NovelToon NovelToon
La' Grande

La' Grande

Status: tamat
Genre:Tamat / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Wanita
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Shan_Neen

Seorang penulis pemula yang terjebak di dalam cerita buatannya sendiri. Dia terseret oleh alur cerita yang dibuatnya, bahkan plot twist yang sama sekali tak terpikirkan sebelumnya. Penasaran kelanjutan cerita ini? Ikuti lah kisah selengkapnya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan_Neen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 13

Hari berganti, sudah satu minggu Marlin bekerja di La’ Grande dengan pencapaian yang sangat cepat.

Kabar dia bisa mendapatkan proyek solo dari Ethan tersebar, dan semakin membuatnya menjadi pusat perhatian.

Beberapa ada yang memujinya akan hal tersebut, namun tak sedikit yang mencibirnya dan menganggap bahwa dia penghianat timnya, karena sudah mencuri proyek yang seharusnya menjadi milik tim 4.

Bahkan, dia sampai malas pergi ke cafetaria, hingga membuatnya lebih memilih pergi ke taman yang ada di rooftop, hanya untuk beristirahat dan memakan bekalnya meski cuma sepotong roti.

“Disini kau rupanya. Ku chat dari tadi, tapi baru kau balas,” ucap Julia yang baru saja datang.

Dia mencari temannya tersebut yang biasa ditemui di cafetaria, namun hari ini Marlin tak datang.

“Aku malas bertemu orang-orang. Mereka hanya bisa bicara seenaknya, tanpa tau yang sebenarnya,” tutur Marlin.

Julia duduk di samping Marlin, sambil meminum kopi yang dibelinya dari lantai bawah.

“Kau benar-benar terkenal sekarang. Selamat ya,” ledek Julia.

“Hah... gara-gara Lusy, rencana ku untuk menjadi bayangan jadi gagal,” keluh Marlin

“Hahaha... kau ini memang unik. Semuanya ingin sepertimu, tapi kau malah ingin menyembunyikan diri,” keluh Julia sembari kembali meneguk kopinya.

Marlin tak menyahut dan lanjut mengunyah makanannya dengan tenang.

“Kapan proyekmu dimulai?” tanga Julia.

“Lusa. Hari ini, aku harus ke tempat itu untuk melihat lagi, siapa tahu ada detail yang bisa ditambahkan, atau memang sudah cukup,” jawab Marlin.

“Apa datanya belum lengkap? Apa tim mu menyembunyikan sesuatu dari mu?” tanya Julia khawatir.

“Tidak. Aku hanya ingin melihat secara langsung saja tempat yang akan ku renovasi nanti. Rasanya kurang pas jika hanya melihat lewat gambar,” ujar Marlin.

“Ehm... baiklah. Kalau begitu semoga proyek pertamamu ini sukses,” ucap Julia.

“Kau juga,” sahut Marlin.

Keduanya kembali menikmati hidangan masing-masing, hingga waktu istirahat selesai.

Marlin kembali berkutat didepan meja kerjanya, diiringi tatapan tajam dari anggota tim yang merasa sudah dikalahkan oleh gadis itu.

Namun Marlin seolah tak peduli, karena dia tak merasa salah, dan justru mereka yang memulai semua kekacauan ini.

Sekitar pukul tiga sore, Marlin telah selesai dengan pekerjaannya, dan hendak menuju ke ruangan yang berada diujung koridor, tempat tim 1 berada.

Namun, tiba-tiba Lusy menghadangnya, dengan kedua lengan yang terlipat di depan dada.

“Jangan terlalu percaya diri. Selalu ada kemungkinan buruk yang tak bisa diprediksi,” ucapnya dengan senyum mengejek ke arah Marlin.

“Aku tak ada waktu meladeni ocehan mu itu. Sebaiknya kau bekerja, dari pada mencari masalah dengan ku,” sahut Marlin tanpa takut sedikitpun.

Dia berlalu meninggalkan Lusy, yang terlihat terus tersenyum aneh ke arah Marlin.

Di ruang tim 1, tatapan mereka seperti tak berbeda dengan anggota timnya.

Pasti karena rumor itu, terka Marlin.

Gadis keriting tersebut mencoba bersikap sebiasa mungkin, dan masuk menyapa setiap orang yang ada di sana.

“Permisi, perkenalkan saya Marlin Yang dari tim 4. Saya ingin bertemu dengan Nona Yue,” sapanya ramah, lengkap dengan senyum termanis.

Namun, tak satupun anggota tim 1 menyahut, dan seolah tak menganggap Marlin ada disana.

“Masuklah ke dalam,” seru seseorang yang baru saja masuk ruangan.

Seorang wanita paruh baya sekitaran tiga puluh tahun, dengan gaya semi formal, serta rambut coklat gelap bergelombang, berjalan mendahului Marlin dan masuk kedalam ruang pertemuan tim 1.

Marlin yang hanya memperhatikan saja, membuat wanita tersebut kembali menoleh ke arah gadis itu.

“Sedang apa kau disana? Cepatlah,” seru wanita tadi yang ternyata sedang dicari Marlin.

“Oh... baiklah,” sahut Marlin bergegas.

Dia menyusul Nona Yue masuk ke dalam ruang pertemuan. Disana, wanita tersebut sudah duduk sembari memegang salinan presentasi Marlin tempo hari.

“Perlihatkan cetak birunya padaku,” serunya sembari melihat salinan itu.

“Baik,” sahut Marlin cepat.

Gadis itu pun membuka gulungan kertas yang tadi dibawanya, dan menggelar lembaran besar itu di atas meja.

Keempat sisinya ia tindih dengan sembarang benda yang ada di sana, agar bisa terbentang sempurna.

Mereka berdua pun berdiskusi, dengan Marlin yang lebih banyak menjelaskan setiap pertanyaan dari Nona Yue.

Beberapa kali Nona Yue juga memberikan saran, dan langsung dicatat oleh Marlin, dan ada juga yang langsung dia aplikasikan di atas cetak birunya.

“Kurasa ini sudah cukup. Ini hanya proyek kecil untuk merenovasi sebuah toko roti yang akan segera dibuka. Sebenarnya untuk sebuah tim desain, ini adalah hal yang sangat mudah. Tapi bahkan tim 4 tak bisa melakukannya. Pantas jika Tuan Wang memberimu proyek ini sebagai proyek solo,” ucap Nona Yue.

“Sebenarnya aku tak bermaksud membuat proyek ini menjadi debut soloku. Pengalamanku belum sebaik itu,” tutur Marlin.

Perasaannya tak enak jika terus menerus dianggap merebut proyek itu dari timnya.

Namun gosip sudah terlanjut beredar.

“Di sini siapa yang dinilai mampu, dialah yang akan melesat jauh. Tim 4 sudah sering mendapat nilai evaluasi yang buruk, bahkan saat menangani proyek-proyek kecil sekalipun.”

“jadi saat ada desain sebaik, ini sudah pasti itu bukan dari mereka.”

“Kau tidak perlu merasa tidak enak. Hal seperti ini sudah biasa terjadi dalam setiap kompetisi,” terang Nona Yue panjang.

Marlin merasa sedikit tenang, setelah mendengar kata-kata Nona Yue yang seolah membela dirinya, meski dia pun tak yakin apa yang dipikirkan wanita itu di belakang.

Setidaknya, ada yang mau memberinya semangat, dan kata-kata yang positif ditengah rumor buruk tentangnya.

Pukul lima sore, Marlin terlihat sudah berkemas dan akan meninggalkan perusahaan.

Dia hendak pergi menuju ke tempat yang akan direnovasinya lusa.

Butuh waktu sekitar satu jam untuk Marlin sampai ditempat tersebut, yang terletak di area distrik Ginko, sebelah barat pusat kota.

Meski lelah, namun gadis itu terlihat masih sangat bersemangat melakukan pekerjaannya.

Di dalam bus, dia mencoba mengistirahatkan tubuhnya, dengan duduk santai sembari menikmati pemandangan kota sore itu.

Saat di lampu merah, tiba-tiba matanya melihat sebuah mobil mewah berhenti tepat disampingnya.

Aku seperti mengenal Mobil itu, batin Marlin.

Dia berusaha melihat ke bagian kemudi, namun kesulitan karena posisinya yang lebih tinggi dari mobil tersebut.

Ah... sepertinya hanya mobil yang mirip saja. Biarkan saja lah, lanjutnya dalam hati.

Bersambung▶️▶️▶️▶️▶️

Jangan lupa like, komen, rate dan dukungan ke cerita ini 😄🥰

1
Evelyne
haiii... awal yg bagus... cuuusss... kita lanjut... apakah semakin seru di part selanjut nya...☺️🤗
🐌KANG MAGERAN🐌: semoga suka ya kak 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!