Arumi Larasati 24th, wanita cantik terlahir dari keluar sederhana, terpaksa menikah dengan Dion Erlangga 26th seorang pengusaha muda yang sangat sukses.
Mereka menikah karena perjodohan para kakek mereka, baik Arumi mau pun Dion tidak bisa menolak perjodohan tersebut.
Sikap Dion yang dingin dan acuh, bukan lah masalah untuk Arumi, Arumi tetap melayani suaminya itu dengan sepenuh hati, walau yang diperhatikan acuh tidak acuh kepadanya.
Hingga suatu hari Arumi mengetahui fakta, bahwa sikap dingin Dion itu hanya berlaku untuk dirinya, tidak untuk para sahabatnya.
Kini Arumi sadar, bahwa sang suami belum bisa menerima pernikahan mereka, dari pada menahan sakit lebih banyak lagi, Arumi memilih menyerah dalam pernikahannya.
Dan apakah Dion bisa menerima itu...?
Yukkk... kepoin cerita selanjutnya... ☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Setelah anak anaknya tidur, Dion tidak membuang buang kesempatan, dia masuk kedalam kamar sang istri.
"Mas." kaget Arumi saat Dion memeluk pinggangnya.
"Sebentar saja, sayang. Mas rindu banget sama kamu." lirih Dion menyurukkan kepalanya di curug leher sang istri.
Arumi terpaksa diam merasakan hembusan nafas Dion du curug lehernya, jujur Arumi pun sangat merindukan laki laki itu, ya... Dion adalah laki laki pertama yang ada hatinya, karena sang kakek dari dulu tidak mengizinkan Arumi berpacaran.
"Lah, dia tidur." gumam Arumi saat mendengar dengkuran halus dari mulut Dion.
Arumi membalikan badannya perlahan lahan, agar Dion tidak terbangun dari tidurnya.
Arumi menatap lekat wajah laki laki yang masih berstatus suaminya itu, terlihat wajah lelah, dan wajah itu sedikit tidak terurus, ada jambang halus yang menghiasi rahang Dion.
"Kenapa kamu bisa kurusan kaya gini sih, mas. Seharusnya kamu bahagia setelah aku pergi, tapi kenapa malah kaya gini." gumam Arumi membelai wajah suaminya itu.
Cup....
Tiba tiba bibir Arumi di kecup oleh Dion.
"Ehhh...." kaget Arumi bersemu merah.
"Sudah puas memandangi wajah tampan suami mu ini, hmmm..." goda Dion, dia terbangun saat tangan Arumi membelai wajahnya, dia juga mendengar keluh kesah istrinya itu, lama lama Dion pun tidak tahan, saat sang itu terdiam lama, hanya menatapnya dengan tatapan kosong, jadi Dion gemas sendiri, lalu mencuri kecupan di bibir sang istri, sudah menggodanya dari tadi.
Puk....
"Kenapa suka sekali mencuri cium*n dari ku." omel Arumi dan memukul dada Dion.
"Karena bibir istri mas ini sangat menggoda." kekeh Dion.
"Ck, dulu juga di anggurin." cibir Arumi yang ingin membalikan badannya, namun sayang Dion tidak membiarkan itu terjadi.
"Mas lepas ih..." berontak Arumi.
"Jangan punggungi mas, tidaknya kaya gini aja." sahut Dion.
Arumi melotot menatap Dion.
"Lah, katanya mau tidur sama anak anak, kenapa jadi tidur di kamar ku." omel Arumi.
"Tadi sudah tidur sama anak anak, sekarang mau kelonin mommynya." kekeh Dion.
"Ih.... Nggak ada nggak ada, mas ke tidur sama anak anak aja." usir Arumi.
Bukan Dion namanya klau tidak memaksa.
Akhirnya Arumi hanya bisa pasrah, karena Dion tidak mempan dia usir, karena sudah lelah akhirnya Arumi tertidur di dalam dekapan Dion.
"Kan, klau diam kaya gini makin cantik." kekeh Dion menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah sang istri.
"Dion kok belum pulang ya pa? " tanya nyonya Lia.
"Paling ke apartemen Arumi." santai tuan Aditya.
"Ihh... Papa kenapa nggak ngomong dari tadi." kesal nyonya Lia.
"Buat apa, biarin aja, orang dia mau menemui anak anaknya." cuek tuan Aditya.
Pukkk....
"Ihhhh.... Papa ini nggak peka banget sih." kesal nyonya Lia memberengut, dan memukul lengan sang suami.
"Awww.... Nggak peka apa sih, ma." keluh tuan Aditya mengusap usap bahunya.
"Tadi pagi mama minta di anter ke apartemen Arumi, papa nggak ngebolehin katanya Arumi sibuk, tapi sekarang Dion bisa ke sana." kesal nyonya Arumi.
"Kan, papa bilangnya tadi siang, bukan sore." elak tuan Aditya nggak mau di salahkan.
"Ck, tau lah, papa nyebelin." nyonya Lia lansung menggalkan sang suami.
"Loh, ma. Mau kemana? kok apa di tinggal sendiri?! " pekik tuan Aditya.
"Tidur." kerus nyonya Lia.
"Bareng dong." sahut tuan Aditya berdiri dari duduk nya, niat hati ingin mengejar sang istri, namun terhenti mendengar ucapan istrinya.
"Malam ini papa tidur di luar, mama nggak mau tidur bareng papa." sengit nyonya Lia, buru buru menutup pintu kamar tidurnya.
"Ya... Ma! jangan gitu dong, masa papa di suruh tidur di luar, papa nggak mau, di luar dingin, dan banyak nyamuk." pekik tuan Aditya.
Tapi ucapan tuan Aditya tidak di dengar oleh nyonya Lia sama sekali.
"Astaga, wanita ini." gumam tuan Aditya frustasi.
"Syukurin, emang enak tidur di luar, siapa suruh bikin mama kesal, udah tau mama ingin sekali melihat cucu cucu mama." kekeh bu nyonya Lia.
Pagi hari seperti biasa Arumi selalu menyempatkan diri membuat sarapan, sekaligus makan siang untuk ke dua buah hatinya, karena anak anaknya akan dia tinggal di apartemen, karena masih ada beberapa pekerjaan yang harus Arumi kerjakan.
"Lagi masak apa sayang? " tanya Dion memeluk Arumi dari belakang.
"Astaga, kebiasaan deh." kesal Arumi yang kaget dengan kedatangan Dion di dapur.
"Anak anak masih tidur, mending bantuin kamu dulu." kekeh Dion yang masih memeluk Arumi.
"Astaga, mas. Aku mau masak loh ini." kesal Arumi.
"Masak ya tinggal masak ajak, nggak ada yang larang kok." sahut Dion tanpa dosa.
"Tapi susah gerak klau di peluk terus." rengek Arumi gemes sendiri sama suaminya itu, dari tidur sampai bangun lagi, Dion tak mau melepas Arumi, yang katanya mau menemani anak anak mereka, semua hanya bohong nyatanya setelah anak anak tidur Dion malah mencuri kesempatan untuk terus bersamanya.
"Hehehe... Kangen sayang." kekeh Dion mengecup sayang pipi Arumi.
"Astaga, mas." geram Arumi, namun Dion tidak pernah perduli, yang dia inginkan hanya dekat dengan sang istri, yang telah hilang selama delapan tahun lamanya, tentu saja dia sangat merindukannya.
"Ciee... Ciee... Daddy sama mommy lagi pacaran ya...." goda ke dua anak kembarnya, yang sudah rapi.
Arumi buru buru melepaskan pelukan sang suami di tubuhnya.
"Kalian sudah bangun sayang." tanya Arumi lembut, setelahnya dia beralih menatap kesal ke arah sang suami, katanya anak anak mereka belum bangun, nyatanya si kembar sudah rapi di depan mereka.
"Sudah dong, tadi saat Daddy keluar dari kamar kami, kami terbangun, lansung aja mandi, dan rapi rapi, kan mau ikut daddy lagi ke perusahaan." sahut Alexa yang tidak ingin daddynya di salahkan oleh sang mommy.
"Kalian ikut daddy lagi?! " kaget Arumi.
"Mm..." angguk ke dua bocah kembar itu.
"Apa tidak mengganggu mu, mas." khawatir Arumi.
"Tentu saja tidak, anak anak kita anak yang baik, mas senang klau mereka ikut ke perusahaan, mas jadi lebih semangat kerjanya." sahut Dion tersenyum manis ke arah sang istri, memang anak anaknya kehadiran anak anaknya menjadi mood booster untuk Dion.
"Tapi kalian harus mengerjakan tugas sekolah, sayang." sahut Arumi.
"Kan bisa di kerjakan di ruangan daddy." jawab Axel.
"Nah, benar." jawab Alexa penuh semangat.
Arumi mengangguk tanda mengerti.
"Ya sudah, ayo kita sarapan." ajak Arumi.
Arumi melayani anak anaknya dengan telaten, Dion bisa melihat bagaimana sang istri melayani anaknya dengan cekatan, senyum di bibirnya terus merekah, dia sungguh beruntung mempunyai istri Arumi, andai orang lain yang menjadi istrinya, belum tentu bisa seperti Arumi.
"Mas, mau sarapan pakai apa? " tanya Arumi membuyarkan lamunan Dion.
"Kita makan sepiring berdua saja, sayang." pinta Dion tanpa malu.
Bersambung....
Haiii... Jangan lupa like komen dan vote ya... 😘😘😘
mau s'baik apa pun kta,buat dia mh ttp aja slah....pdhl ga prnh ngusik hdpnya,tp dia ska bgt ngusik hdp orng lain.....
tapi ga lapuk amat kan
mkanya,pnya mlut tu d jga....asl cuap gt akhrnya kna gmpar.....emng enakkk.....wleeee......