JANGAN BOOM LIKE 🙏🏻
Di tengah kehancuran yang ditinggalkan oleh amukan Liora Ravenscroft, putri bungsu dari Grand Duke Dimitri Ravenscroft, ruangan berantakan dan pelayan-pelayan yang ketakutan menggambarkan betapa dahsyatnya kemarahan Liora. Namun, ketika ia terbangun di tengah kekacauan tersebut, ia menemukan dirinya dalam keadaan bingung dan tak ingat apa pun, termasuk identitas dirinya.
Liora yang dulunya dikenal sebagai wanita dengan temperamental yang sangat buruk, kini terkejut saat menyadari perubahan pada dirinya, termasuk wajahnya yang kini berbeda dan fakta bahwa ia telah meracuni kekasih Putra Mahkota. Dengan mengandalkan pelayan bernama Saina untuk mengungkap semua informasi yang hilang, Liora mulai menggali kembali ingatannya yang tersembunyi dan mencari tahu alasan di balik amukannya yang mengakibatkan hukuman skors.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rosalyn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MAKAN SIANG
...24...
Pelayan itu tampak ragu, mengingat tidak ada pemberitahuan sebelumnya mengenai kedatangan ini. Namun, ia tidak berani menolak atau menanyakan lebih jauh. Dengan cepat, ia berbalik untuk memberi tahu tuannya.
Aurelia berdiri di depan pintu utama, matanya menelusuri taman yang tertata rapi di sekitarnya. Senyumnya semakin lebar, membayangkan rencana yang sudah mulai berjalan. "Liora pasti tidak menyangka ini," pikirnya.
Beans Ravenscroft muncul di pintu dengan senyum lembut yang tampak terlatih, ekspresinya tenang namun tidak benar-benar mencerminkan perasaan tulus. Meski begitu, ia berjalan dengan anggun mendekati Aurelia, membungkuk sedikit sebagai tanda hormat.
“Aurelia, betapa menyenangkan melihatmu hari ini,” sapanya dengan nada ramah, suaranya mengalir lembut, seolah tidak ada ketegangan di antara mereka. “Aku tidak menyangka kau akan datang, tetapi tentu saja, kedatanganmu selalu kami hargai.”
Aurelia menangkupkan tangannya di depan dada, wajahnya tetap tersenyum manis. "Oh, maafkan aku, Beans. Aku kebetulan berada di daerah ini dan berpikir untuk singgah sebentar. Lagipula, kupikir kita harus lebih sering bertemu, bukan begitu?"
Sepintas, mata Beans berkilat sedikit, meskipun senyum di bibirnya tetap terjaga. Ia menawarkan lengan kepada Aurelia, sebuah gestur yang sopan, namun entah mengapa terasa sedikit dipaksakan. Langkahnya teratur dan penuh percaya diri, namun dari jarak dekat, seseorang yang peka mungkin bisa menangkap keheningan canggung di antara mereka.
“Jadi, apa yang membawamu ke sini, Aurelia?” tanya Beans, suaranya terdengar ringan, namun ada nada tanya yang menekan di balik kata-katanya. “Sesuatu yang menarik, kurasa?”
Aurelia, yang memahami permainan ini, tersenyum manis dan menerima lengan Beans. “Ah, kau tahu, Beans. Aku selalu senang menghabiskan waktu dengan keluarga Ravenscroft,” jawabnya lembut, tetapi sorot matanya penuh makna tersembunyi.
Beans tertawa kecil, seolah menanggapi pernyataan itu dengan hangat. “Tentu, kami selalu menghargai waktumu.”
Aurelia tersenyum sinis di balik kipasnya, mengikuti langkah Beans tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Suasana terasa berat, hanya suara langkah kaki mereka yang mengisi keheningan.
Setelah beberapa saat, mereka akhirnya sampai di ruangan Grand Duke. Di sana, Dimitri sudah berdiri di dekat perapian, memperhatikan kedatangan tamu tak diundang dengan tatapan penuh keingintahuan.
"Lady Aurelia," Dimitri menyapanya dengan suara bariton yang dalam, meski ada nada kehati-hatian di balik suaranya. "Aku tidak menyangka akan bertemu denganmu hari ini."
Aurelia menundukkan kepala sedikit, memberi penghormatan. "Grand Duke, maafkan kedatangan saya yang tiba-tiba. Saya kebetulan sedang bepergian dan merasa akan menyenangkan mengajak Beans dan Anda menikmati waktu bersama... mungkin makan siang bersama?"
Dimitri tersenyum tipis, meskipun tampak tidak sepenuhnya setuju dengan ide mendadak wanita itu. Namun, sebagai tuan rumah, ia tahu bahwa menolak secara langsung akan melanggar etiket yang dijunjung tinggi di kalangan bangsawan. Ia memberikan tatapan peringatan pada Beans bahwa ia harus tetap waspada terhadap Aurelia yang terkenal sebagai ular di kalangan bangsawan.
"Baiklah, Lady Aurelia," jawab Dimitri dengan sopan, menatap sekilas ke arah Beans yang tetap menjaga ekspresinya tanpa menunjukkan antusiasme. "Kami akan dengan senang hati menemani Anda untuk makan siang."
Beans, meskipun tidak berkomentar, memberikan anggukan singkat sebagai persetujuan. Aurelia menganggap ini sebagai kemenangan kecil, meskipun hanya sementara.
"Saya merasa terhormat, Yang Mulia."
Sementara Aurelia sibuk memainkan rencananya di ruang tamu mansion, di kamar yang lebih tinggi, Liora duduk santai dengan pikiran yang jauh berbeda.
Liora sedang bersantai di kamarnya. Ia membaca surat kabar terbaru pagi ini, senyumnya merekah. Ia melihat di berbagai laman surat kabar tertera wajah Damianus, yang saat ini menjadi berita hangat di kalangan bangsawan. Rancangannya berhasil memikat para bangsawan dari berbagai kalangan usia. Bukan hanya Damianus, bahkan ia turut terpajang di sana. Meskipun sekarang berita yang diberikan adalah berita yang tidak mengenakkan, Liora tidak peduli.
"Cih, lagi-lagi mengaitkan aku dengan kekasih Putra Mahkota!" desis Liora. "Tapi aku tidak peduli. Sekarang bukan ini yang penting."
Ia melempar surat kabar itu ke belakang, dan kemudian memutuskan untuk menikmati teh yang sudah tersaji untuknya. Namun, di tengah kenyamanan miliknya, suara ketukan pintu mulai terdengar.
"Nona muda, boleh saya masuk?" terdengar suara butler, memecah suasana tenang yang tengah dinikmati Liora.
"Ya," jawab Liora dengan nada datar.
Daun pintu bergerak perlahan, menampakkan butler yang berpenampilan rapi seperti biasa. Ia menunduk hormat kepada Liora.
"Selamat pagi, Nona Muda. Saya kemari ingin menyampaikan pesan Grand Duke. Beliau menyuruh Nona Muda untuk makan siang bersama-sama," ucap butler tersebut.
Liora menipiskan pandangannya. "Siapa saja yang akan ikut?" tanyanya.
"Grand Duke, Duke kecil, dan..." Butler itu sedikit mengangkat pandangan ke arah Liora, lalu melanjutkan, "Lady kedua Valenmore."
Liora mencondongkan tubuhnya ke depan, matanya menajam ke arah butler. "Jadi, mengapa aku harus mengikuti acara makan siang itu?" tanyanya tajam, mengintimidasi Butler tersebut.
"Karena Grand Duke menginginkannya, Nona Muda," jawab butler dengan tenang. Meskipun tubuhnya sedikit terpengaruh oleh intimidasi yang dipancarkan Liora, ia harus tetap profesional dalam pekerjaannya.
Sudut bibir Liora terangkat sedikit. Ia kembali bersandar di kursinya, menatap butler itu dengan lebih tenang kali ini. Meskipun hatinya enggan, Liora tahu bahwa menolak hanya akan memberikan kemenangan bagi Aurelia. Ia tidak akan menyerahkan panggung semudah itu.
"Baiklah, aku akan datang sebentar lagi," ucap Liora santai, meskipun terselip nada sinis di balik suaranya.
"Baik, Nona Muda. Kalau begitu, saya pamit," ujar butler tersebut, kemudian meninggalkan kamar Liora.
Setelah keluar, butler itu menarik napas lega. Di dalam hatinya, ia merasa seperti punggungnya akan berlubang akibat tatapan tajam Liora.
"Masih seperti biasa, Nona Muda memang menyeramkan," gumamnya sambil menyeka keringat yang mulai membasahi dahinya.
...****************...
Di ruang makan kediaman Ravenscroft.
Aurelia berusaha menjaga wajahnya tetap tenang sambil melirik jam di dinding ruang makan yang besar dan megah. Waktu sudah berlalu lebih dari satu jam sejak mereka pertama kali duduk di meja makan.
Meski tidak ada yang mengatakan sepatah kata pun, jelas bahwa ketegangan sudah mulai memuncak. Dimitri duduk di ujung meja, wajahnya tenang, namun ada sedikit kekakuan di garis rahangnya yang tidak bisa disembunyikan.
Beans, duduk di samping ayahnya, tetap diam sambil sesekali memberikan senyum lembut yang tampak seolah-olah tulus. Namun, Aurelia yang cerdik tahu bahwa senyum itu hanyalah topeng.
Beans, seperti dirinya, pasti merasakan kebosanan dan ketidaknyamanan yang mulai menjalar. Tapi, berbeda dengan Aurelia yang menyembunyikan rasa frustrasinya di balik kipas sutra yang terus bergerak pelan, Beans tampak menikmati situasi ini. Mungkin karena tahu Liora sengaja membuat Aurelia menunggu.
“Saya berharap Lady Liora baik-baik saja,” ujar Aurelia dengan nada manis, meskipun ada sedikit sengatan di dalam kata-katanya.
Beans menatapnya sejenak, senyumnya tetap terjaga. “Oh, tentu saja. Liora pasti akan segera bergabung. Kau tahu, dia selalu menyukai momen grand entrance.”
Dimitri, yang sejauh ini tidak mengatakan apa-apa, hanya meneguk anggurnya dengan tenang, meski matanya memandang sekilas ke arah pintu, seolah memastikan bahwa putrinya belum juga muncul.
...^^To be Continued^^...