Tetangga Cantik Kesayangan Putriku

Tetangga Cantik Kesayangan Putriku

Pindah Rumah

"Ini kunci rumahnya ya mbak, terimakasih kasih banyak sudah mau membeli rumah saya. Semoga mbak betah tinggal disini" Ujar wanita paru baya berbaju hijau, menyodorkan sebuah kunci perak kepada si pembeli rumah.

"Terimakasih juga sudah mau memberikannya pada saya bu, saya tau banyak yang ingin membeli rumah Ibu" Ucapnya menerima benda kecil tersebut.

"Sama-sama mbak, lagipula saya tidak begitu yakin jika orang lain yang membeli rumah ini akan dijaga dengan baik. Rumah ini sudah memberikan saya banyak kenangan" Kata Ibu itu diiringi tawa kesedihan.

Suasana menjadi muram sesaat, keduanya merasakan kesedihan masing-masing. Sama-sama harus pergi dan meninggalkan semua kenangan lama, menempati tempat baru yang entah akan membawa peristiwa seperti apa.

"Saya akan merawat rumah ini dengan baik, jika Ibu sedang ingin berkunjung maka datang saja kapanpun. Pintu rumah ini akan selalu terbuka" Imbuh Arindita yang baru beberapa bulan ini menyandang status janda.

Wanita paru baya itu mengukir senyum simpul dibibirnya, menatap wajah Arin dengan tatapan hangat.

"Terimakasih banyak, saya jadi malu dengan mbak. Saya juga tidak akan lama-lama. Saya mau pamit pergi sekarang, sekali saya ucapkan terimakasih banyak"

Arin mengangguk, "Sama-sama Bu, semoga perjalanannya lancar sampai tujuan. Mari saya antar... "

Arin pun lalu mengantarkan wanita tua itu hingga batang hidungnya tak terlihat lagi.

Perlahan senyum manis arin melenyap, ditatapnya kunci kecil yang kini berada dalam genggaman Arin. Inikah hidup Arin selanjutnya? Haruskah ia melanjutkan perjalanan hidup yang kedua? Darimana ia harus memulainya?

Pandangan Arin mengedar memandang tempat yang akan Arin singgahi bersama dengan buah hati tercinta.

Arin menghela nafas berat, takdir tidak bisa ia pilih. Tuhan sudah merencanakan sesuai dengan kemampuan hambanya, Arin tak mungkin mengelak.

Lamunan Arin buyar tatkala suara mobil terdengar nyaring disekitarnya.

Tit.... Tit..... Tit.....

Sebuah mobil pengangkut barang tiba di depan rumah baru Arin, beberapa orang turun hendak menurunkan barang-barang milik Arindita.

"Bu, barang-barangnya mau disimpan dimana?" Tanya tukang pengangkut barang.

"Oh mari masuk Pak, biar saya tunjukkan" Arin pun lantas mengantar para tukang itu ke dalam rumah.

"TV nya taruh disana ya Pak" Tunjuk Arin.

"Baik bu" Dengan segera mereka pun melakukan tugasnya.

Arin kembali keluar, ia juga membantu para tukang yang lain dengan menurunkan beberapa barang-barang yang cukup ringan.

Ketika Arin tengah sibuk melakukan aktivasinya tiba-tiba seorang wanita yang cukup berumur menyapa Arin terlebih dahulu.

"Lagi pindahan ya bu?" Ujar wanita tersebut.

Sontak Arin menghentikan kegiatannya dan menyapa balik orang tersebut.

"Iya mbak, kebetulan hari ini pindahnya" Jawab Arin tak kalah sopan.

"Oh iya iya, semoga betah ya bu. Maaf saya enggak bisa bantu"

"Eh iya enggak apa-apa kok mbak, ada banyak tukang yang bantu bantu saya. Mbaknya tinggal disini juga?" Tanya Arin basa-basi.

"Saya ART sekaligus babysitter bu disini, saya sih aslinya orang Jawa Tengah" Ungkapnya jujur.

"Oh saya kira asli orang sini"

Arin dan wanita itu pun mengobrol cukup lama, saling berkenalan satu sama lain. Wanita itu adalah orang yang pertama arin kenal disana, sedikit membuat Arin tak kesepian. Namun obrolan itu pun harus berhenti tatkala sebuah tangisan anak kecil terdengar dari salah satu rumah tetangganya.

"Maaf ya bu saya harus masuk dulu, sepertinya adeknya bangun. Nanti kita ngobrol-ngobrol lagi"

"Iya mbak, silahkan... "

Wanita tersebut masuk ke dalam rumah majikannya, sedangkan Arin kembali menurunkan barang-barang yang tadi sempat tertunda.

***

Setelah rumah Arin sudah dipenuhi oleh seluruh barang-barang serta peralatan rumah tangganya Arin pun langsung menyapu dan membersihkan setiap sudut rumah hingga tak ada sedikit pun debu yang tersisa.

Pukul empat sore mobil orang tua Arin tiba di depan rumah, seorang anak kecil terlihat keluar dari kendaraan itu diikuti oleh sepasang suami istri dibelakang.

"BUNDAAAAA...... "

Mendengar teriakan anak lelaki itu Arin langsung menyambut kedatangan putra semata wayangnya.

"Eh anak bunda udah datang.... "

"Bunda ini rumah baru kita?" Tanya ketika melihat bangunan bercat putih tersebut

Arin mengangguk mengiyakan "Iya sayang, Noval suka enggak sama rumah ini?"

"Suka bunda!" Jawab antusias.

Arin tersenyum lega, ia mengalihkan pandangan ke arah kedua orang tuanya yang juga sibuk memandang rumah baru Arin.

"Mah pah, ayo kita masuk... " Ajak Arin.

Keempat orang itu pun masuk ke dalam rumah bersama-sama.

"Wahhh.... Rumahnya cantik sekali, kamu pasti betah tinggal disini" Ucap Mita sang Ibu.

"Iya benar, lingkungannya juga bersih dan aman" Tambah Hardi Ayahanda dari Arin.

"Iya mah pah, memang banyak yang menginginkan rumah ini. Tapi untungnya penjual rumah menjualnya pada Arin"

"Mamah juga pingin punya rumah disini" Ucap Mita mengungkapkan keinginannya.

"Mamah sama papah boleh kok menginap disini setiap hari, biar Arin dan Noval ada teman"

"Pinginnya sih begitu, tapi kamu taulah pekerjaan papah gak selalu disini" Keluh Mita.

Arin terkekeh mendengar keluhan sang Ibu, kehadiran mereka selalu mampu membuat Arin melupakan rasa sedih yang ia rasakan.

"Ya mau bagaimana lagi, papah juga inginnya terus menemani Arin dan Noval. Mungkin lain kali saja, papah janji"

Pembicaraan orang dewasa disana tak membuat Noval tertarik, ia sibuk melihat-lihat isi rumah barunya. Bocah berusia delapan tahun itu nampak tengah mencari-cari suatu ruangan.

"Bunda, kamar Noval yang mana?"

"Kamar Noval ada di lantai satu, tuh yang dekat tangga"

Dengan penuh semangat anak tersebut pun menerobos pintu kamar yang akan menjadi ruangan pribadinya.

"Lalu kamar kamu dimana Rin?"

"Kamar Arin di lantai atas mah, hanya ada satu kamar di atas. Makanya kamar Noval Arin tempatkan di lantai satu saja"

"Iya memang harus seperti itu, bahaya jika kamar anak di tempat di lantai atas. Takut jatuh jika harus bulak balik naik tangga" Sambung Hardi membenarkan pendapat putrinya.

"Mamah harap kamu bisa membuka lembaran baru disini" Lirih Mita tiba-tiba.

Seketika suasana menjadi canggung, tak seperti beberapa detik yang lalu. Perubahan wajah wanita paru baya itu mendadak berubah sedih.

Orang tua mana yang tega melihat putri tercinta harus mengalami nasib rumah tangga yang sangat buruk, harus berjuang seorang diri menjadi orang tua tanpa ditemani oleh seorang suami.

Dibalik senyum yang ditampilkan Arin Mita tau jika Arin masih merasakan luka batin yang mendalam.

"Sudah mah, jangan dipikirkan lagi. Sekarang Arin hanya ingin memikirkan masa depan Arin dan Noval. Mamah dan papah jangan terlalu mengkhawatirkan masa lalu, Arin sudah merelakan itu semua" Ujar Arin meyakinkan suami-istri didepannya.

"Iya nak, papah tau kamu wanita yang kuat. Kami akan selalu ada untuk kamu dan Noval, benar kamu harus memikirkan masa depan kalian, jangan melihat kebelakang. Tapi biarlah semua itu menjadi pembelajaran" Tutur Hardi setuju.

"Iya pah, Do'akan Arin dan Noval agar selalu diberikan kebahagiaan"

"Pasti Arin, papah dan mamah selalu mendoakan mu"

Hai Semuanya 👋

Selamat Datang Di Novel Terbaru Mamie 😃

Semoga Kalian Suka Ya Dengan Ceritanya😇

Jangan Lupa Untuk Like, Komen, Dan Vote sebanyak-banyaknya 🥰

Happy Reading😘

Love❤

Terpopuler

Comments

Eny Hidayati

Eny Hidayati

menyimak Thor...

2024-05-29

0

Mystera11

Mystera11

mampir thor,, pdhl karyamu udah setahun lalu masuk favorit tp krn alasan mau nabung biar bacanya nggak penasaran eh malah jadi kelupaan😅 mana sempat vakum baca di NT krn lbh sering d aplikasi sebelah.

2024-02-29

0

Em Mooney

Em Mooney

ak dtang... ak mh pembaca lm sbnrnya. cm akun baru. kl akun lm udah level 20 sbnrnya. pdhal ngg ad yg nanya... 😁😁. diakun lm masih nangkring karya mu mak.sesekali masih ku baca soalny

2024-01-01

0

lihat semua
Episodes
1 Pindah Rumah
2 Suasana Baru
3 Es Krim
4 Kenyataan Pahit
5 Pertemuan
6 Seharian Bersama Meimei
7 Single Parents
8 Makan Malam Bersama
9 Ingin Bersama Arin
10 Makan Pizza
11 Dukungan Para Tetangga
12 Malam Minggu
13 Sulit Mengartikan
14 Bayangan Dibalik Tirai
15 Sepak Bola
16 VideoCall
17 Telepon
18 Ke Bogor
19 Gara-gara Hujan
20 Yakinkan Aku!
21 Mencobanya
22 Pernahkah?
23 Mie Instan
24 Sadar Diri
25 Berbelanja
26 Mencoba
27 Mainan Baru?
28 Pertemuan Malam
29 Gelenyar Aneh
30 Meimei Pulang
31 Rasa Tanggungjawab
32 Menginap
33 Dengan Orang Yang Berbeda
34 Terimakasih
35 Rekan Bisnis
36 Menunggu Pulang
37 Malam Kedua
38 Mencari Arin
39 Bunda
40 Tak Sendiri
41 Firasat Buruk
42 Membujuk Noval
43 Ditolak
44 Ke Kantor Sonny
45 Seharian Bersama Sonny
46 Maaf
47 Sonny Sakit
48 Diperhatikan
49 Sebuah Figura
50 Tak Terlihat Sakit
51 Terlalu Mendadak
52 Tangan Terbuka
53 Membicarakan
54 Mengunjungi Perusahaan
55 Di Kantor?
56 Dua Wanita
57 Seperti Disambar Petir
58 Digoda Ibu-ibu
59 Masih Terasa Sakit
60 Perkara Mata Sembab
61 Bunda Menikah Lagi?
62 Om Sonny Dan Bunda Menikah?
63 Rasa Sesal Arin
64 Ungkapan Sonny
65 Tak Bisa Berkata
66 Tetap Perhatian
67 Meski Tak Seperti Dulu
68 Rencana Yang Berantakan
69 Keceplosan
70 Menjadi Rival
71 Bukan Lagi Pahlawan
72 Iri Hati
73 Akhir Dari Liburan
74 Rumah Terakhir
75 Pada Akhirnya
76 Usai Di Sini
77 Meminta Dukungan
78 Rencana
79 Jujur
80 Pengakuan Cinta
81 Keputusan
82 Gerbang Pembuka
83 Pemilik Lama
84 Terimakasih
85 IKLAN
86 Karya Baru
87 Ingat Aku Lagi, Istriku
88 My Perfect (Bad) Marriage
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Pindah Rumah
2
Suasana Baru
3
Es Krim
4
Kenyataan Pahit
5
Pertemuan
6
Seharian Bersama Meimei
7
Single Parents
8
Makan Malam Bersama
9
Ingin Bersama Arin
10
Makan Pizza
11
Dukungan Para Tetangga
12
Malam Minggu
13
Sulit Mengartikan
14
Bayangan Dibalik Tirai
15
Sepak Bola
16
VideoCall
17
Telepon
18
Ke Bogor
19
Gara-gara Hujan
20
Yakinkan Aku!
21
Mencobanya
22
Pernahkah?
23
Mie Instan
24
Sadar Diri
25
Berbelanja
26
Mencoba
27
Mainan Baru?
28
Pertemuan Malam
29
Gelenyar Aneh
30
Meimei Pulang
31
Rasa Tanggungjawab
32
Menginap
33
Dengan Orang Yang Berbeda
34
Terimakasih
35
Rekan Bisnis
36
Menunggu Pulang
37
Malam Kedua
38
Mencari Arin
39
Bunda
40
Tak Sendiri
41
Firasat Buruk
42
Membujuk Noval
43
Ditolak
44
Ke Kantor Sonny
45
Seharian Bersama Sonny
46
Maaf
47
Sonny Sakit
48
Diperhatikan
49
Sebuah Figura
50
Tak Terlihat Sakit
51
Terlalu Mendadak
52
Tangan Terbuka
53
Membicarakan
54
Mengunjungi Perusahaan
55
Di Kantor?
56
Dua Wanita
57
Seperti Disambar Petir
58
Digoda Ibu-ibu
59
Masih Terasa Sakit
60
Perkara Mata Sembab
61
Bunda Menikah Lagi?
62
Om Sonny Dan Bunda Menikah?
63
Rasa Sesal Arin
64
Ungkapan Sonny
65
Tak Bisa Berkata
66
Tetap Perhatian
67
Meski Tak Seperti Dulu
68
Rencana Yang Berantakan
69
Keceplosan
70
Menjadi Rival
71
Bukan Lagi Pahlawan
72
Iri Hati
73
Akhir Dari Liburan
74
Rumah Terakhir
75
Pada Akhirnya
76
Usai Di Sini
77
Meminta Dukungan
78
Rencana
79
Jujur
80
Pengakuan Cinta
81
Keputusan
82
Gerbang Pembuka
83
Pemilik Lama
84
Terimakasih
85
IKLAN
86
Karya Baru
87
Ingat Aku Lagi, Istriku
88
My Perfect (Bad) Marriage

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!