Skuel Terra The Best Mother
Lanjutan kisah dari Terra kini berganti dengan. tiga adik yang ia angkat jadi anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SEBUAH FAKTA
Lusy menatap Khasya yang tenang. Ia sudah tiga hari menunggu kepastian dari wanita atasannya itu. Sedangkan Khasya sangat paham jika Lusy ingin sebuah kepastian.
"Duduklah!" titahnya lembut.
Lusy akhirnya duduk di seberang meja milik Khasya. Ia menautkan jemarinya. Ia gugup bukan main, Lusy mengigit bibir bawahnya.
"Aku sudah mengatakannya pada semua keluarga kemarin malam," ujar Khasya menggantung.
Lusy makin takut, ia yakin ada penolakan keras di sana. Ia cukup tahu diri.
"Maaf Lusy, semua keluarga menolak karena usia kalian yang terpaut jauh."
Air mata gadis itu luruh. Itulah masalah yang memang harus ia hadapi, usia yang begitu berjarak dengan pria yang membuatnya nyaman.
"Sayang ...."
Khasya pun mendekati sekretarisnya itu. Ia mengusap bahu sang gadis, lalu menghapus air mata Lusy dengan jemarinya.
"Maaf, sayang ... tapi memang benar, usia kalian yang membuat kami takut, masa depanmu masih panjang dan pasti menemukan yang lebih baik selain Leon," sahut Khasya.
Lusy mengangguk lemah. Ia tersenyum tipis. Dirinya sudah ditolak mentah-mentah oleh seluruh keluarga.
"Tidak apa-apa, nyonya. Aku cukup tau diri siapa aku," cicitnya.
"Maksudmu?" tanya Khasya bingung.
Lusy menggeleng cepat. Ia pun berdiri begitu juga Khasya. Gadis itu membungkuk hormat pada atasannya.
"Maaf nyonya, Najwa tadi mengatakan jika kita harus melakukan rapat meeting masalah check data PT LunAR Djaya. Perusahaan itu telah dinyatakan bangkrut dan memiliki catatan data yang buruk," ujarnya formal.
Khasya pun diam. Ia mengambil tasnya, lalu berlalu dari hadapan Lusy. Gadis itu mengambil beberapa berkas dan menyusul atasannya.
Pintu terbuka dan semua orang menoleh kemudian berdiri dan membungkuk hormat pada wanita yang datang dengan anggunnya. Dimas, Affhan dan Maisya sudah ada di sana.
"Silahkan duduk, kita lanjutkan. Apa saja kendalanya?"
Dimas berdiri, ia pun menuju papan putih besar di dinding. Proyektor dinyalakan.
"PT LunAR Djaya memiliki catatan data terburuk sepanjang sejarah. Banyaknya ketimpangan dan mark up. Bisa dibilang perusahaan dirampok habis-habisan!" jelas remaja berusia tiga belas tahun itu.
"Data ketimpangan kita bisa lihat dari tanggal ...."
Dimas mereview temuannya. Ia juga mencari sedikit keuntungan untuk menyelamatkan data yang dipegangnya.
Pihak perbankan dan pihak LunAR hanya menganga melihat deretan error yang didapat oleh Dimas.
"Saya pastikan jika perusahaan ini sudah bangkrut dan memiliki hutang pada negara berkisar 2 triliun!"
"Itu tidak mungkin!" sentak pihak LunAR Djaya tak terima.
"Apanya yang tidak mungkin, tuan?" sahut Khasya tenang.
"Lihat dari pengeluaran dan pemasukan yang tidak balance, lalu adanya ketimpangan angka sekitar dua digit setiap kolomnya?" lanjutnya. "Bahkan saya tidak menemukan catatan pada setiap tanggal delapan belas dan tiga puluh perbulannya!"
"Jadi bisa dibilang perusahaan ini tak memiliki aset apapun?" tanya pihak bank.
"Jika kita lihat dari semua data, benar sekali. Perusahaan ini tak punya aset barang serupiah pun!"
"Kami punya gedung!"
"Gedung atas nama Nyonya Lunar Hadi Rudyatmo, bukan atas nama perusahaan!" sahut Affhan dengan kilatan mata sadis.
Seno Mahendar, putra kedua dari pasangan Lunar dan Bambang Mahendar. Pria itu lah yang membuang ibunya atas hasutan istrinya. Bahkan tiga adiknya mendukung ide sang istri.
flashback on
"Jika kita menguasai semua harta ibu, kita akan hidup enak tanpa harus bekerja keras, dan kau bukan lagi karyawan biasa yang hanya jadi pesuruh wanita itu!"
"Tapi Mama sangat kuat dan kita tak bisa membuangnya begitu saja!" elak Seno sedikit kurang setuju.
"Kita beri dia obat pikun!" sebuah ide dari Neni Mahendar, adik Seno nomor dua.
"Aku juga bosan, suamiku hanya jadi kacung mama di kantor, padahal dia adalah menantu!" Neni kesal bukan main.
"Baik, perlahan kita buat mama percaya kita dulu, memang butuh waktu. Tapi, aku ingin semuanya sempurna!" sahut Seno.
Akhirnya, mereka pun menjalankan rencana. Lunar yang tegas mendadak berubah linglung ketika obat-obat itu masuk ke tubuhnya tanpa ia ketahui. Anak menantunya menyisipkan obat-obatan itu di makanan atau minuman wanita itu.
Hingga ketika ia benar-benar mulai linglung. Tiga tahun dicekoki obat pikun, Lunar mengalami Demensia atau pikun. Demensia merupakan salah satu penyebab hilang ingatan yang cukup sering terjadi. Sebagian pasien demensia bisa mengalami hilang ingatan yang ringan, tapi bisa juga cukup parah. Umumnya jenis demensia yang sering menyebabkan masalah hilang ingatan berat adalah penyakit Alzheimer. Maka itu lah yang terjadi pada Lunar sekarang, ia mengalami alzheimer, hingga ia lupa siapa dirinya dan siapa keluarganya.
Seno membawa wanita malang itu ke sebuah taman kota. Memintanya menunggu dan tak pernah kembali menjemput wanita itu.
Flashback end.
"Saya adalah putra dari Nyonya Lunar, jadi hak penuh atas nama saya!" ujar pria itu.
"Mohon maaf, memang bukan urusan perusahaan kami perihal ini. Tapi, PT LunAR Djaya masih atas nama pemimpin sebelumnya yakni Nyonya Lunar Hadi Rudyatmo dan belum berpindah tangan!" sahut Khasya.
"Benar sekali. Selama lima tahun kami meminta ibu anda tampil dipublik, anda selalu menyatakan jika ibu anda tidak bisa hadir dengan alasan kesehatan!"
"Itu benar, ibu saya sakit!"
"Itu masalahnya. Saham anda turun drastis lima tahun sebelumnya dan kini perusahaan itu sudah tak memiliki saham di bursa efek karena tidak ada penanganan dari pemimpin!"
"Aarrghh!" teriak Seno frustrasi.
Siapa sangka, ia tak bisa menjadi pimpinan perusahaan selama lima tahun ini. Terlebih dua adik iparnya yang langsung menjabat sebagai manager keuangan dan managerial produksi malah membuatnya terlilit utang besar dan jatuh tempo. Pria itu tak mengerti pergerakan saham atau urutan data keuangan. Ia tidak mau susah, menurutnya percuma ia memperkejakan orang jika ia juga harus bekerja.
Seno pergi dari ruangan itu. Pihak bank mau tak mau mengikuti. Dengan bukti yang diperoleh, satu-satunya jalan adalah menuntut Seno dalam kejahatan berganda.
"Sudah biarkan. Itu bukan urusan kita," ujar Khasya menenangkan semuanya.
"Affhan, kamu rekap ulang semua data yang ada hari ini dan Maisya kamu susun anggaran yang timpang, agar pihak bank bisa menilai harga profit seluruhnya dan Dimas kemas data yang masih bisa diselamatkan walau ia bernilai hanya satu rupiah saja!" titah wanita itu tegas.
"Laksanakan!" sahut ketiganya kompak.
"Nyonya, saya tidak menemukan data perusahaan PT Dirgara Energi di file?" sahut Najwa ketika membuka file di meja file.
"PT apa?"
"PT Dirgara Energi!"
Khasya ingat ia membawa laporan itu ke rumah dan meninggalkannya di meja kerja.
"Astaghfirullah, aku lupa membawanya," keluhnya pelan.
"Kau ke mansion ku dan ambil file itu di ruang kerjaku, kamu bisa bertemu dengan Maria di sana!" titah wanita itu.
"Tunggu aku telepon Maria dulu," ujarnya menahan gadis itu.
"Halo, Maria!"
"......!"
"Nanti ada gadis bernama Najwa dari kantorku, tolong bawa dia ke ruang kerjaku ya, ada file yang tertinggal di sana!"
"......!"
"Baik, terima kasih, Maria!"
Ponsel pun terputus. Najwa membungkuk hormat. Gadis berusia nyaris empat puluh tahun itu menuju meja, mengambil kunci motornya.
Sampai parkiran, ia menuju motor CBR putih miliknya. Dengan kecepatan sedang, kendaraan roda dua itu bergerak ke mansion Herman.
Najwa memang sudah pernah ke mansion ketika awal bekerja. Ia paling senang ke sana karena banyaknya anak bayi yang membuatnya gemas.
"Assalamualaikum Mang Koko!" sapanya ketika gerbang di buka oleh satpam.
"Wa'alaikumussalam, neng!" balas Koko.
Ketika depan pintu Maria sudah menyambutnya.
"Anty Pajwa!"
"Halo perusuh!"
Maka tubuh jangkung Najwa dipanjati tiga bayi usia mau dua tahun, Bariana dan Arraya juga Arion.
bersambung.
next?