Jungkir Balik Dunia Rena

"Ini kan hari pertamamu bekerja Rena, jadi wajar kalau kau melakukan kesalahan." dad Albian yang sudah tidak tahan hanya jadi pendengar saja, akhirnya memutuskan untuk ikut masuk dalam obrolan Rena dan sang istri.

"Apa sekretaris daddy juga melakukan kesalahan di hari pertamanya bekerja?" tanya Rena.

"Tentu saja Rena, semua orang juga pasti pernah melakukan kesalahan. Bukan hanya dalam hal pekerjaan tapi dalam hal lain juga. Termasuk daddy." dad Albian bermaksud membesarkan hati Rena, agar Rena tak merasa sendiri lagi.

"Benarkah? Jadi daddy juga pernah melakukan kesalahan?" Rena tak percaya sosok dad Albian yang di matanya mendekati kata sempurna pernah melakukan kesalahan juga.

"Tentu saja, benarkan sayang." dad Albian menggenggam erat tangan sang istri tercinta, kemudian mencium punggung tangannya dengan lembut. Kesalahan terbesar yang pernah Albian lakukan dalam hidupnya adalah menyakiti wanitanya di masa lalu.

"Kesalahan adalah guru terbaik yang mengajarkan kita untuk jadi lebih baik." mom Khanza membalas genggaman tangan sang suami tak kalah eratnya.

"Lebih baik aku tidur saja. Selamat malam mom, dad." Rena merasakan firasat yang tidak enak. Sebelum matanya ternoda karna melihat adegan 18+ dari kedua orang tuanya, Rena memutuskan untuk kabur ke kamar.

Setibanya di kamar Rena langsung tertidur tanpa membersihkan diri terlebih dahulu karna tubuhnya memang sudah terasa sangat lelah.

***

Drrrd...drrrd...

Keesokan harinya, Rena dibangunkan oleh suara panggilan telepon dari papa Nicko. Rena mengerjapkan matanya, kemudian mengangkat panggilan telepon dari sang papa.

"Halo pah, kenapa menelpon pagi-pagi sekali? Apa Dilon membuat masalah dan merepotkan papa?" tanya Rena dengan suara parau khas bangun tidur.

"Tidak nak, Dilon anak yang baik. Dilon sama sekali tidak merepotkan." ucap papa Nicko.

"Begini nak, kondisi kesehatan mamamu selama ini ternyata karna mama sedang mengandung adikmu. Kondisi mamamu sangat payah dan kami jadi tidak bisa menjaga Dilon. Apa kau bisa menjaga Dilon?" ujar papa Nicko.

"Tentu saja pah. Dilon adalah tanggung jawabku. Sudah seharusnya aku yang menjaga Dilon. Selamat atas kehamilan mama Risa ya." Mendengar kabar tentang mama Risa, kesadaran Rena langsung kembali sepenuhnya.

"Hanya sementara saja sayang, setidaknya sampai kondisi mamamu membaik?" ujar papa Nicko.

"Jangan pikirkan itu pah. Papa fokus saja merawat mama Risa, biar aku yang menjaga Dilon." balas Rena.

"Terima kasih sayang. Hari ini juga papa akan mengantar Dilon ke tempatmu. Tapi apa nyonya Khanza dan tuan Albian tidak keberatan?" papa Nicko sedikit ragu. Walau bagaimanapun semua orang mengenal Dilon senagai putranya, tidak enak jika ia menitipkan pada orang lain.

"Mom dan dadku adalah orang baik. Mereka tidak akan keberatan pah." Rena meyakinkan.

***

Hari ini Rena pergi ke kantor dengan wajah sumringahnya, membayangkan melihat wajah menggemaskan Dilon saat pulang kerja nanti, menjadi mood booster tersendiri bagi Rena.

Rena sengaja datang ke kantor agak siang sesuai dengan perintah Zayn. kedatangan Rena bertepatan dengan Zayn yang juga baru saja tiba di kantor tersebut.

"Selamat pagi tuan." Sapa Rena ramah.

"Hem." dibalas dengan suara deheman saja oleh Zayn.

Rena terus berjalan mengikuti Zayn, tanpa peduli pada tatapan semua orang yang menatap tajam ke arah dirinya.

"Kenapa wanita itu masih bisa bekerja di kantor ini setelah melakukan kesalahan besar seperti kemarin?" tanya sekretaris Amanda pada seorang rekannya dengan bibir yang mencebik.

"Iya, andai saja kita yang melakukan kesalahan itu, pasti kita akan langsung dipecat." balas seorang wanita yang jadi lawan bicara Amanda.

"Apa tuan Zayn dan Rena memiliki hubungan?" tanya teman Amanda. Amanda hanya bisa menggedikan kedua bahunya sebagai jawaban.

Insiden memalukan yang terjadi pada tuan Zayn kemarin telah menjadi buah bibir seluruh karyawan Abraham Crop. Namun tidak ada satupun dari mereka yang berani berbicara langsung pada Zayn atau Rena. Mereka merasa segan melihat Rena begitu di istimewakan di kantor tersebut.

"Anda mau minum kopi atau teh tuan?" tanya Rena setelah Zayn duduk di kursi kebesarannya.

"Kopi." jawab Zayn tanpa menatap ke arah Rena.

"Baik tuan." balas wanita cantik itu, lalu pergi ke arah pantri untuk membuatkan kopi pesanan Zayn.

"Aneh?" Zayn merasa heran karna Rena menutup pintunya dengan sangat pelan.

5 menit kemudian Rena sudah kembali ke ruangan tuan Zayn dengan membawa segelas kopi di tangannya.

"Silahkan tuan." Rena meletakan gelas kopi itu dengan tersenyum manis.

"Kau tidak menaruh garam di dalam kopinya kan?" tanya Zayn penuh rasa curiga.

"Kau ini ada-ada saja tuan, kau pikir aku sebodoh itu hingga tidak bisa membedakan mana garam dan gula." Rena tertawa dengan suara pelan.

Zayn hanya bisa menggelengkan kepalanya saat melihat sikap Rena yang terlihat sangat manis hari ini. Kemudian Zayn mengambil gelas kopi miliknya dan mulai menyeruputnya sedikit. Zayn sudah mempersiapkan dirinya andai kopi buatan Rena terasa aneh atau tidak sesuai seleranya.

Glek!

Jakun Zayn yang naik turun saat menenggak kopi terlihat begitu sexy di mata Rena. Namun Rena segera mengendalikan dirinya dengan cara membuka tablet dan melihat jadwal Zayn hari ini.

Mata Zayn membelalak saat merasakan kopi buatan Rena sangat pas, dan sesuai dengan seleranya. Hingga kopi itu habis dalam tiga kali tegukan saja.

Zayn tidak tahu saja, kalau Rena sudah di beritahu semua hal tentang Zayn oleh mom Khanza pagi tadi. Termasuk cara membuat kopi yang sesuai dengan selera Zayn. Rena juga sudah belajar cara menjadi sekretaris yang baik dari mbak Rosa sekretaris dad Albian, kebetulan tadi pagi mbak Rosa berkunjung ke rumah untuk mengantarkan berkas karna dad Albian tidak akan pergi ke kantor pagi ini. Dad Albian mendadak tidak enak badan setelah lembur dengan mom Khanza semalaman.

"Aneh, ini aneh." Zayn menatap ke arah Rena yang kebetulan sedang menatap pula ke arahnya, hingga mata mereka saling bertemu.

"Ternyata dia cantik juga saat tidak sedang membuat masalah." Batin Zayn.

Zayn memutus tatapan itu lebih dulu, Zayn tidak ingin terbuai oleh sikap manis Rena karna bisa saja Rena sedang merencanakan sesuatu tanpa sepengetahuannya.

"Katakan apa jadwalku hari ini?" tanya Zayn memecah kesunyian.

Rena pun melihat tabletnya kemudian membaca jadwal sang bos hari ini.

"Jam 08.00-09.00 pagi, anda ada meeting dengan para staf kantor."

"Jam 10.00 pagi anda ada meeting dengan tuan Aston, dan meeting tersebut akan ditutup dengan acara makan siang bersama."

"Anda tidak bisa mengundur pertemuan dengan tuan Aston lagi karna anda sudah melakukannya kemarin. Kalau tidak, tuan Aston pasti akan merasa kecewa terhadap anda karna merasa tidak dihargai." beritahu Rena panjang lebar. Zayn sampai mendelik karna tak percaya kata-kata itu keluar dari mulut sang sekretaris.

"Jam 2 siang anda akan melakukan tinjauan langsung ke pabrik tempat produksi produk kita yang ada di kota Bekasi, dan melakukan pidato di depan para karywanan pabrik. Pertemuan itu akan berakhir pukul 16.00 sore. Dan setelah itu anda harus bersiap pergi ke bandara karna anda akan pergi ke Papua bersama asisten dan sekretaris anda untuk meninjau kantor cabang yang baru saja buka di Papua. Anda juga akan menginap selama satu minggu di sana." Rena membacakan jadwal Zayn hari ini dengan lancar.

"Whatt papua?" pekik Rena dengan mata membelalak, Rena baru menyadari kalau dirinya juga harus ikut ke papua bersama Zayn. Sedangkan saat menulis jadwal Zayn di tabletnya tadi, Rena belum menyadarinya.

Bersambung.