"Kenapa selalu gue yang harus ngertiin dia? Gue pacar elo Marvin! Lo sadar itu ga sih? Gue capek! Gue muak!" ucap Ranu pada kekasihnya dengan nada marah.
"Maafin gue, Ranu. Gue ga maksud buat ngerebut Kara dari elo" Zara menatap takut takut pada Ranu.
"Diem! Gue ga butuh omongan sampah elo ya" Ucap Ranu dengan nada tinggi.
.
.
.
"Shit! Mati aja elo sini Zara!" hardik Fatiyah setelah membaca ending cerita pendek tersebut.
Fatiyah mati terpanggang setelah membakar cerpen yang dia maki maki karena ending yang tak dia sukai. Dia tidak terima, tokoh kesayangannya, Ranu harus mati mengenaskan di akhir cerita. Tapi, siapa sangka kalau Fatiyah yang harusnya pergi ke alam baka malah merasuki tubuh Zara. Tokoh yang paling dia benci. Bagaimana kelanjutan kisahnya. Kita lihat saja. Apakah Fatiyah bisa menyelamatkan tokoh favoritnya dan mengubah takdir Ranu? Apakah dia malah terseret alur novel seperti yang seharusnya?
sorry guys, harus revisi judul dan cover soalnya bib...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Telo Ungu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
21 Zara Menghindar
Apartemen milik Lengkara sekarang terlihat ramai oleh kedatangan teman-temannya. Disini tidak hanya Hisbi dan Lohan yang datang, tetapi teman club motor Lengkara juga ikut berkumpul. Ditengah semaraknya suasana ruangan TV, Lengkara malah duduk sendirian di kursi pentri dapur.
Terlihat Lengkara sedang menyalakan rokok dan mengisapnya pelan pelan. Asap rokok itu keluar dari mulutnya hingga membentuk bola bola asap yang panjang. "Eh, Lengkara mana?" tanya Hisbi yang baru saja tiba di apartemen milik Lengkara. Hisbi menatap Lohan penuh tanda tanya. Sebab, di ruangan TV dan ruang santai, tidak memperlihatkan keberadaan batang hidung Lohan.
"Di belakang kayaknya. Dari tadi gue ga lihat. Apa mungkin lagi di kamarnya kali. Kenapa dah Bi, lu kecarian banget sama Lengkara. Kek emaknya aja elu" cetus Gaga, salah satu anggota paling muda di club motor Lengkara. Gaga menjawab pertanyaan Hisbi polos. Matanya terpaku ke arah TV. Ia terlihat masih asyik bermain PS bersama rekan lainnya tanpa menoleh ke arah Hisbi.
"Gue penasaran aja, tumben tuh bocah ga ikut main PS bareng. Biasanya kan dia paling heboh kalau diajak main PS sama kalian" kata Hisbi heran.
Lohan menatap Hisbi sebentar. Lalu dia melambaikan tangannya ke arah sahabatnya itu. Lohan seperti memberi kode untuk mendekat ke arahnya. Hisbi yang paham kode sahabatnya itu, langsung melipir ke arah Lohan.
"Lengkara lagi di dapur. Gue ga sengaja lihat dia tadi pas balik dari toilet. Tuh anak kayaknya lagi mumet. Gue perhatiin dari mata batin gue, dia akhir akhir ini sering bengong gitu. Sering menyendiri atau mojok sendiri kayak orang melas. Mungkin ada masalah. Elo kan lebih gampang ngomong sama Lengkara, gih deketin. Tanya tanya gitu. Siapa tahu dia kebuka hatinya mau curhat ke elo, Bi" bisik Lohan di telinga Hisbi.
Lohan sengaja berbisik di telinga Hisbi. Sebab, ia tak enakan dengan semua orang yang ada disini. Temen teman club motornya ini kan sangat mengagumi Lengkara sebagai ketua yang gagah dan pintae. Mereka juga sangat segan malahan pada Lengkara. Apapun yang Lengkara katakan, semua pasti mengikutinya tanpa bantahan. Jadi, Lohan tidak ingin image dan wibawa temannya itu rusak di mata para anggotanya. Terutama anggota anggota baru di club motornya itu.
Hisbi terdiam sejenak. Ia memijit pelipisnya perlahan. Rasanya Hisbi seperti mendapatkan pertanda bahwa dirinya akan mengalami serangan pusing mendadak. Mengingat Lengkara sangat jarang bertingkah seperti ini, Hisbi yakin 100%. Pasti ada hal yang sangat krusial terjadi dalam hidup Lengkara. Sialnya, Hibi penasaran ingin mengulik hal itu lebih dalam.
"Oke deh, gue tanyain aja ntar. Elu balik aja dah gabung main lagi sama temen temen. Tolong elo bilangin ke yang lain ya. Jangan ada yang ke dapur dulu. Gue perlu tempat dan waktu yang luang tanpa gangguan siapapun. Terserah elu deh mau ngomong kayak gimana. Yang pasti, itu yang harus elu lakuin sekarang supaya Lengkara bisa cerita dengan leluasa"
Hisbi menepuk bahu Lohan dua kali. Kemudian berlalu pergi meninggalkannya. Ia melangkah ke arah dapur. "Suntuk banget gue lihat-lihat. Elo lagi ada masalah?"
"Ga ada cuma lagi pengen bengong sendiri aja" sangkal Lengkara sekenanya tanpa menatap Hisbi. Melihat temannya lagi denial, Hisbi mencoba menebak isi pikiran Lengkara.
"Elo lagi mikirin Zara ya?" tembak Hisbi random.
Gerakan Lengkara yang menghisap nikotin terhenti. "Kenapa elo bisa tahu kalau gue lagi mikirin dia?" tanya Lengkara penuh selidik.
Hisbi tertawa dalam hatinya. Ternyata tebakan randomnya tepat sasaran. "Gue cuma nebak aja, btw. Lengkara, gue ga tahu apa yang lagi elo pikirkan tentang Zara. Gue yakin elo lagi rencanakan sesuatu sekarang yang berhubungan sama cewek itu" Hisbi menarik napas panjang sejenak.
Hisbi berusaha menyusun kalimat yang tidak menyinggung perasaan Lengkara. Tapi, dua tetap fokus menyelipkan nasihat dalam ucapannya. "Kara, satu hal yang harus elo pikirin baik baik. Zara itu perempuan baik baik. Dia sudah banyak menderita karena perilaku sepupu elo yang anarkis. Gue heran kenapa Zara bisa pacaran sama elo. Gue ga tahu bagaimana awalnya elo bisa ngajak dua pacaran. Tapi, Kara Gmgue cuma berharap satu hal dari elo. Tolong, jangan sampai nyakitin hati Zara. Sudah cukup selama beberapa bulan ini elo bohongin dia soal bekal makanan yang dia kasih ke elo. Kalau memang elo merasa terpaksa untuk menerima pemberiannya, harusnya elo bilang sejujurnya pada Zara. Gue heran, apa alasan elo ga mau makan bekal itu. Padahal masakan Zara enak enak banget. Gue yakin elo juga sadar itu" sambungnya.
Lengkara turun dari kursi pentri setelah mematikan bara api dari puntung rokoknya. "Ini bukan masalah bekal. Ada hal lain dari tindakan gue dan elo ga perlu tahu itu" ujar Lengkara datar. Lengkara membuka kulkasnya dan mengambil minuman soda. Dalam satu tegukan, isi satu kaleng soda tersebut tandas
"Ya,ya, ya, apapun alasan yang elo pegang saat ini. Di mata gue, itu tidak akan pernah bisa membenarkan perlakuan elo, Lengkara. Zara udah segitu perhatiannya ke elo. Dia menerima perilaku elo yang dingin kebangetan itu. Kalau memang elo udah ga ada rasa ke Zara, mending lepasin aja" kata Hisbi dengan enteng.
"Oh, gue tahu, elo bener bener ga suka ya sama Zara atau jangan jangan elo lagi bersekongkol dengan sepupu elo itu buat menjebak Zara" tebak Hisbi asal. Namun, rupanya sangat tepat sasaran. Hal itu membuat Lengkara naik pitam. Ego Lengkara tersentil.
Lengkara membuang kaleng soda itu sembarangan. Dengan penuh emosi dia menerjang ke arah Hisbi. Lengkara menarik kerah baju Hisbi dalam satu tarikan. Lengkara menarik wajah Hisbi mendekat hingga mereka saling bersejajar.
Hisbi dengan gampangnya menampilkan tengilnya saat memandang Lengkara. Tatapan meremehkan terpatri di wajah Hisbi saat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri kalau sahabatnya itu mudah terpancing egonya.
"Ngerasa kesindir tuan atau memang tebakan gue bener. Makanya ngerasa kesentil ya eginta" Hisbi tersenyum licik dan sinis.
"Ga usah sok tahu. Ini urusan gue sama Zara. Apapun yang gue lakuin ke Zara sekarang atau nanti itu ga ada hubungannya sama elo, Bi! Camkan itu!" bentak Lengkara.
Lengkara menghempaskan tubuh Hisbi kebelakang hingga tubuhnya oleng. Beruntung Hisbi punya refleks tubuh yang baik. Hisbi dapat dengan mudah mengontrol dirinya untuk tetap berdiri tegak.
...****************...
Sejak percakapan malam itu di apartemen Lengkara, hubungan dua sahabat ini terlihat agak merenggang. Hisbi terlihat lebih diam dari biasanya. Begitupun dengan Lengkara. Mereka seperti sedang berlomba lomba mogok bicara. Hal ini membuat Lohan tentu kebingungan dengan tingkah keduanya.
Namun, ia memilih untuk tidak memusingkan hal tersebut. Sebab, mereka sedang dalam keadaan yang sekarat. Yups! Seminggu ini semua siswa SMA Pelita Bangsa sedang menghadapi ujian akademik. Semua otak siswa Pelita Bangsa lagi ngebul ngebulnya akibat ujian mendadak ini. Lohan merasa otaknya akan masak di dalam sana. Saking kerasnya dia berusaha untuk berpikir keras dalam memecahkan semua soal ujian.
Btw, Hasil ujian ini yang akan jadi patokan guru dan kepala sekolah dalam menentukan perubahan posisi peringkat sekolah paralel di semester depan. Jika siswa memiliki nilai yang tidak memuaskan, siswa bisa terancam dipindahkan ke kelas buangan. Begitupun sebaliknya.
Zara sangat bersemangat untuk unjuk gigi di ujian kali ini. Dia ingin pindah kelas di semester depan. Siapa tahu Zara bisa menghindar satu kelas dengan para tokoh cerpen yang rumit itu. Zara ingin terbebas dari mereka semua.
...****************...
"Zara!" panggil Lengkara saat melihat Zara yang terburu buru keluar dari kelas.
Lengkara punya keinginan untuk mengubah hubungannya dengan Zara. Ia ingin bisa benar benar akur selayaknya orang pacaran pada umumnya. Namun, selama seminggu ini Zara seperti menghindarinya. Ia sudah tidak duduk di kursi sampingnya lagi.
Zara memilih duduk bersama Catur, teman Marvin. Zara juga sudah tidak memberinya bekal lagi. Ditambah Zara sudah jarang menghubunginya lewat chat atau sekadar tegur sapa seperti biasanya.
Semua tindakan Zara yang kentara sekali menghindarinya membuat Lengkara termenung sendirian di kelas. Pikirannya menerawang pada masa masa Zara yang begitu perhatian padanya.
Flashback
.
.
.
To Be Continue