Arindita memutuskan pindah rumah setelah bercerai dari mantan suami yang lebih memilih wanita simpanannya.
Didampingi oleh putra satu-satunya yang baru berusia delapan tahun, mereka pindah ke sebuah perumahan elit di kawasan ibukota.
Namun kepindahan mereka membuat Arindita dekat dengan anak tetangganya, disitulah kehidupan kedua Arin dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon iraurah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Malam
Pukul tujuh malam Sonny baru pulang bekerja, agak sedikit terlambat dari biasanya. Karena setelah menghadiri pertemuan Sonny langsung mengerjakan kembali berkas-berkas di perusahaan.
Tugasnya agar terlambat gara-gara menghadiri pertemuan tadi.
Sonny lebih dulu masuk ke rumahnya untuk membersihkan diri, rasanya tubuh Sonny sudah sangat lengket akibat keringat di seluruh tubuhnya.
Sonny berguyur di bawah shower, menikmati dinginnya air di malam hari. Sonny ingat malam ini ia akan menemui Arin, rasanya tidak sabar ingin buru-buru melihat wajah cantik sang istri.
Namun ia harus menemui Arin dengan keadaan segar, wangi, dan tampan agar perempuan itu terkesan padanya.
Seusai mandi dan berganti pakaian Sonny pun sudah siap mengunjungi istri rahasianya itu, Sonny terlebih dulu menatap sebuah cermin dihadapannya, meneliti seluruh tubuhnya apakah ada yang kurang atau tidak.
Setelah dirasa cukup barulah sonny keluar untuk menemui Arindita.
Ting! Tong! Ting! Tong!
Suara bel Sonny tekan dua kali, ia merapikan anak rambut sebelum pintu terbuka.
Clekkk...
"Selamat malam Ar.... "
"Om Sonny??"
Sonny menghentikan sapaannya ketika Noval lah yang muncul dari balik pintu tersebut.
"Noval??" Gumam Sonny terkejut.
Sonny meneguk salivanya kuat-kuat, Sonny lupa jika hari ini Noval akan pulang. Kalau begitu ia tidak boleh terlalu menunjukkan sikap berlebihan pada Arin.
"N-noval sudah pulang dari liburannya? Wahh... Om kira Noval masih ada disana" Seru Sonny berbasa-basi.
"Udah Om, tadi siang Noval pulang diaterin tante Via" Sahutnya.
"O-oh gitu....Lalu apa mereka masih ada disini?" Sahut Sonny mengedarkan pandangannya.
"Udah pulang tadi Sore, Om mau ketemu bunda ya?" Tebak Noval, tak mungkin Sonny kemari untuk menemui dirinya.
Sonny mengangguk ragu, "I-iya, emm... B-bundanya ada?"
"Ada, bunda lagi di dapur lagi masak untuk makan malam" Jawab Noval.
"Kalau gitu Om pasti ganggu ya?" Ucap Sonny tak enak.
"Enggak kok Om, masuk aja" Noval mempersilahkan lelaki dewasa itu masuk sambil membuka pintu lebar-lebar.
"Beneran Om gak ganggu?"
"Enggak, Om duduk aja di dalem. Noval mau panggil bunda dulu" Bocah kecil itu pun berlari ke arah dapur untuk memberitahu jika Sonny ada di depan.
Sonny akhirnya memilih mengikuti apa yang dikatakan oleh lelaki yang kini sebenarnya sudah menjadi putra sambungnya. Ia duduk di ruang tamu menunggu Arin datang.
Tak berselang lama Arin datang menghampiri lelaki itu.
"Mas sonny udah datang? Maaf tadi aku lagi masak di dapur" Ujarnya.
"I-iya enggak apa-apa kok, maaf aku jadi menganggu" Lirih Sonny.
"Sama sekali enggak, kita kan sudah janji mau bertemu. Mas Sonny sekalian makan malam saja disini" Ucap Arin santai.
"Tapi... Ada Noval, tidakkah dia akan curiga bila aku ada disini?" Tanya Sonny.
Arin menoleh ke arah sang putra yang tengah membereskan mainan miliknya yang tadi sempat digunakan bersama sang keponakan.
"Tapi sepertinya Noval juga enggak terlalu peduli dengan urusan kita" Kilah Arin.
"Begitukah??" Dan dibalas anggukkan oleh si pemilik rumah.
"Kita makan malam sekarang saja yuk mas, mas Sonny udah makan malam belum?" Sonny dengan jujur menggelengkan kepalanya.
"Kebetulan kalau gitu, kita makan sama-sama saja ya. Ayo mas... " Ajak Arin yang dengan sengaja menarik lengan lelaki itu membawanya ke arah ruang makan.
Sonny tertegun tetapi ia tetap menuruti perintah dari wanita satu ini.
"Noval ayo kita makan malam sayang, Om Sonny juga makan malam disini" Titah Arin pada Noval.
"Iya bunda" Noval mempercepat pekerjaannya, ia memasukkan semua mainan ke dalam box lalu menyimpannya kembali di dalam kamar.
Lima menit kemudian Arin, Sonny, dan Noval sudah duduk rapi di meja makan. Semua hidangan sudah tersedia di atas meja, nampak sangat menggugah selera.
Ketiganya makan dengan tenang, sesekali Arin dan Noval tampak berbicara.
"Noval besok mau sekolah atau istirahat dulu?" Tanya Arin di sela-sela makannya.
"Noval langsung sekolah aja bunda"
"Emangnya Noval gak capek?" Tanya Arin meyakinkan.
"Enggak bunda, Noval udah gak sabar pingin ketemu temen-temen" Ujarnya.
"Okelah kalau begitu, semua peralatannya udah di siapin?"
"Udah, bunda"
Mereka pun meneruskan kembali acara makan malamnya hingga selesai, Noval langsung pamit ke kamar karena ingin cepat-cepat istirahat.
Kini hanya tinggal Arin dan Sonny yang berada di meja makan, keduanya masih membisu setelah kepergian Noval.
Rupanya mereka masih malu-malu berinteraksi setelah apa yang terjadi tadi siang.
"Lucu ya, kita hanya diam saja seperti ini" Imbuh Sonny membelah keheningan.
"Hehe.... I-iya, aku juga bingung harus memulai dari mana" Cicit Arin menunduk.
Sonny menatap wajah Arin yang semakin cantik ketika malam hari, selalu sukses membuat gairah dalam tubuhnya berkobar-kobar.
Sonny tersenyum lembut, tak bisa dipungkiri memang jika Arin selalu membuatnya kagum.
"Kamu cantik sekali malam ini" Ungkap Sonny tiba-tiba.
Deg!
Arin terkesiap!! Sontak ia mengangkat kepalanya memandang Sonny dengan tatapan penuh keterkejutan!
Pria itu memujinya??!! Perasaan Arin mendadak sulit dijelaskan, kalimat yang ia dengar barusan seperti sebuah emas yang baru saja jatuh dari langit.
Pipi Arin mengeluarkan semburat merah, ia semakin menundukkan kepala. Sudah tidak bisa dibayangkan lagi semerah apa wajah Arin sekarang.
"Hahaha.... M-mas Sonny ini bicara apa, t-tentu saja aku kan seorang wanita" Ujar Arin mencoba mencairkan suasana.
Namun Sonny malah semakin mendekatkan tubuhnya, menelisik wajah Arin dari dekat.
"Kali ini aku serasa melihat bidadari tak bersayap"
Apa ini?! Sonny mencoba memberi gombalan padanya?? Tapi kenapa Arin merasa itu bukan sekedar rayuan belaka?
"Mana ada seperti itu, aku bahkan tidak berdandan sama sekali" Elak Arin.
"Benarkah? Ku kira kau memakai pewarna di pipimu" Tutur Sonny.
Mata Arin membulat! Sonny menyadari jika wajahnya memerah. Bagaimana ini?? Apa yang harus Arin lakukan? Argghhh... Ia malu sekali.
"T-tidak! Sudah ah, aku mau mencuci piring-piring kotor ini" Arin mengambil alat makan yang sudah digunakan.
Dia bangkit dengan segera dan berjalan ke arah wastafel, Arin mencoba membuang semua kalimat-kalimat Sonny yang melayang dia atas kepalanya.
Arin mengalihkan semua itu pada benda-benda di depannya, namun semakin Arin mencoba melupakan semua ucapan Sonny hal itu justru semakin membuat Arin mengingatnya.
Hingga tanpa sadar sebuah lengan kokoh melingkar di pinggang ramping Arin.
Arin terlonjak!! Nafasnya seketika tercekat kala merasakan seseorang memeluknya dari arah belakang!
Sonny mendekap tubuh wanita itu dengan sedikit keraguan, namun naluri nya tiba-tiba membuat Sonny melakukan hal demikian.
"M-mas Sonny?"
"Sstttt...... Biarkan seperti ini sebentar saja" Lirih Sonny berbisik.
Arin diam tak bergerak sama sekali, rasa keterkejutannya membuat ia membeku di tempat!
Tiba-tiba Arin merasa ada yang aneh dengan tubuhnya! Arin ingin melepas dekapan ini namun tubuhnya tak kuasa melakukan itu.
Bukannya semakin merenggang Sonny justru semakin menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Arin.
•
•
•
•
Hayolohhh Mau Ngapain Mereka??
Mau Tau Kelanjutannya? Jangan Lupa Vote Sebanyak-banyaknya Biar Karya Mamie Masuk Ke Rangking 10 Besar 🏆😍
Mamie Tunggu ✋