"JANGAN LUPA LIKE PERBAB YA!"
Reyhan Pratama dipertemukan dengan seorang wanita shalihah yang dulu pernah ditolaknya saat akan dijodohkan beberapa tahun lalu membuatnya sedikit menyesal tentang masa lalunya.
Wanita itu sekarang sudah bercadar namanya Annisa Putri, wanita shalihah yang sangat lembut dan sekarang sangat disukai oleh Asyifa putrinya Reyhan.
Akankah mereka bisa memperbaiki masa lalu mereka?
Jika ada penulisan atau kata-kata yang salah, atau menyinggung salah satu agama, mohon di maafkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi Karyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
28
Reyhan duduk di meja makan yang berada di satu ruangan dengan dapur, dia melihat ke arah Annisa yang sedang memasak. Dia tidak bisa melakukan pekerjaan dapur jadi hanya duduk menatap diam pada wanita yang pagi ini baru sah menjadi istrinya.
Annisa merasa gugup saat ditatap seperti itu, membuatnya salah tingkah dalam pekerjaannya.
Reyhan tau Annisa merasa gak nyaman saat ditatap olehnya, jadi Ia pergi keluar dari ruangan dapur lalu masuk ke kamar dan duduk di pinggiran tempat tidur.
Dia tersenyum saat ingat Annisa yang selalu terlihat canggung dan malu. Dia sendiri merasa selalu berdebar-debar saat melihat Annisa tapi dia berhasil menyembunyikan semuanya.
Dia duduk di tempat tidur sambil memainkan ponsel menghilangkan kejenuhan
Hari sudah semakin sore, dia berdiri dan langsung masuk ke kamar mandi, Ia langsung membuka pakaiannya. Dia berdiri sebentar di depan kaca kamar mandi, seperti biasa menatap diri sendiri.
Apa Annisa belum bisa terima kenyataan kalau kami sudah menikah, kenapa dia belum membuka cadarnya, padahal waktu itu wajahnya sudah terlihat walau gak terlalu diperhatikan, dan sekarang kita sudah sah menjadi suami istri seharusnya gak masalah jika suami dan anaknya melihat wajahnya, tapi mungkin karena belum terbiasa, batinnya
Setelah mandi, dia memakai jubah mandinya dan berjalan keluar sambil menggosok rambutnya yang masih basah, langkahnya terhenti saat mendengar suara pintu kamar dibuka dari luar. Tatapannya tertuju pada Annisa yang melangkah masuk, betapa kagetnya Annisa saat melihatnya baru keluar dari kamar mandi.
Annisa menunduk salah tingkah, dia terlihat gugup hingga tidak bisa bicara dengan benar, "Maaf, Nisa hanya ingin mengambil ponsel," Dia menjangkau ponsel diatas meja lalu berjalam cepat saat keluar dan kembali menutup pintu.
Tangan kiri masih di kenop pintu tapi tangan kanan sudah berada di dada untuk menenangkan jantungnya yang serasa ingin copot.
Di dalam kamar Reyhan tersenyum setelah melihat kegugupan istrinya yang terasa sangat polos, mungkin ini pertama kalinya dia melihat seorang pria setelah mandi. Dia mengambil pakaiannya dan langsung memakainya sebelum akhirnya berjalan keluar.
Annisa membangunkan Syifa untuk sholat Magrib.
Syifa bangun menatapnya sambil menggosok kedua matanya.
"Ummi, sudah mau sholat ya?" tanya Syifa yang masih mengantuk
Annisa mengangguk dan langsung mengangkatnya untuk berwudhu.
Setelah Syifa berwudhu baru Annisa yang berwudhu.
Reyhan dan Syifa menunggu Annisa di tempat Sholat, mereka duduk di atas sajadah.
Annisa berjalan mendekat dengan keadaan tidak memakai cadar lagi.
Syifa dan Reyhan tersenyum melihatnya.
Reyhan terpesona dengan wajah cantik dan lembut istrinya itu yang sekarang terlihat jelas.
"Ummi sangat cantik," ucap Syifa sambil mendekati Annisa dan juga mewakili perasaan Reyhan.
Annisa hanya tersenyum dan membantu Syifa berdiri karena sudah akan mulai shalat.
Reyhan pun berdiri dan melihat ke arah keduanya.
"Sudah siap?” tanyanya yang sudah akan memulai shalatnya.
Annisa dan Syifa mengangguk bersama, Reyhan kembali berdiri menghadap kiblat.
Mereka bertiga pun langsung shalat bersama.
Setelah selesai shalat, Reyhan duduk berbalik menghadap keduanya, dia tersenyum saat melihat makmumnya bertambah satu.
Annisa duduk mendekat, dia memegang tangan suaminya lalu mencium tangannya sedikit lama, aroma sabun mandi tercium olehnya, aroma yang sekarang sama dengannya.
Hal ini gak mungkin terjadi kalau masih bersama Denada batin Reyhan saat melihat Annisa dan Syifa di depannya.
Setelah saling bersalaman Annisa membuka mukena yang dipakai Syifa. Syifa tersenyum senang masih sambil memegang wajah Umminya, dia menatap lekat pada Ummi barunya.
"Biasanya Syifa cuma shalat berdua sama Abi tapi sekarang ada Ummi di sini, Syifa senang banget," ucap Syifa lalu mencium pipi kiri Annisa.
Annisa tersenyum mendengar ucapan itu, senyum lembutnya terlihat jelas dan semakin membuat Reyhan berdebar.
Reyhan menatap senyum manis itu tapi dia merasa tidak enak takut Annisa mengira macam-macam jadi dia mengalihkan perhatian dengan mengusap kepala Syifa, "Abi sudah lapar, ayo kita ke meja makan," ajaknya.
Mereka berdiri berjalan keluar dari kamar, dan langsung menuju meja makan.
Semuanya langsung duduk, ini pertama kalinya mereka makan bersama, walau tadi siang sudah makan bersama tapi itu ditemani orang lain.
Di meja makan Annisa mulai mengambilkan anak dan suaminya nasi, dia sering melihat Ibunya melakukan itu jadi tidak terlalu canggung.
Reyhan melihat ke arah Annisa sambil masih terus tersenyum. Jatuh cinta pada wanita seperti ini rasanya luar biasa.
"Baca doa dulu," ucap Annisa
Mereka membaca doa lalu mulai makan.
Annisa makan dengan perlahan.
Sesekali Reyhan melihat ke arahnya, dia masih canggung saat ada yang melihatnya tanpa cadar.
*
Beberapa jam berlalu jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, Annisa sedang berbaring bersama Syifa di kamar Syifa, dia membaca ayat kursi sebelum Syifa tidur.
Saat Syifa sudah tertidur, dia menatapnya sebentar lalu mencium dahinya.
Dia berjalan keluar dan menutup pintu pelan. Ia melihat ke arah suaminya yang sedang duduk di sofa sendirian, Reyhan tersenyum ke arahnya yang baru keluar dari kamar Syifa tapi terhenti, sekarang dia tidak lagi memakai gamis tetapi hanya memakai baju tidur biasa tapi masih memakai jilbab panjangnya.
"Nisa duduk dulu sini," ajak Reyhan sambil menepuk sofa di sampingnya.
Annisa gugup tapi dia tetap berjalan mendekati Reyhan, Ia pun duduk di samping Reyhan dengan canggung.
Reyhan menoleh kearah Annusa lalu mengangkat tangan memegang kedua pundak Annisa dan menghadapkan tubuh Annisa ke arahnya.
Seketika tubuh Annisa bergetar saat disentuh, dia belum terbiasa.
Reyhan menatap mata Annisa dan memegang wajah Annisa dengan lembut, rasanya dia tidak ingin melepaskan tangannya dari wajah lembut tanpa polesan bedak.
Masya Allah batin Reyhan yang saat ini sudah menatap dengan teliti wajah cantik istrinya.
Annisa terlihat malu, dan langsung menunduk.
Reyhan memegang wajah Annisa dan mengangkat dagu Annisa supaya menatap matanya juga, Ia menatap Annisa agak lama walau dia tau Annisa merasa tidak nyaman. Annisa berkedip gugup, mulutnya tertutup rapat.
Dia menutupi kecantikannya demi suaminya batin Reyhan
"Kita sekarang suami istri jadi gak perlu malu saat saling menatap," ucap Reyhan tersenyum sambil kembali membelai wajahnya, dia belum puas memegang wajah ini.
Annisa mengangguk tapi kembali gugup malu lalu menunduk.
"Sudah malam, ayo masuk ke kamar," ajak Reyhan pelan dan santai padahal hanya dia yang tau betapa gugupnya saat ini. Rasanya seperti baru pertama kali akan menghadapi malam pertama pernikahan.
Reyhan menggenggam tangan Annisa dan bangkit dari duduk mereka, genggamannya tetap tidak terlepas saat mereka berjalan masuk ke kamar, Annisa hanya diam mengikuti.
Saat akan menutup pintu baru Reyhan melepaskan tangan istrinya itu sehingga Annisa lebih dulu duduk di tempat tidur.
Annisa duduk, perlahan dia membuka jilbab panjangnya dan meletakkannya di meja samping setelah melipatnya.
Waktu terasa melambat disaat Reyhan berjalan mendekat, jantungnya kembali defdegan, ternyata seperti ini rasanya akan menghadapi malam pertama.
Reyhan melihat ke arah uraian rambut Annisa yang sudah terbuka dari ikatan rambut, rambut itu lurus teratur jadi tidak perlu disisir, Ia langsung duduk dihadapan Annisa sambil merapikan rambut panjang Annisa yang baru dilihatnya, lalu memegang ubun-ubun Annisa, dan mulai membaca bismillah.
"Allahumma inni as-aluka min khairiha wa khairi ma jabaltaha alaih, wa a'udzu bika min syarriha wa syarri ma jabaltaha alaih." doa Reyhan
Annisa tersenyum sedikit menatap Reyhan yang baru selesai berdoa.
"Maaf," ucap Reyhan sambil mencium pipi kiri Annisa.
Annisa mengepalkan tangannya karna gugup saat pipinya tersentuh bibir Reyhan, menyebut namanya saja dan berada di dekatnya sudah bisa membuat jantungnya berdebar kencang, apalagi dicium seperti ini.Keringat mulai keluar di dahinya.
Reyhan menggenggam tangan Annisa untuk menghilangkan groginya, "Jangan gugup, kita lakukan dengan pelan," ucapnya
Annisa mengangguk, dia berusaha bersikap biasa tapi tetap tidak bisa.
"Terima kasih untuk semuanya dan maafkan tentang yang terjadi dulu," ucap Reyhan yang mulai memeluk Annisa dengan lembut.
"Itu sudah lama, Nisa juga sudah sedikit lupa," ucap Annisa sambil membalas pelukan Reyhan, dia meletakkan kepala dipundak Reyhan sedikit lama, menghirup aroma yang mulai hari ini akan selalu tercium di hidungnya.
"Ayo kita mulai sekarang," ajak Reyhan
Ucapan itu membuat Annisa semakin gugup.
Mereka melepaskan pelukan mereka lalu berbaring bersama.
Mereka berdoa dalam hati, Reyhan langsung mengangkat tubuhnya lagi dan mengusap pelan rambut Annisa lalu mengecup kening Annisa.
Annisa semakin gugup karena ini pertama kali baginya. Padahal disini yang paling gugup adalah Reyhan, dia takut melukai istri lembutnya ini, ini pernikahan keduanya tapi rasanya ini pertama kalinya dia akan mengalami malam pertama, mungkin karena mereka belum terlalu saling mengenal jadi rasa ingin tau sangat besar.
Mereka melakukannya dengan pelan, Annisa sudah memberikan hal yang paling berharga dalam hidupnya ke laki-laki yang sekarang sudah sah menjadi suaminya.
Setelah membersihkan diri, keduanya kembali berbaring, Reyhan berbaring memeluknya dari belakang, ini postur ternyaman, terasa seperti dipeluk ibu sewaktu kecil.
Tiada henti Reyhan mencium rambut Annisa, tangannya semakin erat memeluk Annisa.
Annisa masih sedikit malu dengan apa yang baru saja terjadi pada mereka jadi dia tertidur tanpa menatap suaminya.