NovelToon NovelToon
Belenggu Cinta Suami Posesif

Belenggu Cinta Suami Posesif

Status: sedang berlangsung
Genre:One Night Stand / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: Erma Sulistia Ningsih Damopolii

Menjadi aktris baru, nyatanya membuat kehidupan Launa Elliza Arkana jungkir balik. Menjadi pemeran utama dalam project series kesukaannya, ternyata membuat Launa justru bertemu pria gila yang hendak melec*hkannya.

Untung saja Launa diselamatkan oleh Barra Malik Utama, sutradara yang merupakan pria yang diam-diam terobsesi padanya, karena dirinya mirip mantan pacar sang sutradara.

Alih-alih diselamatkan dan aman seutuhnya, Launa justru berakhir jatuh di atas ranjang bersama Barra, hingga ia terperosok ke dalam jurang penyesalan.

Bukan karena Barra menyebalkan, tapi karena ia masih terikat cinta dengan sahabat lamanya yaitu Danu.

“Lebih baik kau lupakan kejadian semalam, anggap tidak pernah terjadi dan berhenti mengejarku, karena aku bukan dia!” ~Launa Elliza

“Jangan coba-coba lari dariku jika ingin hidupmu baik-baik saja.” ~ Barra Malik Utama

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Erma Sulistia Ningsih Damopolii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Eps 29 Kesepakatan

“A_apa? Calon anak?”

“Iya, ini hasil tesnya.” Jawab Bara sembari menyodorkan sebuah kertas ke arah Launa yang disambut segera olehnya, namun tak langsung ia buka.

Surat tersebut hanya Launa tatap, butuh waktu untuk Launa mengumpulkan keberanian, tangannya bahkan bergetar saat secarik kertas itu ia genggam.

“Buka saja, biar kau semakin yakin.” Ucap Bara hingga membuat Launa melayangkan tatapan tak terbaca ke arahnya kemudian beralih menatap kertas itu lagi dan memberanikan diri untuk membukanya.

Semakin dibuka, Launa semakin takut sebenarnya. Namun, belum selesai Launa membukanya, dokter Lara, yang merupakan rekan lama Bara masuk untuk memastikan kondisi Launa.

“Selamat malam Launa.” Sapa dokter Lara begitu ia masuk ke dalam ruangan Launa.

Bak mendapat sinar di tengah gulita, Launa ingin bertanya dan mendengar langsung dari mulut dokter itu sendiri. Usai menjawab sapaan dokter, Launa melayangkan pertanyaan yang membuat Lara terdiam sejenak demi untuk mengumpulkan keberanian, apakah hal itu harus ia ungkapkan, atau ditundah sebentar. Pasalnya, Lara tak enak hati menyampaikan kabar itu pada Launa, yang sepertinya keberatan akan berita yang sudah dia dengar.

“Jawab dok.” Desak Launa, tidak membentak, tapi justru terdengar lesuh, karena saking lelahnya menghadapi hidup.

Segunung harapan Launa lambungkan, harapan yang mengatakan bahwa hasil tes yang Bara baca itu salah. Tangannya bahkan panas dingin, dengan raut wajah yang teramat pucat.

Sementara itu, Bara yang berada di samping Launa terlihat begitu tenang, seolah tidak ada masalah. Padahal kalau dipikir secara logika, pria mana yang bisa setenang itu setelah menghamili perempuan di luar pernikahan.

“Iya benar, hasilnya sudah tertera di kertas itu, usia kandunganmu memasuki empat minggu.”

Duarrrr

Bak disambar petir, Launa sampai mati lemas hingga kertas di genggamannya jatuh ke lantai. Bara yang melihat hal itu tentu tak tinggal diam, ia pun segera mendekat ke arah wanita itu sembari mengelus punggung Launa demi menyalurkan kekuatan di sana.

Luruh, hancur sudah dan Launa seperti tidak punya daya. Keadaan yang barusan menimpa dirinya sudah tidak lagi Launa pedulikan, sakit di sekujur tubuhnya hilang entah ke mana, berganti sakit di hatinya.

Launa pun beranjak dari sana sembari meninggalkan Bara dan dokter Lara di belakang.

****

Tanpa mempedulikan Bara yang masih tertinggal Launa melangkah dengan pikiran berisiknya. Kenyataan bahwa dirinya hamil sudah Launa terima, tapi untuk menjadi istri Bara rasanya akan gila. Selama ini yang Launa mimpikan adalah menikah dengan Danu, bukan lelaki lain.

Semuanya menjadi lebih rumit sekarang, Launa bingung harus di bawa kemana langkahnya kali ini. Ia sudah terlanjur terperangkap dalam kekuasaan Bara dan tidak semudah itu untuk pergi.

“Aku tidak ingin ayah dan bunda sampai tau.” Launa berhenti sejenak, pikirannya sudah buntu dan ia tidak tahu hendak berbuat apa.

Sempat terpikir untuk kabur ke luar negeri, namun ada banyak hal yang jadi pertimbangan.

Seriesnya masih berlangsung, tidak mungkin dia berhenti di tengah jalan. Masih banyak endorse dari brand-brand yang bekerja sama dengan dirinya belum ia selesaikan. Launa yang profesional tentu tidak mau sampai mengingkari kesepakatan, apalagi mereka sudah membayarnya terlebih dahulu.

Bahkan, ia masih terikat kontrak satu tahun dengan salah satu perusahaan yang menjadikannya brand ambasador. Tidak mungkin dia membatalkan semuanya, akan tetapi, andai kata ia harus bertahan, Launa bingung harus bagaimana. Semakin lama perutnya akan semakin membesar, dan reputasinya sebagai artis pasti akan tercoreng. Launa tidak ingin itu sampai terjadi, menghadapi mulut pedas netizen bukan lah hal yang gampang. Sungguh Launa sampai sakit kepala dibuatnya.

Hingga di tengah sakit kepalanya, tiba-tiba terbesit untuk kabur sejauh-jauhnya dari Bara. Launa tengah menyusun strategi, namun belum juga usai dirinya memikirkan langkah selanjutnya, tiba-tiba.

“Launa!” Panggil Bara memecah konsentrasinya.

“Ada apa?” Tanya Launa berusaha bersikap tenang, agar rencananya tidak terendus oleh pria yang ada di depannya ini.

“Kamu mau kemana?”

“Pulang.”

“Saya antar_”

“Tapi pak.” Sergah Launa begitu Bara hendak menarik pergelangan tangannya.

“Ada apa?”

“Tolong jangan beritahu ayah dan bunda saya soal kehamilan ini.” Pinta Launa dengan mata yang sudah mengembun. Bagaimana pun ia tidak ingin rencananya rusak, andai orang tuanya tahu, takutnya Launa akan mereka nikahkan secara paksa mengingat kondisinya yang sudah hamil duluan.

“Kenapa? Andai memang mereka tau, aku akan tetap bertanggung jawab atas kehamilan ini, don’t worry.”

“Iya tapi, saya belum siap mengecewakan mereka pak. Tolong mengertilah, minimal sampai saya siap.” Tutur Launa dengan penuh permohonan.

“Okay baik, tapi ingat, saya akan tetap bertanggung jawab tanpa harus mengungkapkan kehamilan ini kepada ayah dan bunda.”

“Okay terserah bapak, tapi please kasih saya waktu untuk mencoba menerima semua perubahan yang amat mengejutkan ini dalam hidup saya.” Pinta Launa namun Bara tampak berpikir sejenak, meskipun pada akhirnya ia menjawab “Iya, tapi jangan lama-lama.” Jawab Bara hingga membuat Launa kesal rasanya.

“Iya bawel, nggak sabar banget pengen nikahin aku.” Ketus Launa hingga Bara menggeleng-gelengkan kepala lalu kemudian menyembunyikan senyumnya.

Senyum manis, yang hanya akan ia perlihatkan di balik punggung Launa. Selebihnya hanya senyum tipis saja. Mana mungkin ia perlihatkan secara gamblang, meski Launa adalah gadis yang ia incar Bara tidak terbiasa bersikap hangat secara terang-terangan. Bahkan perhatian yang kerap ia tunjukkan, selalu dibalut dengan sikap dinginnya. Lebih tepatnya, perhatian dengan cara angkuh.

Baru juga beberapa langkah Launa berjalan, tiba-tiba ia berhenti tepat di depan sebuah ruangan VVIP karena ponselnya bergetar.

Masih konsisten dengan gaya elegannya, Launa merogoh ponsel di dalam tas dan menerima panggilan dengan nama ayah yang tertera di layar gawai miliknya.

“Hallo yah.”

“Sayang, kamu di mana? Kenapa jam segini belum pulang?”

Seperti biasa, jika sudah larut begini, yang paling heboh menanyakan keberadaanya adalah sang ayah.

Mengetahui kondisi wajahnya yang memar, Launa tidak mungkin menutupi hal ini lagi, karena tatap sekeras apapun dia menutupi, bukti nyata ada di wajahnya.

“Maaf yah, tadi ada insiden tak terduga.”

“Insiden apa?” Tanya Kevin terdengar panik di balik telepon.

“Ayah tenang dulu ya, ini juga Launa sudah mau pulang kok. Nanti Launa cerita kalau sudah_”

“Halo yah.”

“Heuh?”

Launa bahkan sampai melongo melihat reaksi Bara yang seenak jidat merampas ponselnya, dan bicara dengan ayah Kevin tanpa seizinnya.

“Maaf ini nak Bara?”

“Iya, tadi ada yang mencelakai Launa, untung saja saya datang tepat waktu dan menyelamatkannya. Ayah tenang saja, saya sudah membawa Launa ke rumah sakit dan beruntung keadaannya tidak parah. Ayah juga tidak usah khawatir, penjahat itu sudah saya jebloskan ke penjara. Sekarang, saya akan mengantar Launa pulang.” Papar Bara panjang lebar hingga Kevin terkejut bukan main.

Dari balik telepon ia meminta Bara untuk segera mengantar Launa pulang. Mendengar anak gadisnya dalam bahaya, ayah mana yang akan tenang. Setelah berhasil menenangkan calon mertuanya, Bara menutup telepon dan kembali menarik pergelangan tangan Launa untuk segera diantar pulang namun Launa menghentikan langkah Bara.

“Kenapa lagi? Ayah sudah menunggu di rumah.”

“Tolong dengarkan saya dulu.”

“Iya saya dengarkan.”

“Ingat ya pesan saya tadi.” Pinta Launa dengan gaya memelas namun terkesan manja di mata Bara.

“Pesan apa?”

“Pesan tadi masa lupa sih?”

“Yang mana?” Tanya Bara lagi dan sukses membuat Launa mengeluarkan taringnya. Untuk bagian ini, entah kenapa Bara mendadak suka melihat Launa naik darah. Wajah memelas yang tadi ia perlihatkan berganti wajah garang serta tatapan tajam seolah hendak menguliti Bara hidup-hidup.

“Soal tadi, masa harus saya katakan di sini sih, nanti kalau ada heaters yang dengar gimana?” Tanya Launa setengah berbisik hingga membuat Bara celangak celinguk ke kiri dan ke kanan.

“Nggak ada orang juga.”

Jawaban Bara membuat Launa memijat pangkal hidung saking sebalnya.

“Bukan itu yang saya bahas Bara Malik Utama!” Geram Launa dengan gigi yang sudah bergemeletuk.

“Lalu apa?”

“Lalu apa lalu apa… yang jelas pesan saya tadi. Soal kesepakatan kita begitu di hadapan orang tua saya.”

“Oh itu.”

Alih-alih segera menjawab meski sudah didesak, Bara semakin memperlihatkan tingkah meragukan dari dalam dirinya.

“Bara.” Panggil Launa sekali lagi, namun pria itu belum juga memberikan tanggapan hingga membuat pemilik wajah cantik itu semakin emosi.

“Ya Tuhan, ternyata bukan cuma kolot tapi budeg juga ya. Jawab pak jawab!!” Desak Launa masih konsisten dengan suara pelan. Andai bukan di rumah sakit, Launa pasti sudah meneriaki pria itu.

Kendati menjawab, Bara hanya tertawa kecil hingga membuat Launa kian frustasi setelahnya.

“Ck, kenapa ketawa? Jawab apa salahnya sih?”

“Iya dijawab, apa tadi pertanyaannya?” Tanya Bara lagi sengaja cari perkara. Namun Launa tetap menjelaskannya karena lelah saja andai terus terbakar emosi.

“Baiklah akan saya ulang, bapak Bara yang terhormat yang rada budeg. Mohon dengar baik-baik agar bapak tidak lupa dan selalu ingat kata-kata saya.” Ucap Launa super elegan agar Bara dapat mengerti.

“Iya katakan.”

“Kalau sudah sampai rumah, mohon untuk bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Jangan katakan soal kehamilanku ini pada orang tuaku sekarang menger_”

“Apa? Hamil? Jadi Launa hamil?”

Di tengah perdebatan itu, tiba-tiba, ada suara lain di antara mereka yang membuat keduanya terkesiap dan menoleh ke arah sumber suara.

1
Myra Myra
siapa dia...
Erma Sulistia Ningsi Damopolii: Kita lihat saja nanti 😁
total 1 replies
Melia Gusnetty
judul sm jln cerita nya gk sesui..jd malas baca nya..
sorry tak skip..
Melia Gusnetty
aahh..jd greget..tokoh utama nya begok bin tolol...lemah lg...gk sreek jd nya...😏😏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!