Safira di jebak oleh teman-teman yang merasa iri padanya, hingga ia hamil dan memiliki tiga anak sekaligus dari pria yang pernah menodainya.
Perjalanan sulit untuk membesarkan ke tiga anaknya seorang diri, membuatnya melupakan tentang rasa cinta. Sulit baginya untuk bisa mempercayai kaum lelaki, dan ia hanya menganggap laki-laki itu teman.
Sampai saat ayah dari ke tiga anaknya datang memohon ampun atas apa yang ia lakukan dulu, barulah Safira bisa menerima seseorang yang selalu mengatakan cinta untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sun_flower95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 11
Arselo kini tengah uring-uringan, Vivi teman mainnya kebobolan dan hamil. Meskipun Arselo selalu memakai pengaman, nyatanya masih tetep hamil dan dia minta pertanggung jawaban dengan cara menikahinya. Arselo yang belum berniat untuk menikah pun sempat menyuruh untuk menggugurkan janin itu, tapi sayang Vivi tak mau melakukannya.
Flashback on
Siang itu Vivi mengajak Arselo untuk makan siang seperti biasa, mereka janjian di kafe yang dekat dengan kantor Arselo. Setelah mereka bertemu, mereka pun memesan makan siang masing-masing dan memakannya dengan tenang, hingga selesai menyantap makan siang Arselo pun baru memulai bertanya
"Kamu kenapa Vi, dari tadi ko diem aja, gak kaya biasanya? Ada apa?" tanya Arselo perhatian.
"Selo, aku... aku hamil, aku mau kamu nikahin aku" cicit Vivi pelan.
Deg
"Kamu bicara apa Vi? Bukankah selama ini kita bermain aman? Kenapa bisa hamil?" tanya Arselo bertubi-tubi.
"Aku serius Selo, aku cuma main sama kamu, dan aku juga gak tau" jawab Vivi tertunduk menyembunyikan wajah sedihnya.
"Gugurkan janin itu" perintah Arselo dingin dengan raut wajah datar.
Seketika membuat Vivi menengadahkan wajahnya dan melihat tatapan Arselo.
"Kamu gila? Ini anak kamu!!" Sahut Vivi tak terima.
"Gugurkan janin itu dan jangan pernah muncul lagi di hadapan ku" ucap Arselo masih dengan wajah datarnya.
"Oke, kalau kamu gak mau nikahin aku. Aku bakal laporin kamu ke orang tuamu" ancam Vivi pada Arselo.
"Berani kamu lakuin itu, berakhir hidup kamu" tantang Arselo.
"Kenapa tidak, toh kamu yang akan rugi" ancam baik Vivi.
"Terserah" sahur Arselo sembari berlalu meninggalkan Vivi yang masih ada di dalam kafe itu.
Flashback off
"Akhhh ****" umpat Arselo sambil menjambak rambutnya sendiri.
"Kenapa bisa jadi begini, gimana bilangnya ke mama dan papa, pasti mereka akan marah dan kecewa" ucapnya lagi.
Sofyan yang melihat anak bosnya marah-marah pun segera menghampirinya.
"Tuan muda, ada apa? Apa ada hal yang serius?" tanya asistennya itu.
Arselo hanya melirik sekilas dan tak menghiraukan pertanyaan asisten Sofyan.
"Pergi kau, jangan ikut campur urusan ku" ucap Arselo dingin dan memutar kursi duduknya dan membelakangi Sofyan.
Mendapat penolakan seperti itu, Sofyan mun berlalu undur diri dan segera menuju ruang kerjanya yang berada persis di samping ruang kerja Arselo.
"Baiklah, saya permisi undur diri dulu" jawab asisten Sofyan setelah membungkukkan badannya.
***
Siang ini Tuan Ardan dan nyonya Sita akan pulang ke ibu kota, setelah sebelumnya mereka berpamitan dengan keluarga pa Bambang dan juga si kembar. Bahkan nyonya Sita seperti enggan untuk meninggalkan si kembar itu sampai-sampai ia meneteskan air matanya, entah kenapa ia merasa sangat menyayangi si kembar tiga itu meskipun dia memang menyukai anak kecil, tapi rasanya berbeda dengan yang lain.
"Sudah lah ma. Nanti kalau kita ada waktu luang, kita berkunjung lagi ke tempat ini. Lagi pula masa bertugas Arsela juga masih lama kan?" ucap tuan Ardan menenangkan nyonya Sita yang sedari tadi diam sambil sesekali menyeka air matanya.
"Tapi pah, mama rasanya gak tega pisah jauh sama mereka, meskipun mama baru bertemu dengan mereka" jawab nyonya Sita lagi.
"Mama kan bisa meminta Sela untuk berkomunikasi lewat video call dengan mereka" bujuk tuan Ardan lagi.
"Hmmm, iya pah" ucap nyonya Sita akhirnya.
Mereka kembali ke ibu kota berdua, karena supir mereka ijin pulang duluan karena istrinya akan melahirkan, dengan terpaksa tuan Ardan sendiri lah yang membawa mobil itu.
***
"Ma, apa Oma Sita dan Opa Ardan akan kembali?" tanya Qirani yang kini tengah duduk senderan di badan Safira.
"Mama gak tahu sayang, memangnya kenapa?" tanya balik Safira.
"Kami merindukan Oma Sita dan Opa Ardan" ucap ketiga anak-anaknya.
Safira tersenyum kecut mendengar ucapan ketiga anaknya, entah kenapa rasanya ia sangat sedih dan takut saat tuan Ardan dan nyonya Sita datang berkunjung kerumahnya. Apa lagi saat melihat tuan Ardan yang sedikit mirip dengan laki-laki yang telah menodainya, ia semakin merasa marah sendiri.
"Tenanglah, kalian kan baru saja bertemu dengan beliau" ucap Safira berusaha lembut menenangkan anak-anaknya yang mulai menangis.
"Ada apa Fir" tanya bu Resti "Kenapa mereka menangis?" sambungnya lagi.
"Mereka merindukan bu Sita dan pa Ardan, bu" jawab lesu Sita yang tengah memeluk ke tiga anak-anak nya.
Bu Resti pun berinisiatif untuk membujuk anak-anak itu dengan mengajaknya pergi ke kebun rambutan untuk memanen buah itu.
"Anak-anak, ada yang mau ikut Nin sama Aki gak? kami mau ke kebun rambutan, kita panen hari ini" ucap bu Resti.
Mendengar itu anak-anak pun melepaskan pelukan mereka terhadap Safira dan melangkah menuju bu Resti.
"Kami mau ikut Nin" ucap ke tiga itu.
"Ya udah, kalau gitu kalian ganti baju dan pakai topi ya" ucap bu Resti sambil mengelus pelan kepala anak-anak itu.
"Baik Nin" ucap ke tiga anak itu girang.
Safira yang melihat pun merasa bersyukur karena tidak susah untuk membujuk ke tiga anak-anaknya itu.
"Bu, Aku ke belakang dulu. Mau siapin bekal buat mereka" ujar Safira
"Iya Fir. Ibu dimana, Fir?" tanya bu Resti menanyakan keberadaan ni Eti.
"Nini ada di halaman belakang rumah bu, beliau sedang menanam benih cabai di dekat kolam ikan" jawab Safira.
"Oh, ibu mau ke belakang rumah dulu ya, nanti kalau anak-anak sudah siap kasih tahu aja" sahut bu Resti
Setelah Safira selesai menyiapkan bekal untuk anak-anaknya, ia pun pergi ke kamar untuk membantu mereka mengganti baju.