Dalam distrik ini, dunia kriminal berlaku sangat bebas meskipun masih banyak orang normal yang tinggal di apartemen.
Para kriminal ini lah yang paling di utamakan dalam pengejaran, apalagi nama dari perampok "Topeng Buas" Akan langsung mengundang banyak perhatian. Anggota kriminal satu ini hanya berisikan 3 orang saja yang selalu menggunakan topeng penutup wajah mereka. Tubuh mereka dominan tinggi dan kuat.
Tapi bagaimana jika topeng macan itu selalu ingin tidur di paha lembut milik seorang gadis manis yang agak polos ini. Ini adalah kisah romantis dari seorang penjahat dan kisah aksi untuk seorang gadis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8
Beast Mask: Macan yang Tertidur Chapter 8
Hari esoknya, matahari berjalan menuju jendela dengan gorden yang terbuka di sebuah kamar, rupanya kamar milik Leandra yang tampak tertidur dengan posisi terbaring dan rambut yang acak acakan.
Lalu ia membuka mata dengan pelan dan menguap, kemudian bangun duduk. “Astaga... Aku tidur tidak nyenyak sekali...” ia kemudian duduk di samping ranjang dan terlihat lututnya sudah di tutupi penutup luka.
Dengan rasa masih lemas karena baru bangun tidur, dia berjalan ke kamar mandi. Lalu tampak memakai bajunya dan menatap dirinya di kaca.
Selalu memakai pakaian dengan celana jeans panjang dan kemeja putih perempuan nya. “Untung nya aku punya satu jeans lagi...” dia menatap ceria ke kaca.
Lalu terdengar suara pintu kamar nya terketuk dan terbuka, tepatnya seorang wanita tua menatap nya. “Leandra... Kenapa tidak bangun-bangun?” dia menatap, tapi dia terdiam karena Leandra sudah rapi.
Leandra melemparkan senyuman manis. “Aku sudah bangun dari tadi.”
“Apa kau hari ini ada jadwal psikologis?” tatap wanita itu.
“Iyap, aku akan ke sana.”
“Baiklah, kalau begitu bisa belikan aku kopi dan roti di kafe setelah kau kembali nanti? Dan juga jangan lupa menyetor cek ku di bank,” tatap wanita itu memberikan amplop yang di terima Leandra.
“Ya, baiklah, Nenek,” Leandra membalas. Rupanya itu Nenek nya Leandra.
“Ingat, lakukan itu setelah kau konsultasi saja!!” tambah Nenek nya.
“Ya, baiklah,” Leandra berjalan di lorong apartemen itu dengan begitu ceria. Lalu ia kebetulan melihat kucing yang akan berpapasan dengan nya. “Oh, Mimi!” Leandra menyapa membuat kucing itu menoleh padanya dan mereka sama-sama berhenti berjalan.
Rupanya benar nama kucing itu Mimi, terlihat sekali di kalung nya.
“Kamu mau kemana? Apa kamu habis bermain, pagi-pagi sudah bermain,” Leandra menjadi mengelusnya dan sepertinya kucing itu juga menyukainya.
Tapi ia sadar waktunya akan terlambat. “Ups... Aku pergi dulu, sampai jumpa,” dia berjalan pergi membuat kucing itu terdiam menatap nya.
Lalu terlihat di ruang tunggu sebuah rumah sakit kecil di sana. Di ruangan yang di tunggu bertuliskan "Doctor. Lee Murend" dan di bawahnya bertuliskan Psikological.
Leandra berjalan ke kursi tunggu dan melihat ada lelaki yang duduk di sana. Lelaki itu awalnya terdiam agak ngalamun tapi ia mendengar Leandra datang dan menoleh. Seketika dia seperti melihat bidadari.
“Halo, maaf, boleh aku duduk?” Leandra menatap kursi lain.
“Ah, iya, silahkan,” lelaki itu mengangguk dengan baik lalu Leandra duduk dan kebetulan matanya melihat ke arah majalah di sana. Lalu menemukan Tora di berita majalah itu.
Seketika matanya menjadi tajam, lalu mengambil satu majalah itu dan membukanya. Di sana adalah informasi berita tentang, ‘Topeng Buas’ yang sudah menguasai beberapa bank dalam satu hari juga merampok yang lain nya.
Lalu ada profil tidak lengkap milik anggotanya, di sana ada tiga orang dan termasuk Tora yang ada di bagian kiri, dan yang kanan adalah Topeng Serigala putih, dan yang bagian tengah sendiri mungkin lebih penting yakni Rakun.
“Huh?!” Leandra terkejut bingung.
“Rakun? Apakah rakun adalah hewan buas?!” gumam nya dengan kesal.
Kebetulan lelaki di samping nya tadi menoleh. “Anu, permisi.”
Membuat Leandra menoleh menatapnya. “Ya?”
“Apa kau ke sini untuk konsultasi juga?” lelaki itu sepertinya ingin mengobrol.
“Oh, ya, aku sudah lama di sini sebenarnya,” Leandra membalas sambil menutup buku itu dan fokus mengobrol. “Aku belum pernah melihat mu sebelumnya, apa kamu baru?” Leandra menatap.
“Ya, aku kemari karena aku belakangan ini sering stress... Bagaimana dengan mu?” lelaki itu juga menatap.
“Yah, hanya ketakutan kecil seorang remaja...”
“Apa itu?” lelaki itu menatap penasaran.
Tapi pintu Dokter terbuka. “Leandra, masuklah,” tatap pria itu yang rupanya adalah Dokter yang bernama Lee Murend tadi.
“Ah, iya...” Leandra berdiri, tapi ia menatap ke lelaki tadi. “Kita lanjutkan besok-besok, aku ingin mendengar lebih banyak tentang kenapa kamu kemari, karena jarang-jarang ada orang kemari...” tatap Leandra membuat lelaki itu mengangguk dan melambai.
Kemudian tak berselang lama, Leandra menatap figur kucing di atas meja Dokter. “Ah itu imut!” dia mendekat dan mengambil nya.
Lalu Dokter Lee terlihat duduk di kursinya dan mulai bertanya. “Jadi bagaimana soal perkembangan nya? Kau sudah mulai terbiasa dengan kegelapan?” tatapnya.
Leandra menjadi terdiam mendengar nya lalu ia berwajah kecewa. “Sepertinya tidak…”
Dokter Lee: “Kalau begitu cobalah lakukan aktifitas yang aku sarankan saat itu.”
Leandra: “Aku sudah melakukan nya, dan itu tak membuah kan hasil...”
Dokter Lee: “Ketika kau terbangun, apakah kau masih melihat bayangan gelap lagi?”
Leandra: “. . . Yeah, aku melihat nya sebentar, tapi dia tak bergerak, dia hanya diam saja,” sambil membayangkan betapa takutnya pandangan nya terpenuhi bayangan gelap.
Dokter Lee: “Lalu, apakah ada kegiatan negatif akhir-akhir ini?”
Leandra: “Tidak ada, tapi... hanya saja kemarin, ketika aku di taman pada malam hari, aku mengubur kucing yang malang dan di saat itu juga lampu di sana padam, aku mulai bisa melihat mereka, bayangan yang menakutkan, sangat gelap...”
Dokter Lee: “Kau sendirian?”
Leandra: “. . . Tidak, aku bersama seseorang dan dia memegang tangan ku, menarik keluar dari pandangan gelap...”
Dokter Lee: “Nah kita tahu siapa yang peka... Kau hanya harus di sadarkan dari pandangan mu... Ketika kau tidak sadar, apa yang dia katakan?”
Leandra: “Aku tak bisa mendengar nya, aku hanya ingat ketika dia mengatakan lampu jalanan dan penerangan di luar taman...” Leandra tampak mengingat tadi malam sambil menatap figur kucing lucu di tangan nya.
Dokter Lee: “Dan sepertinya kau tak memberitahu teman mu soal ketakutan mu, tapi dia langsung mencari solusi membawamu ke tempat terang.”
Seketika Leandra langsung melirik Dokter Lee ketika mendengar itu. “Dia bukan teman ku...” tatapnya, tapi ia tersadar sesuatu. “Itu memang benar sih, dia menarik tangan ku untuk melihat penerangan, bagaimana dia tahu jika aku sedang ketakutan.”
“Sepertinya kau marah padanya, namun dia tampak sangat berhati hati bukan? Terutama saat aku tak mengetahui apa yang terjadi, bahkan aku tak tahu siapa itu,” kata Dokter Lee dengan tenang membuat Leandra terdiam mendengar nya.
“Kamu masih belum paham dengan apa yang aku katakan? Intinya, jangan hanya cerita masalah mu padaku... Cerita masalah mu pada seseorang yang dapat mengerti dirimu selain aku yang merupakan psikologis.”
“Tapi, siapa yang bisa menjadi psikologis, mereka hanya akan menyela, tak peduli bahkan tak mau mendengar cerita ku,” tatap Leandra dengan kesal.
Tapi Dokter Lee mengatakan sesuatu dengan tenang. “Hanya perlu tunggu bahwa bagaimana seseorang ingin mengetahui cerita mu,” tatapnya, seketika membuat Leandra kembali terdiam.