NovelToon NovelToon
Ellisa Mentari Salsabila

Ellisa Mentari Salsabila

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Pengganti / Mengubah Takdir / Kehidupan di Kantor / Identitas Tersembunyi / Keluarga
Popularitas:714
Nilai: 5
Nama Author: Umi Nurhuda

"Syukurlah kau sudah bangun,"

"K-ka-kamu siapa? Ini… di mana?"

"Tenang dulu, oke? Aku nggak akan menyakitimu.”

Ellisa memeluk erat jas yang tadi diselimuti ke tubuhnya, menarik kain itu lebih rapat untuk menutupi tubuhnya yang menggigil.

"Ha-- Hachiiih!!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Umi Nurhuda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Esa jatuh

Saat Esa menaiki tangga dengan langkah cepat, pikirannya melayang pada percakapan santai tadi bersama Sam.

Namun, langkahnya terhenti ketika tiba-tiba dari ujung tangga, seorang pria bertopi hitam berlari dengan tergesa-gesa, seolah menghindari sesuatu.

Pria itu tidak memperhatikan jalannya dan langsung menyerobot melewati Esa, mendorong tubuhnya dengan kasar.

"Hei!" teriak Esa refleks, tapi belum sempat dia bertindak, tubuhnya kehilangan keseimbangan.

Dengan kecepatan yang tak terkendali, Esa jatuh ke belakang. Tubuhnya terguling-guling menuruni tangga yang curam, hampir satu lantai penuh.

Suara dentuman keras tubuhnya bertemu dengan anak tangga membuat beberapa orang yang berada di dekat sana spontan berteriak kaget.

"Pak Esa!" seseorang berteriak, tapi terlalu terlambat.

Esa tergeletak di dasar tangga dengan posisi tubuh tidak wajar, kepala bagian kanan terlihat berdarah. Matanya terpejam, tak ada tanda-tanda dia sadar.

Satpam yang menjaga area tersebut langsung berlari mendekat dengan wajah panik. "Panggil ambulans sekarang!" serunya kepada rekannya yang berada di dekat pintu. Orang-orang mulai berkumpul di sekitar tubuh Esa, wajah mereka penuh kekhawatiran.

Beberapa orang mulai mencoba menenangkan situasi, namun tatapan mereka tertuju pada darah yang mulai mengalir dari luka di kepala Esa.

Sementara itu, pria misterius yang menyerobot tadi sudah tidak terlihat lagi. Salah seorang satpam lainnya mencoba mengejar jejak pria itu, tapi orang itu sudah melarikan diri.

Di tengah hiruk-pikuk tersebut, suara sirine ambulans mulai terdengar dari kejauhan. Tim medis bergegas masuk membawa tandu, sementara satpam dan beberapa orang membantu membuka jalan.

Esa segera diangkat dengan hati-hati ke atas tandu. Salah satu tim medis memeriksa kondisi Esa dengan serius.

"Dia mengalami benturan keras di kepala. Kita harus membawanya ke rumah sakit secepat mungkin," kata salah satu petugas medis kepada orang-orang di sekitarnya.

Sam, yang baru saja keluar dari lift, melihat kerumunan di sekitar tangga. Rasa cemas langsung menyergapnya. "Apa yang terjadi di sini?" tanyanya, berjalan cepat mendekati kerumunan.

Namun, langkahnya terhenti ketika matanya menangkap sosok Esa di atas tandu dengan darah mengalir dari kepalanya.

"Esa!" Sam berteriak dengan wajah penuh kepanikan, langsung berlari ke arah sahabatnya.

Tim medis segera menenangkannya. "Kami harus segera membawanya. Anda bisa menyusul ke rumah sakit," kata salah satu petugas.

Sam berdiri membeku, otaknya memutar kejadian itu berulang-ulang. "Siapa yang melakukan ini?" Gumamnya dengan rahang mengeras. Kepalanya penuh dengan kemarahan bercampur kekhawatiran. "Gue harus cari tahu," tekadnya.

Sam menuju ruang CCTV, berdiri tegang di depan layar monitor, tangannya terlipat di dada, matanya fokus pada gambar yang terputus-putus.

Giginya menggigit kuku jempol dengan gugup, sementara tangan kirinya mengetuk-ngetuk meja dengan ritme tak sabar. Setiap detik terasa semakin mencekam, semakin membuatnya cemas akan kondisi Esa.

"Bos, pelakunya... misterius. Kami kesulitan mengidentifikasi wajahnya," ujar salah satu petugas yang sedang memeriksa rekaman.

Sam menggebrak meja dengan keras. "Sial! Memang ada yang sengaja melakukannya! Ini nggak bisa dibiarkan gitu aja. Gue nggak akan biarin masalah ini berlarut-larut, ngerti?!" Suara Sam menggelegar.

Petugas itu hanya bisa mengangguk ketakutan, jelas melihat betapa seriusnya Sam dalam menghadapi masalah ini. "Kami akan teliti lebih lanjut, bos."

"Ya! Lacak asal-usul orang itu, sampai ke mana pun dia pergi, bahkan ke detail sekecil apapun sampai ke ujung kakinya. Teliti dengan seksama!" Perintah Sam dengan nada tegas. Matanya tajam, tidak ada ruang untuk kesalahan.

"Baik, bos!" Petugas itu langsung sibuk kembali memeriksa rekaman dengan penuh perhatian.

Sam keluar dari ruang CCTV dengan langkah cepat, pikirannya tak henti-hentinya berputar tentang kejadian yang menimpa Esa.

"Padahal tinggal besok rapat penting proyek IT Tower. Kenapa ini musti terjadi?!" Sam memaki dalam hati.

Dengan mobil yang meluncur cepat di jalanan kota yang sibuk, Sam tidak bisa menghilangkan rasa cemas yang terus menggelayuti pikirannya.

Esa adalah sahabatnya sejak kecil, dan kini dia terbaring tak berdaya di rumah sakit, sementara seseorang yang tak dikenal melakukan tindakan keji itu.

Pikiran Sam terfokus pada satu tujuan: menemukan pelaku yang tak terlihat itu, dan memastikan bahwa apapun yang terjadi, dia akan membayar untuk perbuatannya.

Saat mobilnya melewati jalan yang familiar, rasa kekhawatiran hanya semakin menguat.

"Siapa dia sebenarnya? Apa tujuan dia melukai Esa?" gumamnya, suara hatinya bergema dengan amarah.

Sesampainya di rumah sakit, Sam bergegas menuju ruang IGD. Dia menatap dokter yang sedang merawat Esa dengan cemas, berharap mendapat kabar baik. "Bagaimana kondisinya?" tanya Sam, suaranya tegang.

Dokter itu melihatnya dengan ekspresi serius. "Kepala Pak Esa terluka cukup parah, namun untungnya tidak ada pendarahan di otak. Kami masih perlu memantau kondisinya beberapa jam ke depan."

Sam menghela napas lega, meskipun perasaan cemasnya belum juga hilang. "Terima kasih, Dok."

Sam menundukkan kepalanya, berpikir keras. "Pelaku itu harus bertanggung jawab," ujarnya pelan, seakan berbicara pada dirinya sendiri. "Gue akan pastikan dia tahu, nggak ada yang bisa lolos begitu saja."

Esa dibawa ke ruang pasien, namun rasa cemas yang menggerogoti hati Sam tak kunjung hilang.

Kepala Esa diperban, tangannya dibalut karena terkilir, dan satu tangan lainnya terpasang infus. Sam merasa jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya, mengingat betapa rentannya kondisi sahabatnya itu.

Pikiran Sam melayang ke arah seseorang yang kini menjadi benang merah dalam dugaan kecurigaannya: Reno Arista, pemilik Aksara Tekno.

"Apakah dia yang melakukannya?" gumam Sam pelan. Sam mengingat kembali rapat penting yang dijadwalkan besok di IT Tower.

"Jangan-jangan, dia sengaja melukai Esa agar gue tidak bisa hadir dalam rapat itu," tebak Sam, matanya terfokus pada tangan Esa yang terinfus.

Sam menggigit bibir bawahnya. Kemungkinan ini terasa semakin nyata. Jika memang itu yang terjadi, maka serangan terhadap Esa adalah upaya yang sangat terencana, untuk membuat Sam teralihkan.

"Kalau dia benar-benar berada di balik ini," gumam Sam lagi, dengan suara lebih dalam, "gue nggak akan diam begitu saja."

Tiba-tiba, pintu ruang pasien terbuka, dan seorang dokter masuk dengan wajah serius. "Kondisi pasien stabil, tapi kami masih perlu memantau beberapa jam ke depan. Dia akan tetap terjaga untuk sementara waktu."

Sam berdiri dan segera mendekat. "Apa dia bisa sadar dalam waktu dekat?" tanya Sam.

Dokter itu mengangguk. "Kami berharap begitu. Tapi untuk sementara, kami tidak bisa memastikan apa-apa lebih jauh. Cuma, ini lebih baik daripada yang kami perkirakan."

Sam menghela napas panjang, sedikit lega meskipun rasa cemas itu masih menggelayuti. "Terima kasih, Dok."

Sam berpikir keras tentang langkah-langkah selanjutnya. Dia perlu menemukan bukti lebih banyak untuk mengungkap siapa yang berada di balik serangan terhadap Esa, dan tentu saja, untuk memastikan bahwa rencananya untuk rapat penting di IT Tower itu bisa tetap berjalan.

1
Serenarara
Tolong selametin Esa dok. Esa aset berharga bagi banyak wanita. /Whimper/
Serenarara
Nah loh, masih idup nggak tuh adiknya? Takutnya kalian santai-santai, jasad adiknya udah dikubur di belakang asrama lagi.../Scream/

BTW gantian ke cerita ku ya Thor. Poppen. Like dn komen kalo bs. /Grin/
Miu Nh.: lah, jadi horor donk kak ceritanya.

Itu sebenarnya adekny Kak Esa udh ada di dpn mata. Cuman, di depan mata siapa 🤭 coba tebak...

oke, aku meluncur ke Poppen~
total 1 replies
Serenarara
Salah bgt nyelesain masalah dengan maaf2an lbh dulu. Selesain dulu akar masalahnya, validasi mana yg benar, koreksi mana yg salah. kalo udah pada tau salahnya baru suruh minta maaf. kalo gini mah cm lama2in dendam doang.
Miu Nh.: Masalah dan kenakalan Alana masih belum bisa selesai. Kesalahan Sam krna dia lebih memilih jalur 'instan' itu dgn harapan tak ingin masalah itu terulang lagi.

Dan Sam tidak bisa dibenarkan disini. Bahkan Esa lebih membela Alana dn Alana juga gk mau disuruh minta maaf gitu doank.

Terima kasih kak udh mau kritis mengikuti cerita aku 🤗
total 1 replies
Tara
wah bisa menyusui tanpa punya suami dan masih perawan..mantap...itu keberuntungan atau kutukan...🤔🫣👏
Miu Nh.: Hallo kak 🤗 terimakasih bintangnya...
ugh, bagi Ellisa sendiri itu kutukan 🥲
total 1 replies
Bu Kus
kelebihan yang luar biasa
Miu Nh.: Hallo kak 🤗 terima kasih udah ngikutin cerita ini, semoga lanjut baca terus...
total 1 replies
Serenarara
Kok idenya unik.
Miu Nh.: Hallo kak 🤗 semoga sukka...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!