Jelly Putri Wijaya sadar, menikahi seseorang yang tidak dicintai hanya akan membawa masalah. Itulah alasan mengapa ia harus menghentikan rencana pernikahannya dengan Benjamin Huang. Mungkin lebih tepatnya melarikan diri dari pernikahan itu.
Pelarian Jelly ke Hongkong mempertemukan gadis itu dengan Oscar Liu, musisi muda yang sedang naik daun dan digilai fans. Sosok Jelly yang kikuk dan misterius, membuat Oscar tertarik menjadikan gadis itu tameng dari serbuan gosip media.
Perasaan Oscar yang semakin kuat dan kenyataan bahwa Jelly bukanlah gadis sembarangan, membuat Oscar jadi mempertanyakan niatnya. Jelly pun sadar bahwa ia tidak bisa selamanya melarikan diri. Ketika masa lalu dan masa depan bertarung di depannya, akankah Jelly kembali lari dan menjauh dari kebahagiaan?
Bagaimana kisahnya? yuk ikuti di novel baruku.. 🙏
Jika suka, like, komen positif, sub, rate 5 and share ya.. Terimaka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Violetta Slyterin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7.
"Apa kau ingin duduk di sisi jendela?"Oscar bertanya ketika menyadari gadis itu terus melirik jendral di sampingnya." Kalau kau memang ingin bertukar tempat, aku bisa... "
"Tidak, tidak perlu,"
Kedua alis Oscar terangkat kaget. Selama beberapa detik otaknya mendadak beku menerima balasan tajam semacam itu. Matanya menyipit saat dirinya itu bersandar dan mencoba menenggelamkan diri ke kursi."Baiklah kalau begitu." Ia melirik jendela di sisi sampingnya sebentar, lalu menoleh lagi.
Wah, gadis yang sinis rupanya. Oscar mengamati gadis itu dan mencoba mereka- reka apa yang telah menjadi beban pikiran gadis itu atau setidaknya memikirkan kesalahan apa yang Oscar Liu lakukan yang membuat gadis itu tersinggung. Sadar dirinya ini tidak menemukan kesimpulan apapun, Oscar Liu hanya bisa menggeleng bingung. Baru kali ini ia bertemu gadis ketus seperti ini. Atau persisnya, baru kali ini ada gadis yang begitu ketus terhadapnya.
Oscar Liu berdecak dalam hati.Sepertinya ia turut merasakan penerbangan ini akan menjadi suatu penerbangan yang terpanjang dalam sejarah baginya dan seumur hidupnya. Ia yakin itu.
****
"Kendalikan dirimu, Jelly... " Jelly Putri Wijaya sedang meremas jemari di pangkuannya saat memikirkan keadaan pesawat. Perasaannya semakin ketar- ketir. Ia mencoba untuk menahan sesak yang tiba-tiba luar biasa meremas- remas lehernya. Tenangkan dirimu, Jelly. Semua ini akan berakhir. Jelly memejamkan matanya sekilas ketika pesawat mulai melaju, dan perlahan tapi pasti.
Seharusnya ia tidak mengambil cuti dari pekerjaan yang digelutinya untuk melakukan rencana yang telah lama dipendam olehnya. Rencana yang Jelly yakin menjadi rencana terbodoh bagi dirinya saat ini. Ugh, kenapa pula ia harus memikirkannya sekarang?
Seharusnya Jelly jujur saja pada papanya kalau ia tidak setuju atas keputusan mamanya yang ingin Jelly menikah dengan Benjamin Huang. Karena ia ingat mamanya dan orangtua Benjamin Huang itu adalah teman dekat, perjodohan Jelly Putri Wijaya itu dengan Benjamin Huang tentu saja menjadi sebuah ide yang bagus.Namun di mata Jelly Putri Wijaya, hal itu jelas sebuah kekeliruan. Dan salahnya, Jelly Putri Wijaya terlanjur menerima tanpa perlawanan.
"Seharusnya aku memberitahumu, Papa," gumam jelly Putri Wijaya. Ia yakin papanya akan berada di pihaknya. Papanya selalu lebih memahami semua perasaannya dibandingkan dengan mamanya. Ahh, karenanya saat orangtuanya bercerai, Jelly Putri Wijaya memutuskan untuk tinggal bersama papanya.
"Oh, tidak..." Jelly merasa seakan-akan menelan baru ketika mengintip keadaan pesawat sekali lagi. Dan pikirannya kembali dihantui ketakutan ketika ia dapat merasakan pesawat bergetar cukup keras. Ia pun bisa merasakan punggungnya langsung merosot perlahan dari sandaran melihat deretan kursi yang mengapit lorong pesawat, bergerak- gerak dan dapat mengeluarkan bunyi mengerikan.
Aku benci pesawat. Aku benar-benar benci yang di namakan pesawat! Jelly Putri Wijaya seperti dirinya ini akan meledak saat pesawat berguncang dan ikut bergerak menanjak. Bunyi benda- benda yang juga bergerak dalam pesawat membuatnya semakin ingin menangis dan menjerit. Benar saja, air matanya kini mulai menggenang dan nyaris tumpah sekarang. Ia merasa lumpuh, Jelly Putri Wijaya mencoba untuk menutup telinganya rapat- rapat. Apa pun yang ingin dilakukannya untuk melawan kengerian yang telah semakin melumat setiap saraf dalam dirinya saat ini, termasuk menahan napas.
Beberapa menit kemudian...
Jelly Putri Wijaya masih menahan napasnya hingga pandangannya mulai berkunang- kunang. Tepatnya ketika tubuhnya melunglai di kursi, segalanya terasa mendadak terlihat gelap.
Sangat gelap. Dan hening.
****
Oscar Liu memasang earphones pada kedua telinga sambil sebelah tangannya mencari- cari lagu favorit di iPod. Saat melihat- lihat situasi dalam pesawat, ia menoleh sekilas ke arah gadis yang duduk di sisi sampingnya. Kedua alisnya langsung terangkat.
Matanya sekilas melebar. Oscar hampir saja merasa dirinya akan terlonjak dari kursi.
Kenapa gadis ini? Pingsan? Oscar Liu melepaskan earphones- nya dan memeriksa penumpang yang di sekitar sambil berjaga-jaga. Ia perlu memastikan tak ada satu orang pun mengetahui apa yang terjadi di dalam pesawat atau lebih tepatnya di kursi sebelah dirinya ini.
Ya, gadis pengeruk sampah yang sinis itu tidak lagi bergerak sama sekali. Kepala gadis itu malah terlihat menggantung di lorong, dan jelas ini bukan posisi tidur. Oscar Liu tidak ingin penumpang lain berpikir macam- macam terhadap dirinya kalau dirinya ini membiarkan gadis itu.
"Hei, " bisik Oscar Liu sambil mencondongkan wajah. " Kau mendengarku, Nona?" Oscar Liu bahkan belum berani untuk menyentuh gadis itu dan menolak untuk melakukannya, kecuali terpaksa. Ia terlalu ngeri dan membayangkan jika gadis itu tiba-tiba bangun dan melihat tangan Oscar Liu di tubuhnya. Gadis itu sudah pasti berteriak dan menyebutnya pemerkosa.
Sekali lagi Oscar Liu memanggil, namun gadis itu tetap bergeming. Mulai merasa khawatir, Oscar Liu mengintip penumpang di sekitarnya. Matanya kini semakin melebar saat melihat seorang bocah laki- laki berumur lima tahun, tetap saja Oscar Liu akan merasa gugup ketika dipandangi seserius itu.
"Baiklah, " kata Oscar Liu memutuskan. Tak ingin lagi merasa gelisah terlalu lama, kali ini ia menjulurkan telunjuknya ke bawah hidung gadis disebelahnya. Ia perlu memastikan gadis itu masih bernapas atau sebaliknya. Supaya Oscar Liu bisa memutuskan apa yang dipikirkannya yaitu apakah tubuh gadis ini perlu di buang dari pintu darurat atau tidak.
Masih. Gadis itu masih bernapas.
Tanpa pikir panjang Oscar Liu menarik dan tangan mengguncangkan kedua pundak gadis itu." Nona, kau harus bangun." Ia menepuk-nepuk pipi gadis itu. " Oh, sial... "
Oscar Liu refleks mengangkat tangannya saat tubuh gadis itu, entahlah bagaimana, terhenyak di atas pangkuannya. Setidaknya ia beruntung tak ada satu orang penumpang yang menyadari kebingungannya saat ini, kecuali bocah laki-laki usia lima tahun yang masih mematung ke arahnya. Alis Oscar Liu mulai bertautan saat memperhatikan anak itu lagi. Entah apa yang salah, tapi Oscar Liu menjadi berpikir bahwa anak itu patung lilin minimal Jackie Chan atau semacamnya.
Belum sempat menjauhkan gadis yang pingsan itu dari tubuhnya pesawat tiba-tiba berguncang. Mata Oscar Liu melebar ketika gadis di pangkuannya tak sengaja terantuk besi gesper sabuk pengaman milik dirinya. Oscar Liu cepat- cepat memasang ekspresi setenang mungkin melihat ada pergerakan pada diri gadis itu.
"Kenapa lagi kening ini... " Suara gadis itu terdengar Seperti mengeluh saat mengusap- usap kening. Ia menyipit ke arah Oscar Liu dan sekitarnya. " Ah, benar. Aku masih di pesawat."
"Kita baru terbang selama lima belas menit. " Oscar Liu ikut memeriksa ke sekitar, heran sekaligus lega. Lega karena gadis itu tidak bertanya kenapa ia bisa terbangun di pangkuan Oscar Liu.
"Sulit dipercaya, " desah gadis itu. Kali ini sambil memijat- mijat pelipis dan bersandar di kursinya. Ia menoleh ke arah Oscar Liu sebentar, lalu terlihatlah menggeleng- gelang kesal. "Seharusnya aku ini tidak melakukan perjalanan ini. "
"Dengar, aku senang kau sudah sadar, " kata Oscar Liu. Gadis itu meliriknya."Aku tidak tahu kau tidur atau pingsan barusan. Kupikir kau mati, tadinya."
"Pingsan? "
"Lupakan saja. Sebentar lagi pramugari akan datang mengantarkan makan siang. Kau harus makan."
Gadis itu masih kelihatan bingung di sampingnya, tapi Oscar Liu enggan menceritakan apa yang terjadi dengan dirinya selama gadis itu pingsan. Ia tidak mungkin memberitahukan bahwa niatnya hendaklah melempar tubuh gadis itu dari pintu darurat.
Bersambung!!