Xiao An wanita karir yang tengah menjalani kehidupannya tanpa hambatan. Tidak sengaja masuk ke dunia novel yang baru saja ia baca. Di novel dia menjadi Nona pertama Han Yu karakter antagonis, putri dari kediaman perdana menteri keuangan Han. Keluarganya sangat kaya dan hidup bergelimang harta. Kedua orangtuanya sangat mencintai putrinya memberikan semua yang di butuhkan. Sebab itu Nona pertama Han Yu sangat manja, pemarah, juga memandang rendah kalangan bawah. Kekejammnya terhadap pelayan membuatnya di takuti semua orang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekutu
"Sepertinya Nona pertama sudah mengetahui banyak hal," ujar Zhen Shunxi sedikit mengangkat bibir sampingnya.
Han Yu menatap langit yang mulai gelap. "Aku juga tidak senjata mengetahui semua ini." Gadis itu menatap Zhen Shunxi yang ada di sampingnya. "Tuan Zhen, apa ini berarti kita sudah berada di satu kapal yang sama?"
Mendengar itu Zhen Shunxi menyatukan alisnya. Dia mengarahkan wajahnya menatap gadis di sampingnya. "Tidak."
Han Yu mengerutkan keningnya. Dia menatap malas lalu tersenyum dengan seringaian penuh arti terselubung. "Penyusup. Tolong ada penyusup. Ayah, Ibu, ada penyusup..." Teriakan itu membuat semua orang kalang kabut. Semua penjaga langsung berlarian menuju kearah halaman tempat tinggal Nona pertama.
Zhen Shunxi menatap dengan senyuman tidak percaya. Gadis di depannya benar-benar bisa melakukan segalanya. Dia dengan cepat langsung berdiri di atas ranting yang masih di duduki Han Yu.
Deeekkk...
Satu kali hentakkan kakinya membuat tubuh pria muda itu langsung melayang menuju kearah atap kediaman. Dia berlari menapaki setiap genteng dan menghilang di saat dirinya telah melompat ke tembok pembatas tinggi.
Para penjaga kediaman yang melihat sekelebat orang keluar dari kediaman tentu langsung mengejar. Namun mereka tidak bisa menangkap orang yang telah menyusup kedalam kediaman Han.
Han Yu perlahan turun dari atas pohon.
Tuan Han, Nonya Han berlari dengan cepat masuk ke dalam halaman kediaman Han Yu.
"Di mana... Di mana penyusup itu. Aku akan membunuhnya. Dia sudah berani masuk kedalam kediaman tempat putriku tinggal." Tuan Han berlari masuk membawa pedang miliknya. Yang selalu ia simpan di dalam kamar tanpa pernah di gunakan.
Nyonya Han juga berlari mendekat membawa vas bunga kesayangannya. "Yu er, kamu tidak apa-apa?"
"Ayah, Ibu. Aku baik-baik saja," ujar Han Yu menatap santai. Dia bahkan masuk ke dalam kamarnya dengan langkah yang lebih ceria dari biasanya.
Tuan Han mendekat kearah istrinya. "Apa semua persiapan sudah selesai di lakukan?"
Nyonya Han tersenyum, "Semua sudah beres. Dua hari lagi kita sudah bisa pergi."
Tuan Han langsung memeluk istrinya. "Istriku. kamu memang yang terbaik."
Bukkk...
Pukulan kuat di berikan kearah dada suaminya. "Kamu sangat pintar membuat ku senang," ujar Nyonya Han dengan senyuman manja.
Tuan Han mengelus dadanya karena nyeri yang cukup kuat. Tapi wajahnya masih tersenyum menatap wajah cantik istrinya. Mereka kembali ke halaman kediaman tempat tinggal utama.
Hari yang sama.
Paviliun Bunga Kapas,
"Aku sudah memberikan uang sesuai yang kamu inginkan. Di mana dia?" Han Rui menekan tubuh penjaga dengan cukup kuat kearah tembok.
Wanita dari dalam ruangan keluar dengan kipas bambu di tangannya. "Tuan muda. Aku sudah menyiapkan gadis yang kamu inginkan." Mencoba melepaskan cengkeraman kuat dari Tuan Muda kedua Han.
Han Rui melepaskannya, "Tunjukkan jalan?"
"Tuan muda bisa mengikuti saya." Wanita itu berjalan turun ke lantai dua lalu masuk kesalah satu ruangan kamar. "Tuan muda," ujarnya setelah berada di dalam ruangan kamar.
Di dalam ruangan gadis muda duduk diam dengan tatapan kesedihan. Dia terlihat sangat ketakutan dengan tubuh yang sudah di penuhi luka cambukan.
Han Rui berlari mendekat memeluk gadis yang telah ia cari dengan susah payah. "Akhirnya aku menemukanmu." Gadis itu menangis dalam pelukannya. Tangannya bergetar cukup kuat. "Leizu, aku akan membawa mu kembali." Melepaskan pelukannya. Han Rui mengusap lembut air mata yang jatuh di pipi gadis di depannya. Tatapan mata pemuda itu langsung berubah dingin di saat melihat kearah wanita yang masih ada di dekat pintu kamar.
"Tuan muda, silakan." Wanita itu membukakan pintu.
Han Rui menggandeng tangan gadis yang telah ia beli. Demi mendapatkan gadis itu, Han Rui harus mengumpulkan uang sakunya selama satu tahun penuh. Dan sekarang keinginannya telah terwujud. Dia membawanya menuju kediaman Han.
Kereta berhenti di depan pintu masuk kediaman. Han Rui turun bersama gadis yang baru saja ia beli dari tempat hiburan. Tepat di saat langkah mereka berada di ambang pintu kediaman. Pelayan wanita dari halaman tempat Nyonya Han tinggal menghampiri mereka. "Tuan muda, Nyonya sudah menunggu sedari siang. Anda di minta untuk segera datang."
"Bawa dia untuk berbenah. Tempatkan dia di halaman kediaman ku," ujar Han Rui sembari melirik kearah gadis di belakangnya.
Pelayan wanita menatap dingin kearah gadis yang baru saja di bawa Tuan mudanya. "Baik."
Han Rui pergi setelah gadis itu di bawa pelayan wanita masuk kearah halaman tempat tinggalnya. Di saat pemuda itu masuk ke dalam ruangan kamar Ibunya dia menghentikan langkahnya. Ibunya sudah menggenggam kayu panjang di tangannya.
"Berlutut." Nyonya Han bangkit dari tempat duduknya. Dia menatap tajam dengan kemarahan yang di tahan.
Han Rui langsung berlutut seperti yang di perintahkan.
Nyonya Han berjalan mendekat. "Kamu bahkan berani membeli gadis dari tempat hiburan. Apa kamu pikir semua yang kamu lakukan ibu tidak bisa menyadarinya?"
Pemuda itu hanya diam.
"Rui er, kamu masih harus belajar untuk ikut ujian kenegaraan. Kenapa pikiran kamu selalu saja menampung hal-hal yang tidak penting," ujar Nyonya Han penuh tekanan di setiap katanya. "Di mana kamu menyembunyikannya." Nyonya Han melangkah pergi.
Han Rui mengejar ibunya lalu berlutut di hadapannya lagi. "Ibu, aku hanya kasihan melihatnya di hukum terus menerus. Sehingga aku memutuskan untuk membelinya. Tidak ada pemikiran lain."
Nyonya Han mulai menstabilkan kemarahannya. "Kamu yakin tidak ada pemikiran lain?"
Han Rui mengangguk.
"Baik. Ibu tidak akan mempermasalahkannya jika memang kamu hanya berniat menolongnya." Membantu putranya untuk bangkit. "Di usia mu yang masih tujuh belas tahun. Kamu harus memikirkan bagaimana masa depan mu nanti. Saat Ibu dan Ayah tidak ada. Kamu tentu harus menjadi kepala keluarga. Suatu saat kakak perempuan mu juga akan menikah. Tidak bisa selalu melindungi mu."
"Ibu, Han Rui mengerti."
"Ibu akan mengatur pertunangan mu dengan beberapa gadis. Kamu bisa memilihnya sendiri. Siapa gadis yang kamu sukai. Setelah kamu benar-benar lulus ujian kenegaraan. Pernikahan bisa di adakan dengan meriah," Nyonya Han berjalan masuk kembali kedalam kamar di ikuti putranya.
Han Rui hanya bisa menahan ketidaksetujuan di dalam hatinya. Dia takut membuat Ibunya kecewa jika dia menolak pertunangan yang di tetapkan.
Setelah lebih dari satu jam berada di halaman tempat tinggal Ibunya. Han Rui bergegas kembali untuk menemui Leizu. Gadis itu sudah di tempatkan di satu kamar berbeda. Kamar yang berada di ujung halaman tempat tinggal Han Rui. Dengan sangat hati-hati pemuda itu masuk melalui jendela. Dia takut ada penjaga atau pelayan yang menyadarinya jika dia menemui gadis pelayan yang baru datang. Jika kabar ini menyebar tidak hanya dirinya yang terkena masalah tapi juga Leizu.
bau2 bucin sudah tercium sejak malam tadi🤣🤣
thor jgn ampe kndor 😁😁😁😁😁
sehat selalu untukmu author terbaikkuu