Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 panik
Tok tok tok
" Ish pasti ka Rani, nyebelin banget sih ngapin pake pulang! Udah bagus dia macet-macetan dijalan. Atau gak usah pulang aja sekalian,gangguin orang seneng-seneng aja!" Sungut Rena.
Tanpa sadar Rena mulai tidak nyaman dengan adanya Rani,Rena hanya ingin berdua saja dengan Langit tanpa ada Rani.
Namun lantaran dia tidak mau Rani berfikir yang tidak-tidak akhirnya Rena beranjak dari duduknya dan gegas membukakan pintu untuk kakanya.
Cklek
" Rena kenapa lama sekali buka pintunya?" tanya Rani begitu pintu terbuka dan melihat wajah adiknya yang tampak sedikit masam.
" Maaf ka tadi aku lagi dibelakang jadi lama bukain pintunya mana gelap jadi kan aku pelan-pelan.Kaka kena macet ya,pasti cape banget ya ka?" Rena meraih tangan Rani dan menuntunnya masuk kedalam rumah.
Meskipun merasa kesal tapi Rena tetap saja tak bisa memperlihatkan itu pada Rani,dia sadar bahwa dia memang tidak berhak untuk marah ataupun tidak suka.Apa lagi posisinya saat ini Rena sedang menumpang dirumah Rani.
" Kaka cape tapi cape Kaka ilang begitu liat kamu,apa lagi sebentar lagi dirumah ini akan ada suara tangis bayi."
Rani menunduk dan mensejajarkan wajahnya dengan perut sang adik.
"Haii keponakan Tante sehat-sehat kamu didalam sana.Jangan rewel ya,kasian bundamu.Bekerjasamalah dengannya dan jadilah anak yang baik."
Dengan penuh kasih sayang dan kelembutan Rani mengusap perut Rena.
" Makasih ya ka,aku jadi ngerasa seperti memiliki ibu." Ucap Rena dengan Maya berkaca-kaca.Entah itu memang dari dalam hatinya atau hanya ungkapan rasa bersalahnya saja.
" Sama-sama dek,itulah gunanya saudara.Oh ya apa mas Langit sudah pulang? Mobilnya ada sama Kaka,dia pasti kehujanan saat pulang.Kasian mas Langit." Gumam Rani.
Mendengar nama Langit jantung Rena berdetak lebih kencang dari biasanya.Wajahnya bersemu merah kala mengingat dada telanjang Langit dan juga otot lengannya.
" Heii kenapa ko senyum senyum sendiri? " Sloroh Rani tanpa sengaja melihat Rena tersenyum seorang diri.Tanpa ia tau dalam benaknya Rena tengah memikirkan suaminya.
" Eh anu ka ini,tadi si dedek gerak diperutku.Aku rasanya bahagia sekali!" Kilahnya membuat Rani berbinar bahagia lantaran ia juga ingin merasakan seperti apa gerakan dari keponakannya yang masih berada didalam perut adiknya.
Rani kembali mensejajarkan wajahnya dengan perut sang adik.
" Oh benarkah itu? Haii coba mana kasih tau Tante kamu lagi apa nak,ayo gerak lagi!" Bisik Rani dengan antusias bahkan ia meletakan kedua tangannya diperut sang adik karena mengira apa yang adiknya katakan adalah kebenaran.
" Hai sayang,kamu sudah pulang? Bersih-bersih dulu dong biar badanmu seger.Kamu pasti cape kan macet-macetan dijalan!" Ujar Langit yang entah sejak kapan sudah berada dibelakang Rani.
Langit tampak menawan dan gagah dengan pakaian santai.
Blaam
Lampu menyala.
Mata Rena lantas tertuju pada Langit yang terlihat tampak lebih segar dengan rambut yang masih sedikit basah.
" Haii mas,iya nih cape tapi capeku ilang karena liat Rena dan calon bayinya.Em ini tadi Rena bilang adek bayinya gerak tau mas,tapi ini pas aku pegang ko dia gak gerak lagi ya mas!" Cicit Rani.
" Ya geraknya kan gak intens sayang,kalau sudah trimester terakhir baru dia aktif bergerak." ujar Langit entah dari mana suami Rani faham akan hal-hal seputar kehamilan.
" Dih mas sok tau!" Ejek Rani.
" Eh beneran sayang ,bukan sok tau mas dulu denger cerita temen mas waktu istrinya hamil loh." papar Langit.
" Ah masa,yang bener ah ,boong kali!" goda Rani.
Griyuuut
Rani mencubit pinggang suaminya dan Langit membalasnya dengan meraih tangan istrinya.
" Nakal nih mulai ya ngajakin brantem ya ayo kekamar!" Tantang Langit sembari meggendong istrinya ala bridal masuk kedalam kamar.
Melihat itu hati Rena terbakar, wajahnya murung.
" Dih pamer trus! Kenapa sih pake pamer kemesraan didepan aku.Sebel!" Rena menghentakan kakinya kelantai.Apa lagi saat mendengar tawa renyah Rani dan Langit didalam sana.Hatinya semakin memanas melihat dan mendengar kemesraan Kaka kandungnya.
Ditempat lain Sarifah masih saja tidak tenang saat memikirkan keadaan putra dan menantunya.
" Kenapa mendadak gelisah ya,ko kepikiran terus sama si Rani.Apa dia baik-baik saja,ah mungkin aku yang terlalu berlebihan memikirkan mereka." batin Sarifah
" Mah sudah jangan difikirkan terus,doakan saja rumah tangga anak-anak kita baik-baik saja.Papah janji kalau sampai Langit menyakiti hati Rani maka papa sendri yang akan turun tangan mengurus perpisahan mereka dan papah tidak akan menganggap Langit sebagai putra papah." Ucap Arman.
" Pah,apa papah yakin dengan apa yang papah ucapkan?" Tanya Sarifah saat mendengar apa yang suaminya ucapkan.
" Sangat yakin mah,papah lebih baik kehilangan Langit dari pada Rani.Tapi semoga semua itu tidak akan pernah terjadi.Papah tau putra papah suami yang baik,dia tidak akan mengecewakan Rani dan kita." Pungkas Arman meskipun hatinya juga diliputi perasaan gelisah.
Namun tak bisa ia pungkiri keberadaan rena dirumah langit memang sangat menganggu fikirannya.Hatinya juga gelisah,tapi sebisa mungkin dia tidak ingin menunjukan itu didepan istrinya.
Sementara dirumah Rani, Rena mencoba memberanikan diri mengtuk pintu kamar kakanya.
Tok tok tok
Suasana tampak hening dan tak terdengar apapun dari dalam,Rena memuaskan untuk mengetuknya kembali.
Tok
Tok
Tok
" Ya Ren ada apa?" Seru Rani dari dalam
Terdengar suaranya sedikit parau mungkin Anjani sudah tidur dan terbangun karena ketukan pintu Rena.
Dengan separuh kesadaran Rani bangun dan membuka mata.
Tepat jam 22.00 Rena membuat kepanikan dengan mengetuk pintu kamar Rani dan Langit malam-malam.
" Kaka sudah tidur?" Ucapnya lirih.
Cklek
" Iya tadi ketiduran ada apa?" Tanya Rani.
Rena sedikit melongok kedalam kamar entah apa yang ingin dia lihat tapi matanya terlihat berbinar kala melihat Langit yang terlelap dengan wajah damai namun satu hal yang membuat aliran darah Rena berdesir hebat yaitu saat mata Rena melihat dengan jelas Langit yang tidur dengan bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana boxer pendek hingga membuat mata Rena lebih betah ingin lebih lama menatapnya.
" Homaz! Ra ko bengong ada apa?" Rani yang polos sama sekali tak melihat arti tatapan adiknya terhadap suaminya.
" Em anu ka,perutku rasanya sakit sekali.Aku tidak enak badan,apa bisa Kaka antar aku kedokter kandungan sekarang?" Tanya Rena dengan wajah tertunduk.
" Malam-malam begini? Apa tidak bisa ditunda besok pagi? Apa sakit sekali?" Tanya Rani yang langsung merasa panik.
Rena hanya menganggukkan kepalanya saat ditanya demikian oleh Rani.
" Ya sudah kamu tunggu diluar kaka mau bangunkan mas Langit dulu.10 menit lagi kamu masih bisa menahan kan?"Tanya Rani sembari menatap lekat wajah adiknya.
Setelah memastikan Rena bisa menahannya Rani gegas masuk kedalam kamar dan membangunkan suaminya. Sementara Langit yang memang belum begitu terlelap langsung bangun begitu Rani membangunkannya.
" Ada apa sayang? Mau kasih jatah Hem?" Tanya Langit dengan tatapan mata nakal.
" Ish kamu ini mas,kita kedokter kandungan sekarang perut Rena sakit." Ucap Rani sembari bersiap-siap.
" Apa sakit? Kenapa bisa? Oke kita kedokter sekarang." Langit beranjak dan bersiap-siap.
Kurang dari 10 menit Rani dan langit keluar kamar dan rupanya Rena sudah menunggu diruang tamu dengan segala perlengkapannya.
" Kita pergi sekarang Rena?" Tanya Langit.
" I-iya mas! Maaf ya jadi menganggu istrahat mas dan ka Rani." Ucap Rena dengan wajah tertunduk.
" Tidak masalah Ren,semua demi dia." Langit refleks mengusap perut Rena membuat Rena mematung sejenak saat merasakan sentuhan lembut dari Langit diperutnya.
" Tuhan,mas Langit mengusap perutku! Apa ini bukan mimpi? Tangannya begitu hangat,suamiku saja tidak pernah mengusap perutku ini mas Langit malah mengusap perutku.Apa diam-diam mas Langit juga suka sama aku,kenapa dia begitu lembut saat mengusap perutku,Tuhan jika benar aku sangat senang sekali rasanya." gumam Rena dalam hati.
" Loh ren ko malah bengong,ayo jalan!" Ajak Rani.
" I-iya ka,ka Rani ikut?" Tanya Rena membuat Rani mengerutkan keningnya,dia tak percaya dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Rena.
Detik berikutnya Rani menatap Rena dengan penuh kasih sayang.
" Tentu saja ikut,Rena Rena kamu ini udah mau jadi ibu masih aja manja sama Kaka!" Kekeh Rani yang menganggap Rena mengharapkan dia ikut padahal arti dari pertanyaan Rena adalah lain.
Berbeda dengan Rani,Rena justru menggerutu dalam hati karena ia berharap ia dan Langit pergi berdua tanpa Rani.
braaak
Dugh
" aduuuh!"
Bersambung.....
kalau ada waktu luang mampir ya di novel aku juga.
"aku dan teman kamarku."