Akibat dari cinta satu malam, membuat Vie harus merelakan masa mudanya. Setelah dikeluarkan dari kampus, ternyata Vie juga diusir oleh ayahnya sendiri karena Vie telah mencoreng nama baik keluarga.
Lima tahun berlalu, kehidupan pahit Vie kini telah terobati dengan hadirnya sosok Arga, bocah kecil tampan yang sedang aktif berbicara meskipun kini tak tahu dimana keberadaan ayahnya.
Namun, siapa yang menyangka jika selama ini Vie bekerja di perusahaan milik keluarga kekasihnya. Hal itu baru Vie ketahui saat kekasihnya mulai mengambil alih perusahaan.
Masih adakah rasa yang tertinggal untuk sepasang kekasih di masa lalu ini? Mari kita ikuti kisahnya 😊
IG : teh_hijaau
FB : Teh Hijau
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidden Baby 4
Siapa tidak bahagia jika dijemput lebih awal dari biasanya. Jika biasanya harus bosan menunggu, tapi kali ini Arga bahagia luar biasa bisa pulang lebih awal.
Berada dalam rumah kontrakan seadanya, tak membuat Arga minder. Bocah kecil itu masih bisa bersenandung ria saat naik turun tangga menuju kamarnya yang berada di lantai dua.
"Bunda, Alga bahagia kalena Bunda jemput Alga cepat."
Vie memaksakan senyumnya saat melihat raut wajah anaknya yang tak bisa dibohongi. Wajah polos yang selalu ia tatap saat sedang terlelap.
"Iya. Kebetulan hari ini Bunda ada waktu, Sayang. Maafkan Bunda, ya." Vie memeluk tubuh malaikat kecilnya.
Setelah bertemu dengan Dirga tadi, Vie menjadi ragu untuk memberitahu hasil dari cinta satu malam ya yang kini telah tumbuh dewasa, bahkan bisa dikatakan lebih dewasa dari usianya.
"Iya, Bunda. Alga sayang Bunda."
Vie tengah membuat cemilan khas rumahan untuk Arga. Selama ini Vie sangat ketat dalam urusan makanan untuk Arga. Vie tak pernah memperbolehkan Arga membeli jajanan bebas di luar, karena dianggap tidak sehat.
Beruntung saja saat ini Arga tengah tidur siang, sehingga pekerjaan Vie bisa siap lebih cepat tanpa ada yang merusuhinya.
Saat Vie hendak membangunkan Arga untuk mandi, Vie mendengar suara ketukan pintu, ia pun mengurungkan niatnya membangunkan sang anak.
"Jane."
"Vie, ada kabar baik." Jane langsung masuk ke dalam. Setelah melahirkan, Vie memilih mencari tempat tinggal sendiri karena tak ingin menambah beban Jane.
"Jangan keras-keras, nanti Arga bangun."
"Vie, aku sudah memohon kepada pak Dirga untuk mencabut ucapan memecat kamu, dan seperti dugaan ku dia setuju memberikan kamu kesempatan untuk tetap bekerja."
Diluar dugaan Jane, ternyata tak ada ekspresi bahagia dari wajah Vie, malah muka datar yang kusut
"Vie, kamu gak senang dengan kabar ini?" Jane heran. Biasa Vie akan selalu heboh jika mendengar kabar baik namun, kali ini ia berbeda.
"Kamu kenapa?" sambung Jane lagi.
Vie men.de.sah pelan membuang nafas kasarnya. "Sepertinya aku berniat mencari pekerjaan lain, Jane."
"Lho … kenapa, Vie? Ini pekerjaan yang bagus, gaji juga lumayan besar. Susah mencari pekerjaan yang seperti ini."
"Semua sudah berbeda, Jane. Dibawah kepemimpinan yang baru ini, belum tentu akan memikirkan nasib karyawan rendah sepertiku ini. Kamu paham 'kan?"
Saat ini Jane tak bisa menebak apa isi hati Vie. Meskipun sudah lama berteman, Vie masih saja menutup diri bahkan sampai sekarang Vie tak pernah mengatakan siapa sosok dari ayahnya Arga.
"Aunty …." Arga yang melihat Jane duduk di sofa segera menghampirinya.
"Aunty, hari ini Alga bahagia kalena Bunda jemput Alga cepat. Besok bilang lagi sama pak bos ya, bial Bunda jemput Alga cepat lagi."
*
*
*
Arga terus merengek saat Jane hendak pulang. Arga belum puas bermain dengan Jane dan Jane tidak bisa menginap karena ia harus mempersiapkan presentasi untuk besok.
"Besok Aunty kesini lagi ya, Sayang. Sekarang Aunty pulang dulu. Arga 'kan anak pintar dan ganteng, mana boleh merengek," bujuk Vie.
"Bunda bohong. Kemalen-kemalen juga bilang sepelti itu, tapi Aunty gak kesini "
"Gak, Sayang. Aunty janji besok kalau pekerjaan Aunty udah kelar, Aunty kesini, bobok sini dan kita jalan-jalan. Gimana?" tawar Jane.
Mendengar tawaran Jane, Arga sangat tergiur untuk jalan-jalan. Tapi, tidak semudah itu mengatakan kata iya. Arga harus jual mahal terlebih dahulu.
"Gak pelcaya." Dengan bibir manyun serta tangan yang melipat di depan dada Arga pura-pura tidak terima.
"Ih, anak kamu maunya apa sih, Vie?" gerutu Jane.
"Aku maunya Aunty gak bohong lagi," sahut Arga.
"Iya, Aunty gak bohong. Lain kali Aunty bobok sini ya, sekarang Aunty pulang dulu. Sekarang Arga mandi terus ajak Bunda jalan-jalan ke taman deket sini," bujuk Jane. Semoga saja bujukan Jane kali ini berhasil.
"Emang Bunda mau?" tanya Arga.
Dengan berat Vie mengiyakan keinginan anaknya yang ingin jalan-jalan ke taman. Padahal setiap akhir pekan Vie selalu mengajak Arga jalan-jalan tapi sepertinya anaknya ini terlalu menyukai outdoor.
Jane berlalu ke rumahnya, sementara itu Vie dan Arga berjalan kaki melewati trotoar kompleks, karena letak taman tak begitu jauh dari tempat tinggal mereka.
Sambil bergandengan tangan, Agra tak hentinya menyanyikan lagu balonku ada lima yang diakhiri dengan sebuah teriakan dor, membuat Vie terkejut.
Arga tertawa. "Bunda kaget, ya?"
Tanpa keduanya sadari, sebuah mobil hitam mengikuti hingga sampai ke taman. Sang pemilik mobil merasa sangat marah dan kecewa saat seorang anak yang bersama dengan Vie memanggilnya bunda. Sudah tak salah lagi jika itu adalah anak Vie.
"Tega kamu Vi, mengkhianati cintaku." Diam-diam Dirga juga mengikuti Vie hingga taman.
Namun, karena kondisi taman yang semakin ramai, Dirga kehilangan jejak Vie. Membuat amarah Dirga memuncak.
"Aku tidak akan tinggal diam, Vie. Kamu harus menanggung rasa sakit ini. Selama lima tahun aku berjuang mempertahankan cinta kita, tapi ini yang aku dapatkan."
Dirga memilih berlalu dan melakukan mobilnya dengan kecepatan tinggi membuatnya beberapa kali mobilnya hampir mencium mobil orang di depannya.
"Sial!" umpat Dirga.
Arga tertawa lepas saat bermain jungkat-jungkit bersama dengan Vie. Banyak yang mengira hubungan anak dan ibu ini adalah kakak beradik lantaran wajah Vie yang terlihat masih sangat muda. Hampir satu setengah jam, Vie menemani Arga bermain hingga puas kini saatnya mereka pulang.
"Bunda, kapan ayah Alga pulang? Alga kangen, telus pengen peluk ayah."
Vie menghentikan langkahnya saat tatapan mata Arga menatap kearah bocah yang tengah di gendong oleh ayahnya.
"Apa ayah Alga udah meninggal ya, Bunda? Kata Loli kalau ayahnya gak pulang-pulang berarti udah meninggal, Bunda."
"Ayah Arga belum meninggal, Sayang. Dia kerjanya jauh. Suatu saat ayah pasti pulang dan kumpul bersama kita."
*
*
*
Pagi ini Vie tak serepot seperti hari biasanya yang harus mengejar waktu. Dalam diam Arga mengamati bundanya yang terlalu santai pagi ini.
"Bunda gak siap-siap kelja? Alga bisa kok pakai baju sendiri, kan Alga udah besal," celoteh Arga saat Vie membantu Arga memasang kancing bajunya.
Arga yang cepat menangkap membuat Vie bangga terhadapnya. Vie hanya mengajari Arga cara mengancingkan baju, menyisir rambut setra memakai sepatu yang bener hanya satu kali saja, setelah itu Arga sudah bisa mempraktekkannya sendiri.
"Bunda libur, Sayang. Makanya bunda punya waktu untuk Arga," kilah Vie.
"Hore … Bunda libul kelja, jadi hari ini Alga pulang cepat lagi bisa main lama-lama sama bunda.
Namun, saat Vie hendak mengambil tas milik Arga, ponselnya berdering dan itu panggilan dari Jane. Vie segera mengangkat panggilan tersebut.
Vie membulatkan matanya saat mendengar setiap kata yang terucap dari seberang telepon. Vie benar-benar tak habis pikir dengan semua ini.
"Arga, sayang. Maafkan Bunda ya, hari ini bisa tidak jadi libur. Gak papa kan sayang?"
Arga mengangguk pelan. "Iya Bunda, gak papa, kan Bunda keljan juga buat sekolahnya Alga bial Alga jadi tentala."
🌼 Bersambung 🌼
Arga anak yang pinter, sabar ya sayang 😊