SEMUA GARA-GARA PARIJI
Ini Novel harusnya horor, tapi kenapa malah komedi, saya yang nulis juga bingung, tapi pasti hororlah.
KOK dengan huruf yang terbalik, ya semua serba terbalik di dalam novel ini, tidak ada yang sesuai dengan semestinya, dan jangan berpikir dengan nalar, karena nggak akan masuk di otak kita.
Jangan dipikir dengan otak normal, karena akan bikin kram otak.
kebalikan adalah keasikan, ingat baliklah hidup kalian agar mengalami sesuatu yang luar biasa!
KOK,
Kalok dibilang time travel kok rasanya nggak jugak, tapi ada yang hilang dan bertambah di dalam diriku.
KOK gini rasanya, KOK aku ada disini, KOK aku diginiin, KOK aku harus ada di sini, KOK sakit gini, KOK KOK KOK KOK semua harus KOK.
Jangan takot, gitu kata orang yang aku temui, tapi KOK rasanya takot tapi enak dan menyenangkan..
Itulah KOK yang dibalik
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mbak Bashi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
27. TINGGAL BERSAMA MBAK JUM
Lilitan kuntila ini semakin kuat, aku mulai kesulitan bernafas, temanku harus membantuku atau aku bisa matik!.
Kkggh aku semakin sulit untuk bernafas, pandanganku semakin berkabut, aku sudah tidak bisa membedakan mana Celenk, WIldan dan Jum.
Aku cuma bisa merasakan beberapa tangan yang berusaha menarik kuntilaku. Hingga akhirnya semua menjadi gelap dan aku sudah tidak merasakan apa-apa…
*****
Ugh dingin….
Rasanya seperti aku berendam di air yang sangat dingin.
“Ji, hahahah udah sadar ente akhirnya. Kukira ente tadi matik Ji”
“Egh kok aku di sungai Lenk, eh Ndrik”
Ternyata aku ada di sungai, eh di tepi sungai yang dangkal dengan air yang jernih dan dingin. Di sebelahku ada Celenk yang nyengir, entah apa yang sedang dia tertawakan tadi.
Kulihat ternyata di pinggir sungai ada mas Wildan dan.. Yancok ada mbak Jum yang lagi senyum-senyum sendiri. Sementara itu kuntilaku sedang lemas mengapung di sebelahku
“Ya satu satunya jalan cuma sungai yang di belakang warung itu Ji” tunjuk Celenk ke arah atas tebing.
Sungai ini ternyata letaknya ada di bawah tebing, ketika aku mendongak ke atas, aku melihat bagian belakang warung dan rimbunnya pohon beringin.
Sungai ini tidak besar dan tidak dalam, banyak bebatuan di dasar sungai jernih yang aliran airnya nggak seberapa deras arusnya.
Yang aku ingat terakhir adalah ketika kuntilaku melilit tubuhku dengan sangat kencang, karena aku ngatjeng liat kemolekan tubuh mbak Jum.
“Gimana keadaannya mas Pariji, sudah enakan kan” taya Wildan dari pinggir sungai
“Eh iya mas WIldan, eh ini saya harus ngapain mas, saya kok bingung ya, eh itu ada mbak Jum juga, terus gimana ini mas WIldan?”
“Tadi yang selamatkan saya siapa mas Wil?” aku makin penasaran, karena mereka bertiga hanya tersenyum saja
“Itu mbak Ju…. dia yang selamatkan kamu hehehe”
WADUH!
Mbak Jum yang selamatkan aku?
Dulu waktu aku tercekik, waktu ada celenk dan mbak WItol gilak itu, mereka selamatkan aku dengan cara diemot dan dikotjok.
Lha ini tadi kata Wildan kok mbak Jum yang selamatkan aku, apa ya mbak Jum jugak kayak si Celenk dan Wito gilak itu caranya
Sekali lagi kulihat mbak Jum, dia berdiri di sebelah WIldan sambil tetap terus tersenyum melihat ke arahku, dan kaki yang agak mengangkang
Waduh, mosok se digituin, eh nggak mungkinlah, nek sampek mbak Jum nggituin aku, ya pasti robek robek masuk UGD nantinya.
Dan jugak eh ini kan di daerah yang nggak boleh ngelakuin hal buruk kata Wildan tadi.
“Wis nggak usah mbayangno sing aneh-aneh Ji, gak usah nggateli utegmu, wajah ente itu mezum Ji, aku lho bisa nebak apa yang ada di utegmu….. ayo ndang mentas!”
“Lheh opo se Lenk, sok tau kamu iku”
“Wis ndang mentas, gulungen itu kuntila ente heheheh”
Memang si Celenk bicara dengan mimik guyonan seperti biasa, tetapi aku bisa lihat ada sesuatu yang disembunyikan celenk, aku melihat sepertinya dia sedang memendam sesuatu dibalik tertawanya.
*****
Aku hanya memakai celana panjang saja, sementara bajuku sedang dikeringkan di depan warung mbak Jum, saat ini kami sudah ada di warung mbak Jum lagi.
Di sebelahku si Celenk sedang menyeruput kopi, sedangkan WIldan sedang ngobrol bersama mbak Jum di depan warung. Wajah mereka berdua nampak serius, aku nggak tau apa yang mereka sedang obrolkan.
“Lenk…ehm maaf mas Hendrik, tadi apa yang dilakukan mbak Jum waktu aku ditekeg kuntila?”
“Hehehehe rahasia Ji, pokoknya aku nggak ikot-ikot ngelemeskan kuntila ente hehehe”
Kurang ajar Celenk eh Hendrik, dia malah bikin aku penasaran ae rek, tapi nek misalnya cuma si Jum aja yang selamatkan aku, jangan-jangan aku hihihi kok otagku mezum terus sih.
Setelah beberapa menit Wildan dan mbak Jum ngobrol di depan warung, akhirnya mereka berdua masuk ke dalam warung, wajah mereka sudah tersenyum ketika masuk ke dalam warung.
“Wah gimana keadaanmu mas Pariji, udah lebih baik kan, meskipun nunggu pakaian kering hehehe”
“Iya mas WIldan, eh saya udah nggak papa, eh tadi maaf ya sampai bikin repot kalian semua”
“Untuk kalian berdua ketahui, warung mbak Jum ini letaknya ada di tepi jurang yang nggak dalam, yang dasar jurangnya adalah sungai yang tadi kita dari sana itu”
“Eh dan sungai itu adalah batas aman desa dari si WIto atau Burhan, jadi yaah tadi mas Pariji diproses mbak Jum disungai itu”
“Kalian nggak boleh melakukan penyelamatan pelemasan fenish di tempat suci, karena pagar desa ini bisa lemah….. Eh gini, tadi saya ngobrol sama mbak Jum, ada baiknya mas pariji tinggal diwarung ini saja”
“Jadi ketika dalam keadaan ngatjeng, bisa dilakukan penyelamatan di sungai yang tadi itu” lanjut Widan
“Saya sama siapa disini mas Wildan?”
“Sama mbak Jum saja, sementara saya dan mas Hendrik cari cara untuk menyembuhkan kamu mas”
“Saya penasaran dengan mas Pariji, rasanya saya pernah kenal dengan mas Pariji sebelumnya, semalam saya bermimpi melihat mas pariji di pinggir jalan hutan sedang berdiri entah ngapain” lanjut Wildan
“Lho wenak ente Ji, bisa sama mbak Jum teros Ji, nek aku se, ya mau aja tinggal sama mbak Jum koyok gini”
“Pikiranmu lak nggak pernah nggenah Ndrik, wis diemo Ndrik”
Hehehe tinggal sama mbak Jum disini, siapa yang nolak, ya aku mau aja nek disuruh tinggal disini hehehe, tapi yang tadi dikatakan Wildan, aku kayaknya juga merasa pernah kenal atau pernah tau si WIldan itu, tapi aku lupa dimana.
“Pagi hingga sore ini saya dan Hendrik mau memata matai kegiatan Wito, nanti malam mas Pariji kami jemput disini”
“Lha kalau ada saya, apa warung ini tetep buka mas Wil, saya kan nggak enak sama pembeli makan yang mampir ke warung ini”
“Ya itu nanti tergantung sama mbak Jum mas Pariji, eh gimana mbak Jum, warungnya buka atau gimana nanti?”
“Hihihih demi mas Pariji, Jum rela nutup warung seharian mas Wil”
seru ,...
mimpi yang sangat panjang ya ji.... mimpi yang nggak pernah bangun-bangun...
Hendrik dalam bahaya dong....
asal nebak hhhhh😁
operasi dimana bisa nyembul gede sana sini...???🤣