Vivian: Perempuan Di Ujung Harapan

Hardi pun mengetuk pintu, tak lama kemudian pintu dibuka.

"Kau kenapa lagi ha!"ucap Alex terputus setelah melihat siapa yang ada dihadapannya.

"Emm... Ini saya Tuan..."ucap Hardi yang tampak bingung.

"Ya kau masuklah!"titah Alex yang sudah menetralkan emosinya.

"Apa yang membawamu kesini?" tanya Alex tanpa basa-basi.

"Sebelum itu saya memberikan satu saran tuan."ucap Hardi.

"Apa itu?"tanya Alex sambil menaikkan sebelah alisnya.

"Begini tuan, menurut pengalaman saya, komunikasi yang baik dalam rumah tangga sangat diperlukan. Mungkin Tuan bisa melakukannya dengan baik Tuan. Maaf jika saya lancang memberi masukan. Sebelum akhirnya anda menyesal kembali..."Hardi mengatakan hal tersebut dengan sungkan, sebab dirinya sendiri sudah berumahtangga jadi tau persis apa yang dia alami oleh pasutri.

"Kamu mau mengajariku?"ucap Alex menatap tajam kearah Hardi.

"Saya tidak berani tuan"jawab Hardi.

"Yasudah, Apa itu ditanganmu"Alex sedari tadi menatap kertas yang ada di genggaman Hardi.

"Ini tuan, surat dair Nyonya Aisha yang diberikan dari nyonya Olivia kepada saya, ia memberikan saat saya ingin menemui Tuan dan ia tengah menangis Tuan."ucap Hardi mengatakan yang sejujurnya.

"hmm... Bawa itu kemari dan lanjutkan apa yang ingin kamu sampaikan."Alex menerima surat tersebut dan menyimpannya di laci meja kerjanya. Mereka pun membicarakan tentang beberapa pekerjaan. Setelah selesai Hardi kembali buka suara.

"Baik tuan itu saja yang bisa saya sampaikan. Satu hal yang ingin saya tambahkan lagi Tuan."ucap Hardi.

"Hmm..."Alex yang sibuk membaca berkas-berkas itu menghentikan pekerjaan dan menatap Hardi.

"Tuan, tolong anda jaga perasaan Nyonya Olivia, ibu hamil tidak boleh terlalu emosional apalagi bersedih. Emosinya harus bisa terkontrol. Jika anda mau selamatkan rumah tangga anda, bujuklah Nyonya agar kalian sejahtera."setelah menambah kalimat tersebut Hardi pamit undur diri.

Sepeninggalnya Hardi, Alex terpaku oleh kata-kata Hardi. Kemudian Alex mengambil surat yang dititipkan Aisha pada Olivia untuk dirinya.

-Untukmu My King Alexander Maximus-

Membaca cover surat ini saja membuat Alex tersenyum, tidak sabar Alex pun segera membaca surat tersebut.

-Hai sayangku yang tampan... Kamu mungkin membaca surat ini saat Aku tidak ada disampingmu. Tapi percayalah Aku selalu berada disisimu. Aku begitu mencintaimu sehingga Aku rela menerima takdir ini. Aku juga sangat menyayangi Olivia walaupun keadaan kalian berdua bertemu berawal dari ketidaksengajaan. Aku percaya itulah takdir Tuhan untuk menjagamu setelah Aku pergi...-

-Aku tau kamu masih belum bisa menerima Olivia, tapi percayalah ia adalah perempuan yang baik. Aku merasa ada ikatan batin dengannya. Aku minta padamu jagalah ia seperti kamu menjaga cinta kita. Aku percaya kamu bisa, cintai ia dan terimalah ia dalam kehidupanmu.-

-Aku tidak ingin kamu membantahnya Mas... Aku percaya, Alex ini hatinya lembut tapi tidak bisa mengekspresikannya. Sekarang barang kali kamu menyakiti perasaannya, Aku minta kamu minta maaf padanya. Mintalah Mas... Aku yakin kamu orang yang bertanggung jawab. Aku takut kamu menyesal kemudian hari.-

-Ingat mas, terima ia, cintai ia, ratukan lah ia seperti yang kamu lakukan padaku... Aku mencintaimu segenap jiwa dan ragaku...-

^^^~Yang Mencintaimu Aisha Calantha~^^^

Setelah membaca surat tersebut Alex tertegun, yang ditulis oleh Aisha memanglah benar.

"Kamu benar-benar wanita luar biasa yang pernah Aku temui, Aku berjanji akan melakukan apa yang kamu pinta, taoi maafkan Aku jika harus menduakanmu, tapi ruang dihatiku ada ruangmu yang cukup luas"guman Alex dlaam hati dan bergegas keluar dari ruangannya tersebut bertujuan untuk menemui Olivia dikamarnya.

Tampak Olivia duduk sambil menatap langit malam yang dipenuhi bintang itu.

"Oliv..."panggil Alex sedikit melunak, tapi tidak ada sahutan dari Olivia hatinya terlanjur kecewa.

"Kenapa kamu disini, diluar dingin Oliv..."ucap Alex dan melampirkan selimut ke bahu Olivia.

"Untuk apa kamu kesini?"tanya Olivia dingin.

"Duh mati aku, padahal dulu Olivia kalau dingin cairnya setengah mampus."gumamnya dalam hati sambil memejamkan matanya dalam-dalam dan ia berjongkok sambil menunduk dihadapan Olivia.

"Kamu ngapain?"tanya Olivia heran dengan tingkah Alex kali ini.

"Hff..."Alex menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan.

"Olivia Ayla, maukah kau menerimaku... Menjadi bidadariku dalam suka maupun duka, maafkan segala keegoisanku. Mungkin aku masih belum menyadari bahwa aku mulai jatuh cinta padamu, tapi Aku yakin komitmenku tidak main-main... Kau mau kan, menjadi Bidadari terakhirku?"ucap Alex mengadah menatap dalam-dalam Olivia.

Olivia yang dilamar tiba-tiba begitu tentu saja kaget setengah mampus. Tapi harga dirinya lebih tinggi dari apapun.

"Apaan sih ngga jelas banget, tadi apaan coba bentak-bentak. Trus sekarang merayuku, tidak akan semudah itu ya Mas Alexander ... Entah apa yang disampaikan Mbak Aisha padanya disurat itu... Hmm... Kita ikuti saja permainannya terlebih dahulu..."gumam Olivia dalam hati sambil menatap dalam-dalam mata Alex, mencari kebohongan tapi sialnya itu tidak ada.

"Ekhm... Kamu ngapain mas? duduklah disini..."Olivia mengarahkan Alex untuk duduk disampingnya.

"Mas..., mungkin sekarang ini masih belum bisa mempercayai ucapanmu. Tapi satu yang pasti aku berikan padamu yaitu kepercayaan. Mas harus percaya sama aku begitupun juga aku percaya pada Mas. Aku masih ragu, apa benar mas ini tulus padaku atau hanya merasa kasihan belaka. Aku tidak ingin kamu merasa kasihan padaku, karna aku tidak perlu dikasihani. Apakah kamu bisa memahamiku?"ucap Olivia jujur dari lubuk hatinya.

"Baiklah jika itu yang kamu inginkan..."Alex menggenggam erat tangan Olivia. Merasakan perasaan saat ini, anehnya jantung Alex berdetak lebih kencang.

"Kamu bisa percaya sama Mas... Mas akan buat kamu jatuh cinta padaku dan Aku juga berusaha mencintaimu sangat dalam. Tapi satu yang Aku pinta padamu..."Alex merasa ada mengganjal di hatinya.

"Apa itu Mas?"jawab Olivia cepat.

"Aku ingin kita sama-sama memulai semuanya, saling terbuka satu sama lain. Juga tolong jangan pernah tinggalkan Aku, karna Aku tidak ingin terjadi untuk kedua kalinya. Apa ini terlalu berat bagimu?"ucap Alex yang berharap-harap cemas.

"Tidak, sama sekali tidak Mas. Aku juga tidak akan meninggalkanmu, jika itu bukan permintaan Mas. Maka aku tidak akan meninggalkanmu."ucap Olivia mantap, mendengar jawaban tersebut Alex sangat bahagia. Alex tanpa aba-aba pun memeluk Olivia dengan erat, meresapi aroma tubuh Olivia.

"Kita mulai dari awal ya sayang..." ucap Alex dalam Hati.

Alex melepaskan pelukannya itu, menatap Olivia dalam-dalam. Tampak pipi Olivia bersemu merah seperti tomat yang matang.

"Kamu sangat menggemaskan sekali... Cantik..."ucapan itu berhasil membuat Olivia salting setengah mati.

"Mas jangan begitu... Malu sama dedek..."mendengar kata 'dedek' Alex pun juga tersadar belum pernah melihat tumbuh kembangnya anak yang dikandung Olivia.

"Boleh Mas mengelusnya?"tanya Alex ragu.

"Tentu Mas, kamu Papanya..."jawab Olivia sambil tersenyum, bisa dipastikan Alex seperti ABG yang lagi kasmaran.

*Dug, Dug, Dug.... Tendangan dari perut Olivia membuat Alex antusias.

"Wow, ini seperti magic..."ucap Alex dengan mata yang berbinar-binar.

"Mas... Kamu seperti pertama kalinya menyentuh perut wanita hamil..."ucap Olivia sontak Alex pun terdiam.

"hff..."Alex menghela nafas panjang.

"Seperti nya Aku harus menceritakan sedikit tentang kehidupan yang Aku jalani selama ini."Alex pun memulai percakapannya.

...----------------...

Lanjut Bab Selanjutnya👉👉

*Note: Janji✌️, bab selanjutnya Flashback yang terakhir tentang keluarga Aksel. Kita nanti kembali ke kehidupan Vivian ya guys, terimakasih sudah menjadi pembaca setia karya Auth**or*...🤗🤗