Seorang dokter muda yang idealis terjebak dalam dunia mafia setelah tanpa sadar menyelamatkan nyawa seorang bos mafia yang terluka parah.
Saat hubungan mereka semakin dekat, sang dokter harus memilih antara kewajibannya atau cinta yang mulai tumbuh dalam kehidupan sang bos mafia yang selalu membawanya ke dalam bahaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sylvia Rosyta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Namun, sebelum ia bisa mengatakan sesuatu lagi, suara derap langkah kuda terdengar dari kejauhan, memecah keheningan di malam itu. Mata mereka bertiga saling bertukar pandang dengan cepat, kewaspadaan langsung menyelimuti mereka.
"Sepertinya ada tamu tak diundang," bisik Luca, suaranya berubah serius.
Rafael segera berdiri, mencengkeram gagang senjatanya yang terselip di pinggang. "Kita harus bersiap. Bisa jadi mereka adalah orang-orang Adrian."
Liana menelan ludah, perasaan hangat yang tadi sempat ia rasakan kini tergantikan oleh ketegangan yang mendesak. Perayaan yang baru saja mereka nikmati kini terasa seperti kenangan jauh, dan kenyataan yang lebih gelap kembali menyelimuti mereka.
Mereka bertiga bergegas menuju tempat persembunyian mereka di dalam rumah, bersiap menghadapi apa pun yang akan terjadi selanjutnya.
Malam itu, suasana desa yang semula tenang mendadak berubah ketika seorang tamu tak dikenal tiba di rumah lelaki tua yang menampung Rafael, Liana, dan Luca. Tamu itu adalah seorang informan, matanya penuh kewaspadaan saat ia memandang ketiga pelarian itu.
"Aku membawa kabar penting," katanya dengan suara rendah, hampir berbisik. "Adrian telah menemukan jejak kalian. Dia telah mengirim pembunuh bayaran untuk menghabisi kalian sebelum semuanya berakhir."
Liana menegang. "Berarti kita harus pergi dari sini secepatnya."
Rafael mengangguk, tetapi sebelum ia bisa berbicara, lelaki tua yang selama ini menjadi tempat berlindung mereka akhirnya mengungkapkan sesuatu yang mengejutkan.
"Aku mengenal Victor," kata lelaki tua itu, suaranya berat oleh kenangan masa lalu.
Semua mata tertuju padanya. Ia menarik napas panjang sebelum melanjutkan.
"Victor dan aku pernah bekerja bersama dalam sebuah organisasi rahasia. Kami melindungi sesuatu yang sangat berharga—sesuatu yang bisa menghancurkan Adrian sepenuhnya. Itu disembunyikan di tempat yang disebut Bunker rahasia"
Luca menyipitkan mata. "Bunker rahasia? Apa yang ada di sana?"
Lelaki tua itu menghela napas. "Di dalamnya terdapat dokumen dan rekaman yang membuktikan kejahatan Adrian. Tidak hanya itu, ada juga senjata rahasia yang dulu Victor kembangkan untuk meretas semua transaksi gelap yang dilakukan oleh Adrian yang bisa langsung dikirimkan kepada badan intelijen atau FBI untuk segera ditangani."
Liana menelan ludah. "Jadi… jika kita bisa mendapatkannya, kita bisa menghancurkan Adrian selamanya?"
Lelaki tua itu mengangguk. "Benar. Tapi perjalanan ke sana tidak akan mudah. Tempat itu tersembunyi di tengah pegunungan, dijaga oleh jebakan dan rahasia yang hanya bisa dipecahkan oleh mereka yang memahami kode lama yang digunakan Victor."
Rafael mengepalkan tangan. "Berarti tidak ada pilihan lain. Kita harus ke bunker rahasia itu sebelum Adrian lebih dulu menemukannya."
Luca menepuk pundak Rafael. "Ayo kita bersiap. Kita harus pergi malam ini juga."
Namun sebelum mereka sempat berkemas, suara kuda terdengar mendekat dari kejauhan. Wajah lelaki tua itu memucat. "Mereka sudah datang… Adrian mengirim orang-orangnya lebih cepat dari yang kita duga."
Rafael menarik Liana ke belakangnya, bersiap menghadapi bahaya. "Kita tidak boleh tertangkap sekarang. Kita harus keluar dari sini sebelum semuanya terlambat."
Mereka semua bertukar pandang, menyadari bahwa pertempuran terakhir semakin dekat. Dengan nyawa mereka yang dipertaruhkan, Bunker rahasia menjadi satu-satunya harapan untuk mengakhiri mimpi buruk ini selamanya.
Langit malam mulai memudar, dan udara fajar yang dingin menyelimuti tubuh mereka saat Liana, Rafael, dan Luca berjalan cepat menuju tujuan mereka. Langkah-langkah mereka tergesa-gesa, hati-hati, namun penuh dengan tekad. Tujuan mereka adalah bunker rahasia yang terletak di lokasi terpencil, jauh dari peradaban dan jauh dari jangkauan kekuasaan Adrian. Di sana, mereka berharap dapat menemukan petunjuk terakhir untuk menghancurkan kekejaman yang telah diperbuat Adrian selama bertahun-tahun.