semuanya menghilang bersamaan dengan ingatannya. Ikatan hati yang begitu dalam dan kuat seakan lepas begitu saja.
Anastasya mulai merasakan sakit di kepalanya, ia terlalu memaksa otaknya untuk mengingat. Mengingat masa lalu yang sebenarnya lebih baik ia lupakan. Namun rasa penasaran yang menyebabkan dirinya nekad melakukan bunuh diri semakin kuat.
"Aaa...." Teriak Anastasya meremas kepalanya cukup kuat menahan rasa sakitnya.
Damian panik dan langsung memencet tombol di dinding dan segera memanggil dokter.
Setelah beberapa menit dokter dan suster masuk ke kamar Anastasya kemudian memeriksanya.
"Bagaimana keadaannya dokter? kenapa dia berteriak kesakitan?" Tanya Damian setelah dokter memeriksa Anastasya.
"Maaf, Anda siapa? baru kali ini saya melihat Anda." Tanya Dokter.
"Saya Damian, suaminya?" Jawab Damian.
"Baiklah, Dia akan merasa kesakitan jika dia memaksa mengingat masa lalunya. Jadi saya harap jangan memaksanya untuk mengingat sesuatu, biarkan dia mengingatnya secara perlahan. Hari ini dia sudah boleh pulang. Tapi dia harus tetap kontrol dan obatnya harus tetap di minum." Jelas Dokter yang awalnya heran saat Damian memperkenalkan dirinya sebagai suami Anastasya. Dokter berpikir Austin lah suaminya karena selama ini dia yang selalu menjaga dan merawat Anastasya hampir 24 jam.
"Sudah berapa lama istri saya di rumah sakit Dokter?" Tanya Damian.
"Hampir enam Minggu." Jawab Dokter.
"Baik dokter, Terima kasih. Saya akan mengurus administrasinya." Ujar Damian.
Setelah kepergian dokter dan suster, Damian mengelus puncak kepala Anastasya. "Istirahatlah, aku akan mengurus administrasinya sebentar." Ujar Damian.
Anastasya hanya mengangguk kemudian menutup mata.
Damian keluar menuju kasir untuk mengurus biaya rumah sakit Anastasya.
"Sus, saya ingin membayar biaya perawatan atas nama Anastasya." Ujar Damian.
"Sebentar ya, saya cek dulu." Ujar Suster kemudian mengecek pasien yang bernama Anastasya. Austin telah mengganti nama Anastasya di daftar pasien setelah mengetahui dari Dodi nama Anastasya yang sebenarnya.
Damian mengangguk kemudian mengeluarkan dompetnya untuk mengambil kartu debit platinum nya.
"Maaf Tuan, biaya rumah sakit atas nama Anastasya sudah di bayar." Jawab Suster.
"Sudah di bayar? siapa yang membayarnya?" Tanya Damian.
"Atas nama Tuan Jack." Jawab Suster.
'Jack? Siapa lagi Jack? kemarin Dodi, sekarang Jack, siapa lagi yang terlibat dengan istriku? kenapa semuanya laki-laki? kenapa bukan perempuan saja yang menolong Tasya?' Batin Damian dengan kesal. Dari dulu ia memang tidak suka jika ada pria lain yang mendekati Istrinya selain Geri asistennya.
Damian meninggalkan kasir dengan wajah yang memerah karena marah. Ia masuk ke dalam kamar Anastasya kemudian duduk di sampingnya.
"Bagaimana?" Tanya Anastasya.
"Sudah! Kamu tau siapa Jack?" Damian kembali bertanya.
"Emangnya kenapa?" Tanya Anastasya heran kenapa Damian bertanya tentang Jack.
"Dia sudah menyelesaikan administrasinya." Ujar Damian.
"Ooo... Dia teman Austin." Ujar Anastasya.
"Austin?" Damian makin kesal, muncul satu lagi nama pria yang membantu Istrinya.
"Dia yang membawa ku ke rumah sakit. Katanya aku salah masuk lift dan bunuh diri di kamarnya. Tapi kenapa aku ingin bunuh diri ya? Apa mas tau penyebabnya?" Tanya Anastasya menatap Damian.
Deg!
Pertanyaan Anastasya membuatnya tertegun tak mampu menjawab satu katapun.
"Jangan bertanya seperti itu lagi, aku nggak mau jika kamu sakit lagi. Yang lalu biarlah berlalu, jangan memaksa mengingat." Ujar Damian takut Anastasya bertanya kembali.
.
.
.
Bersambung.......
Sahabat Author yang baik ❤️
Jika kalian suka dengan cerita ini, Jangan lupa, Like, Komen, Hadiah, Dukungan dan Votenya ya! 🙏🙏🙏
tendang aja burungnya biar ga BS terbang sekalian . gedeegggggg bgt.
ga mgkn hamil juga lah. kayaknya si Damian mandul. tp ditipu SM Mak Lampir.
gunakan hp, minta tolong Austin kek, atau minta tolong Tirta kek. gedeghhggg