Aisy anak perempuan yang lahir dari keluarga yang sederhana,anak dari seorang buruh pabrik yaitu pak Didi,saat ini ia duduk di bangku SMA yang beberapa bulan lagi akan lulus.
Beberapa bulan kemudian tiba saatnya pengumumann kelulusan dan Alhamdulillah Aisy dinyatakan 'lulus'. Keinginannya untuk kuliah dibidang keperawatan dikabulkan oleh Ayahnya.
Beberapa Tahun kuliah sekarang terwujud pula Cita-citanya Aisy menjadi seorang perawat terwujud, beberapa Tahun setelahnya Aisy menikah, Awal pernikahan berjalan mulus dan penuh kebahagiaan, tapi kehidupan pernikahan selanjutnya pernikahan Aisy banyak konflik bahkan diambang perceraian.
Mampukah Aisy mempertahankan pernikahan?
Apakah Aisy rela dimadu?
Simak Kisah Aisy dalam kehidupan pernikahannya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aisy Berduka
Clara adik iparnya Wahid mendengar Aisy hamil merasa sangat senang, hampir setiap hari datang membawakan buah dan makanan untuk bumil muda ini, jarak rumahnya dan rumah Wahid yang tidak terlalu jauh sehingga bisa sering datang menjenguk.
Tari yang mendengar pembicaraan sang suami ditelfon dengan Wahid bahwa Aisy hamil pun langsung bersorak senang ia buru-buru menelfonnya, tak sabar mendengar langsung dari mulut Aisy sendiri, Ibu muda ini semangat dan siyap berbagi ceritanya saat hamil.
"Hallo Aisy, Aku dengar kamu hamil ya? Selamat yaaa, alhamdulillah..." Ucap Tari.
"iyaa...sampai lupa g salam dulu kamu tu." Jawab Aisy sedikit sewot tetapi hatinya senang.
"Hehehe..maaf-maafff...saking seneng nya aku."
Mereka ngobrol ngalor ngidul sambil haha hihi, tidak terasa hampir satu jam mereka ngobrol sampai-sampai kedua suaminya merasa heran tetapi maklum saja karena mereka juga jarang ketemu tari sibuk dengan bayi kecilnya itu.
Orang tua nya Aisy sudah mendengar bahwa ia hamil namun belum sempat untuk menjenguk karena saat ini Bu kayah sedang sakit keras, asam lambungnya naik kata pak dokter sudah parah. kemarin sempat dirawat dirumah sakit selama 4 hari yang datang menjenguk hanya Wahid Aisy masih merasakan mual bila mencium bau rumah sakit, kalau saat bekerja juga merasakan mual tapi sebisa mungkin harus kuat karena tanggung jawab pada pekerjaan nya.
Saat di rumah ia gunakan untuk istirahat meskipun ia tidak tertidur agar tidak terlalu pusing. Waktu cepat berlalu, Aisy dan Wahid di sibukkan dengan pekerjaan seperti biasanya dan tak terasa usia kehamilan Aisy memasuki 7 bulan. Rencanaya mau buat syukuran agak besar yang hadir satu RT, karena pas syukuran 4bulannya cukup sederhana hanya keluarga dekat saja yang datang.
Acara yang di selenggarakan berjalan dengan lancar, hampir semua datang, keluarga besar keduanya juga hadir semua jam 9 malam acara nya selesai dan para tetangga sudah pulang kerumah masing-masing, hanya keluarga inti yang tersisa,mereka masih enggan untuk pulang, tepat jam sebelas malam rumah itu sepi Wahid dan istrinya segera merebahkan diri keranjang empuknya.
Aisy sangat senang menjelang kelahirannya, meskipun agak sedih karena ibunya tidak dapat hadir di acara 7 bulanannya itu, Bu Kayah masih belum sehat benar makanya ia tidak datang.
"Pak, kok rasanya ibu sudah dak kuat..sakiiit lagi lambungnya." Ucap Bu Kayah.
"Astagfirullah, Buu nyebut kasihan anak-anak."
Bu kayah kembali merasakan asam lambungnya naik, udah minum obat dari dokter tapi belum membaik.
"Hoeeerrrkkk."
"Hoeeerkkk."
Satu jam bisa beberapa kali muntahnya, muntahan hanya cairan karena Bu kayah tidak mau makan sama sekali hanya air putih saja yang masuk. Aisy yang mendengar ibunya sakit lagi sangat cemas Hari Sabtu setelah pulang kerja bersama sang suami ia menjenguk Bu Kayah. Loundry Ia buka hanya setengah hari saja.
"ibukk." Sapa Aisy sambil melangkah masuk kamar ibunya lalu mencium tangan.
"isshh, ahhk Aisy..Ibuk kangeeen, sakit banget perut Ibu." Ucap Bu Kayah lirih sambil memeluk Aisy.
"Yang kuat ya bukk..Ibuk pasti sembuhh." Kata Aisy yang matanya berkaca-kaca.
Aisy yang tidak tega melihat keadaan ibunya sampai menangis. Ia meminta supaya ibunya dirawat saja dirumah sakit. Alhamdulillah Pak Didi setuju dan ternyata kondisi Bu Kayah memang harus dirawat inap.
Karena sudah malam Aisy memutuskan untuk pulang dan besoknya akan kembali lagi malam ini dijaga oleh Aji Pak Didi pulang agar ia bisa istirahat. Setelah dirawat di RS selama 3 hari kondisi Bu Kayah semakin drop.
Adzan shubuh berkumandang, Pak Didi beranjak bangun untuk mandi dan siap-siap ke mushola RS dilihat istrinya yang masih memejamkan mata sebentar Ia mengurungkan niat untuk membangunkanya dalam hati berkata nanti saja, lalu ia segera ke mushola agar tidak ketinggalan.
Betapa terkejutnya ia setelah kembali,istrinya dbangunkan tidak ada respon dengan cepat ia memanggil perawat yang jaga dan perawat pun datang bersama dokter untuk memeriksa.
"Maaf, Saya sudah berusaha Ibuk sudah meninggal Pak..Saya turut berduka cita." Kata Pak dokter.
Tangis Pak Didi mulai pecah begitupun Ajik yang baru saja sampai.
Terlebih Aisy saat dikabari lewat telfon, Aisy sampai mau pingsan tak kuat melihat jenazah ibunya yang baru sampai.
Tetangga segera berdatangan untuk mengurus pemakaman, mereka memandikan dan mengkafani dan kemudian di sholatkan, lubang kuburan juga sudah siyap, karena tidak ad yang dtunggu lagi jenazah segera di makamkan.
"Sabar ya Aisy Aku turut berduka cita." Ucap Siti sambil memeluk Aisy dan meneteskan air mata.
"Kalau ada salah dari ibu tolong di maafkan ya...." Ucap Aisy lirih.
"Iya ."
"Iya ."
Ucap Retno serempak .