NovelToon NovelToon
Menjemput Cahaya

Menjemput Cahaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: Lianali

Sekuel dari cerita Jual Diri Demi Keluarga.

Setelah melewati masa kelam yang penuh luka, Santi memutuskan untuk meninggalkan hidup lamanya dan mencari jalan menuju ketenangan. Pesantren menjadi tempat persinggahannya, tempat di mana ia berharap bisa kembali kepada Tuhannya.

Diperjalanan hijrahnya, ia menemukan pasangan hidupnya. Seorang pria yang ia harapkan mampu membimbingnya, ternyata Allah hadirkan sebagai penghapus dosanya di masa lalu.



**"Menjemput Cahaya"** adalah kisah tentang perjalanan batin, pengampunan, dan pencarian cahaya hidup. Mampukah Santi menemukan kedamaian yang selama ini ia cari? Dan siapa pria yang menjadi jodohnya? Dan mengapa pria itu sebagai penghapus dosanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26_Jebakan Untuk Santi

Matahari sudah condong ke barat saat Santi berjalan menuju asrama. Seharian ini ia sibuk membantu di dapur, dan sekarang yang ia inginkan hanyalah sedikit istirahat sebelum magrib. Namun, di balik dinding koridor, tiga pasang mata memperhatikannya dengan tatapan penuh siasat.

Viona, Syasa, dan Vivi berdiri di sudut asrama, menahan tawa sambil melirik ke arah lantai yang baru saja mereka jebak. Syasa berjongkok, menekan-nekan botol pembersih lantai yang telah ia tuangkan secara diam-diam di tengah lorong. Cairan bening itu menyebar tipis, hampir tak terlihat, tapi cukup untuk membuat siapa pun yang menginjaknya terpeleset.

"Kira-kira dia jatuh nggak, ya?" bisik Vivi, menahan geli.

"Jelas! Tadi aku aja hampir kepeleset waktu ngeratain cairannya," jawab Viona pelan.

Mereka bertiga menahan napas saat Santi semakin dekat. Gadis itu berjalan seperti biasa, tidak menaruh curiga sedikit pun. Sepatu sandalnya menyentuh lantai yang licin, dan dalam hitungan detik—

Blep!

"Aaah!" Santi kehilangan keseimbangan. Tubuhnya melayang sesaat sebelum jatuh dengan suara bruk yang cukup keras. Tangannya berusaha meraih sesuatu, tapi yang ada hanya udara kosong. Sekujur tubuhnya terasa nyeri, terutama bagian pinggul yang terbentur lantai.

Di balik tembok, Viona, Syasa, dan Vivi menutup mulut, berusaha menahan tawa. Tapi wajah mereka berubah panik saat melihat Santi mengerang kesakitan.

"Aduh… sakit banget," lirih Santi sambil mencoba duduk, tapi tulang-tulangnya terasa remuk.

Ketiga gadis iseng itu saling pandang. Mereka tidak menyangka jebakan yang mereka buat ternyata berdampak sebesar ini.

"Kita… kita gimana, nih?" bisik Vivi dengan suara gemetar.

Viona menggigit bibirnya. Ia tidak pernah berpikir sejauh ini. Mereka hanya berniat menjahili Santi, bukan benar-benar mencelakainya.

Sementara itu, Santi mengusap pelipisnya yang sedikit pusing. Ia menatap lantai dan menemukan bekas cairan bening di sana. Seketika, matanya menyipit curiga.

"Kenapa bisa cairan pembersih lantai berceceran di sini ?" gumamnya pelan, sambil merasakan sakit pada sekujur tubuhnya.

Dari balik dinding, Vivi semakin panik, "gimana kalau dia lapor ke pengurus asrama?"

Syasa menelan ludah, "kalau sampai ketahuan, kita bisa kena hukuman bersihin asrama sebulan!"

Ketiganya membatu di tempat, tak tahu harus lari atau pura-pura tak tahu. Namun, sebelum mereka sempat mengambil keputusan, suara langkah kaki terdengar dari ujung koridor.

"Santi, kamu nggak apa-apa?" Adam dengan panik langsung menghampiri Santi, "siapa yang bikin lantai jadi licin begini?"

Santi mengerang kesakitan, "entahlah Ustadz," jawabnya dengan suara tenang, "mungkin ada orang yang tidak sengaja menumpahkan cairan pembersih lantai disini, dan lupa membersihkannya."

Viona, Syasa, dan Vivi menahan napas, melihat Adam di sana. Tapi, hati Viona semakin memanas, niat hati untuk mengerjai Santi ia malah mendapatkan perhatian dari Adam.

"Ya sudah, sini saya bawa kamu ke ruang kesehatan," ujar Adam, langsung menggendong Santi.

Tentu saja hal ini membuat Santi, dan ketiga pelaku yang tengah bersembunyi di balik tembok terkejut.

"Tidak perlu Ustadz, saya bisa jalan sendiri," ujar Santi meski kakinya begitu sakit sekali, ia tak pasi apakah dia bisa berjalan sendiri atau tidak, yang pasti ia tidak mau digendong begini oleh ustadz Adam. Kalau para santri melihat, apa yang akan terjadi.

"Sudah, jangan banyak bicara, kakimu sakit, bagaimana mungkin kamu bisa berjalan sendiri," ujar Adam sambil berjalan terus menyusuri koridor.

Santi menatap wajah Adam dari gendongan Adam. Hatinya sedikit merasa terharu melihat kebaikan Adam. Meski aura Adam menurutnya sangat menakutkan. Tapi, ia tidak bisa berbohong kalau Adam itu sangatlah tampan. Tak, kalah tampan dari Fahri, yang selama ini menjadi pujaan hatinya.

Para santri yang melihat hal itu langsung menghentikan aktivitas mereka, melihat dengan sangat terkejut dimana Santi kini dalam gendongan Adam.

"Itu ustadz Adam dan Santri baru itu kan?"

"Wahh ada apa ini?"

Para santri berbisik riuh, tapi Adam tidak menghiraukannya.

"Santi, ada apa ini Ustadz?" ujar Fatimah ketika melihat Santi di dalam gendongan Adam.

Tapi Adam diam saja, langkanya ia percepat.

Fatimah dan kedua temannya dengan panik mengikuti Adam dari belakang.

Adam tadi ingin membawa Santi ke ruang kesehatan pesantren, tapi ia sangat khawatir, jadi ia putuskan untuk membawa Santi ke rumah sakit saja.

"Fatimah, buka pintu mobil ini," ujar Adam. Dan Fatimah langsung membuka pintu belakang.

Alea masuk terlebih dahulu, kemudian Adam memasukkan Santi lalu di susul oleh Fatimah. Sedangkan Zahra duduk di depan, di samping Adam.

Adam menyetir dengan kecepatan tinggi. Tak lama kemudian mereka sampai di rumah sakit. Dengan cepat Santi di tangani.

*****

"Siapa yang melakukan ini?" ujar Kiyai Nasir, mengumpulkan seluruh santri dan santriwati di dalam Aula.

Suasana malam ini menjadi sangat tegang. Para Santri dan Santriwati merasa jantung mereka hampir copot dari tempatnya, menyaksikan kemarahan Kiyai Nasir, yang jarang marah ini.

"Saya tanya sekali lagi, siapa yang berani melakukan hal ini?" ucap Kiyai Nasir semakin tegas.

"Perundungan di pesantren ini adalah hal yang sangat diharamkan, dilarang, dan barang siapa yang ketahuan menjadi pelaku perundungan akan dipanggil orang tuanya, atau bahkan dikeluarkan dari pesantren ini," tegas Kiyai Nasir.

Semua orang menunduk ketakutan.

Adam yang di belakang Kiyai Nasir ikutan menjadi geram, satu persatu wajah wajah santri dan Santriwati itu ia tatap dengan seksama.

"Kalian di sini sudah dibekali ilmu agama, tapi kenapa kalian masih tega mendzolimi orang lain. Kalian tahu dosa mendzolimi orang lain tidak akan diampuni sebelum orang itu meminta maaf kepada orang yang dizholimi memaafkan," ujar Kiyai Nasir.

Semua santri semakin menunduk.

Viona, Syasa, dan Vivi semakin ketakutan. Tapi, mereka sudah berjanji untuk memasang wajah datar untuk menutupi kesalahan mereka.

"Baiklah, jika di dalam barisan tidak ada yang mengaku, maka 1x24 jam saya tunggu pelakunya untuk menghadap kepada saya," ujar Kiyai Nasir setelah lama berceramah.

Semua Santri menunduk.

Kiyai Nasir pun membubarkan barisan.

Di sisi lain, Santi tengah terbaring di ruang rumah sakit dengan kaki yang tengah di perban.

"Tega sekali yang melakukan ini kepadamu Santi," ujar Fatimah tidak tega melihat Santi yang tengah terbaring lemah di ranjang rumah sakit.

"Tidak apa apa, mungkin mereka juga tidak sengaja menjatuhkan cairan pembersih lantai itu di sana, kita tidak tahu. Jangan berburuk sangka," ucap Santi.

"Awas aja kalau orangnya ketahuan, habis tuh orang," ujar Alea kesal.

Santi hanya tersenyum tipis.

Sementara itu Adam, Kiyai Nasir, dan Bu Nyai Halimah sedang berbincang di rumah.

"Sudah lama perundungan di Pesantren ini hilang, kenapa sekarang muncul lagi perundungan," ujar Kiyai Nasir geram.

"Bener itu Bi, kita harus beri sanksi tegas bagi mereka yang kedapatan melakukan perundungan," lanjut Bu Nyai Halimah.

Adam hanya mengangguk saja, setuju.

Di sini Lain, Viona, Syasa, dan Vivi sedang ketakutan di dalam kamar mereka.

"Bagaimana ini?" ujar Syasa ketakutan.

"Aku takut, apa kita mengaku saja kepada Kiyai Nasir, siapa tahu hukuman kita jadi lebih ringan," ujar Vivi.

"Bener, kita ngaku aja yuk, aku juga takut," ucap Syasa.

"Dasar bo*doh. Kalian berdua ini punya pikiran apa tidak sih? Kalau kita mengaku maka orang tua kita akan dipanggil, dan yang paling buruk kita akan dikeluarkan dari pesantren ini. Memangnya, kalian sudah siap di marahin sama orang tua kalian?" ujar Viona dengan tegas.

Syasa dan Vivi spontan menggelengkan kepalanya. Orang tua mereka sangat pemarah, jadi tentu saja mereka tidak mau hal itu terjadi.

"Nah, kalau begitu kalian berdua diam saja. Kita harus pura pura tidak tahu apa apa. Toh, tidak ada yang tahu kan siapa pelaku aslinya? Jadi selama kita diam, maka kita akan aman," jelas Viona.

"Kalian berdua paham kan?" tanya Viona memastikan.

Syasa dan Vivi mengangguk, "paham."

"Bagus, jadi sekarang, kalian harus memasang ekspresi wajah santai, seolah-olah kita bukanlah pelakunya!" perintah Viona, yang diikuti anggukan paham oleh Syasa dan Vivi.

1
Susi Akbarini
ya ampun sebenarnya Ros jga tahu Fahri...
tqpi kenapa ia cuek gtu..
apa yg membuatnya begitu..
atau emang orangnya gak mau gr..

klo gtu..
fahri harus swgera nembak.

biar Ros tau kalo fahri suka ama Ros..
❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
laahhhh..
Fahri harusnya sat set cari no wa Ros..
bisa tanya Adam kan..
kenapa Ros punya firasat gak enak..
aoa dia jga ada rasa ama Fahri ...

klao iya..
kenapa kesannya dia cuek seolah gak ibgat mereka pernah temenan saat SMA..

Adam..
Adam..
kok gak muncul2..
kangen ini..
😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
waduhhh..

Adam amna Adam.

kok gak munvil..
kangen ini..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
ngaku aj Fahri klao Ros cinta pertama dan terakhirmu..
biar abi dan umimu pergi melamar Ros...
❤❤❤❤❤❤
0v¥
thor udah lama ngak up up
Susi Akbarini
jeng3..
klao sampai ketahuan gmna ya..
aoa mereka akan langsung dinikahkan?

apakah adam tidak kecewa saat tau santi gak perewan???
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
waaahh..

fahri bisa salah paham.

pasti ros yg dikira mau dijodohkan ama dia..
pasti fahri langsung terima..

atau ris yg akhirnya sadar ada rasa ke fahri saat tau fahri mau dijodihka ama sahabatnya...

penasarannn....
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kak...

kok lama gak up..
kangen ama adam dan santi...
❤❤❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kalao suka halalin aja..
jgn asal nyosor..
bahaya donk..
kan udah jadi ustad..
😀😀😀❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
sayang di pesantren gak ada cctv..

myngkin saja ada yg lihat mereka lagi ambil vairan pel atau saat nuang di lantai..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
kalo suka ama santi..
halalin aja.

😀😀😀❤❤❤❤
Susi Akbarini
adam terciduk..
😀😀😀❤❤❤❤❤
Diana Dwiari
bakal ketahuan ga ya.....
Lianali
cerita yang penuh makna.
Susi Akbarini
Adam ..
dingin..
menghanyutkan..

❤❤❤❤❤❤😉
Susi Akbarini
sebagai mantan penikmat wanita.

pasti Adam.paham Santi punya daya tarik pemikat..

mudah2an..
Adam.mau halalin Santi lebih dulu...
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
oalah..
mudah2an karena sama2 pendosa..
jadi sama2 mau neryonat dan menyayangi..
❤❤❤❤❤
Susi Akbarini
tatapan Adam seperti menginginkan Santi..
Santi jadi gak kuat..
😀😀😀❤😉❤
Susi Akbarini
mungkin Adam ada rasa ama Santi.

atau jgn2 Dam pernah tau Santi sblm mereka ktmu di bus.

mungkinkah hanya Adam yg tulus mau nikahi Santi..
mengingat ibu Adam kan udah meninggal.. .
jadi gak ada yg ngelarang seperti ibu Fahri..
❤❤❤❤❤❤
Diana Dwiari
ada yang panas nih.....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!