Dikhianati oleh ibu tiri dan saudara tirinya, Daisy yang baik hati menjadi tawanan di tempat tidur pemimpin mafia terbesar.
Benjove Haghwer, memiliki tinggi badan 190cm, dengan tubuh yang ideal dan wajah yang sempurna... Di balik penampilannya yang mempesona adalah iblis berhati dingin.
Daisy melarikan diri, Benjove terus mengejarnya.
Bagaikan kucing dan tikus, Benjove menikmati permainan ini, tapi tanpa disadari, dia sendiri jatuh cinta!
Akankah malaikat yang baik hati dan cantik ini bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 23
Pagi hari yang segar menyambut di selingi udara sepoi-sepoi dan sedikit hembusan embun basah berterbangan di udara. Seperti biasa Ben melakukan gym ringan dan berakhir dengan aktifitas jogging pagi mengelilingi taman belakang mansion yang luas.
Sedikit demi sedikit sang cakrawala mengintip dan akhirnya menyembul dengan sempurna, membuat pantulan sinar orange menembus kulit bersih Ben.
Keringat yang mengalir di pelipis dan leher kokoh nan kuatnya menjadi seperti berkilauan, saat itu Ben mengenakan headset di kedua telinganya.
Ben berlari kecil, memutari taman beberapa kali dan berhenti di depan Traver, kemudian Traver memberikan handuk mini setelah itu mengulurkan air minum dingin yang sudah diisikan di botol.
"Apa dia sudah bangun?" Tanya Ben sembari mengatur nafasnya. Dia benar-benar seksi dengan guyuran keringat yang basah di tubuhnya.
"Sudah Tuan, saya memanggil para pelayan agar dapat membantu Nona Daisy bersiap." Kata Traver.
Kemudian Ben kembali meneguk air putih dingin, tenggorokannya naik dan turun ketika ia menegak air dengan intens.
"Siapkan makanan yang bergizi untuk nya, aku tidak mau dia lemah seperti kemarin." Perintah Ben.
"Baik Tuan."
Ben kemudian berjalan masuk ke dalam mansion, diikuti oleh Traver.
Sedangkan di kamar Daisy, jendela-jendela besar telah di buka tirainya, dan cahaya matahari yang hangat masuk membuat bayangan-bayang jendela.
Ketika ia menggeliat dan merasakan tulang-tulang tubuhnya seperti patah dan tubuhnya sakit serta remuk, matanya secara tidak sadar melihat ke arah para pelayan yang kompak memakai seragam dan berbaris rapi menundukkan kepala dan pandangan mereka.
Sontak Daisy pun menarik selimutnya menutupi seluruh tubuh yang pasti sebelum ia sadar dari tidurnya para pelayan sudah melihatnya.
"Ap... Apa yang kalian lakukan?" Itu lah kata pertama yang Daisy keluarkan.
Salah satu pelayan pun menjawab, bahwa Tuan Traver yang mengirim mereka, dan harus memperhatikan Daisy dengan baik.
"Saya mohon Nona Daisy, jangan tersinggung, karena kami hanya menjalankan perintah. Di sini banyak para pelayan yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Seperti saya yang masih harus membiayai biaya sekolah anak-anak saya." Kata pelayan itu dengan mengiba.
Bahkan, pelayan lain ketakutan dan terlihat ingin menangis.
"Nona, saya tidak akan melakukan kesalahan saat melayani anda, saya juga tidak akan pernah bersikap kurang ajar pada anda."
Daisy mengerutkan kening dan alisnya, mengapa mereka sangat sensitive pada nya.
"Sa... Saya tidak bermaksud apapun. Sa... Saya minta maaf, tapi bisakah saya mengurus diri saya sendiri?"
"Maafkan kami Nona, itu tidak dapat di benarkan, kami akan terkena masalah." Kata salah satu pelayan, yang memiliki seragam berbeda, wanita itu memakai setelan jas panjang dan celana panjang dengan rambut pendek sebatas dagunya.
"Kalau begitu bagaimana jika hanya 1 pelayan saja yang ada di kamar saya? Sebanyak ini, sepertinya terlalu... Heboh." Kata Daisy malu.
"Ta.. Tapi... Jika Tuan Traver tahu...." Pelayan lain menimpali.
"Jika saya yang meminta apakah tetap tidak boleh?" Tanya Daisy.
"Kalau begitu, saya akan menghubungi Tuan Traver melalui telepon anda Nona?" Kata pelayan berjas.
"Silahkan saja." Kata Daisy masih menutupi tubuhnya dengan selimut.
Seorang pelayan maju dengan sopan mengambil telepon dari atas meja di dekat ranjang Daisy, dan menekan beberapa nomor.
"Halo Tuan Traver, saya Mena, maafkan saya Tuan, Nona Daisy meminta hanya 1 orang saja untuk melayani Nona. Bagaimana Tuan?" Kata Pelayan itu.
Di ujung telepon, Traver sedang melayani Ben dan menaruh beberapa barang yang Ben gunakan saat olahraga, sedangkan Ben sendiri sedang mandi.
"Berikan apa yang Nona Daisy minta."
"Baik Tuan Traver."
Semua pelayan bertanya-tanya apa yang akan terjadi, setelah telepon di tutup, Mena pun memberitahu jika semua pelayan bisa pergi.
"Aku yang akan melayani Nona Daisy, yang lain bisa pergi bekerja seperti biasa dan di tempat yang sudah di tentukan di jadwal kalian." Kata Mena.
"Baik Kepala pelayan." Kata mereka kompak menundukkan kepala dan berurutan keluar dari kamar Daisy.
Setidaknya ada 20 lebih pelayan wanita berbagai usia berada di dalam kamar Daisy.
Setelah kepergian para pelayan itu, Daisy kembali bernafas lega dan memgendurkan tubuhnya.
"Astaga, ini memalukan." Kata Daisy dengan wajah yang merah.
"Jadi, apa yang akan mereka lakukan tadi pada saya?" Tanya Daisy.
"Mereka akan membantu memandikan anda Nona." Kata Mena.
"Apa!!!" Kedua mata Daisy melirik tubuhnya yang begitu banyak cap kepemilikan Ben.
"Apa Tuan Traver gila? Apa dia berharap aku di lihat oleh sekumpulan wanita? Apa dia tidak tahu bagaimana tubuhku sekarang? Apa Tuan Traver tidak tahu keadaanku sekarang? Astagaaaa!!! Aku yakin dia tidak paham!!!"
"Eghem... Nona Daisy, maaf jika saya lancang, apakah anda perlu bantuan saya untuk berjalan ke kamar mandi, atau kah saya perlu berbalik badan agar saya tidak melihat anda? Maaf Nona, karena anda harus memberikan perintah kepada saya agar saya bisa melayani anda dengan baik." Kata Mena dengan sopan.
"Bagaimana jika anda berbalik badan Nona?" Tanya Daisy.
"Mohon jangan menggunakan panggilan Nona untuk saya, cukup panggil saja saya Mena, atau perintahkan saya apa saja." Kata Mena.
"Saya... Sedikit canggung." Kata Daisy malu.
"Saya mengerti Nona. Tapi anda akan terbiasa nanti."
"Kalau begitu... Saya minta, bisakah kau berbalik sebentar Mena?" Pinta Daisy dengan malu, wajah nya merona merah, ia menundukkan kepala dan wajahnya.
Baru kali Daisy memerintah sesama wanita, dan Daisy sangat canggung, ia terbiasa melakukan semuanya sendiri, bahkan Daisy sendiri lebih terbiasa menerima perintah dari pada memerintah, dan sekarang pertama kalinya dia memberikan perintah meskih tidak sesuai dengan hati nurani nya.
"Baik Nona, saya akan berbalik badan." Kata Mena.
Kemudian Daisy duduk lebih tegak, namun punggung bawahnya terasa sangat nyeri, dan bagian sensitifnya begitu perih.
"Apakah ini benar-benar patah?"
Daisy meringis dan hampir menangis, perlahan ia menurunkan kedua kakinya, seketika jantungnya terasa panas, ia melihat kakinya pun tak lepas dari tanda merah, yang paling parah ada di kedua pahanya.
"Astaga... Dasar Binataang!!!" Umpat Daisy.
Ketika Daisy menyingkap selimut, dan perlahan mencoba berdiri, tiba-tiba ia terjatuh di lantai yang dingin.
BRUUKKK!!!
"Ah... Nona!!!"
Mena seketika berbalik dan hendak menolong.
"Tetap berbalik Mena... Aku mohon. Jika kau melihat tubuh ku yang seperti ini. Aku sangat malu padamu." Kata Daisy menyembunyikan wajahnya di ranjang.
Perlahan Daisy menarik selimut untuk menutupi tubuhnya, dengan masih menyembunyikan wajahnya di tepi ranjang.
"Baik Nona. Maafkan saya." Kata Mena pelan dan terlihat sedih.
Tak berapa lama Mena mendengar suara sesenggukan.
Saat itu Daisy tidak dapat lagi menahan air matanya, ia menangis dan merasa hina, mengingat apa yang telah Ben lakukan padanya.
Pikiran Daisy kacau, apakah ia harus merasa senang karena ia juga menikmati permainan itu meski pada akhirnya tubuhnya remuk dan tak sanggup berdiri?
Namun, yang jelas Daisy begitu merasa dirinya sangat munafik, di tengah tubuhnya yang kotor dan hina, ia dengan tak tahu malu meninggalkan moralnya begitu saja dan menikmati setiap sentuhan Ben.
"Maafkan aku Mena... Aku sangat malu, jika kau melihatku seperti ini." Kata Daisy lagi dari balik wajahnya yang ia sembunyikan di tepi ranjang.
Tidak ada sejengkal pun dari tubuh Daisy yang luput, dan tak berbekas, semua itu membuat Daisy malu dan hina, apalagi di depan sesama wanita, itu membuatnya semakin merasa kotor dan menjijikkan.
bersambung