Kehidupan seorang perempuan berubah drastis saat dirinya mengalami sebuah keajaiban di mana ia mendapatkan kesempatan hidup untuk kedua kalinya.
Mungkinkah kesempatan itu ia gunakan untuk membalas semua sakit hati yang ia rasakan di kehidupan sebelumnya?
Selamat datang di kehaluan Mak othor yang sedikit keluar dari eum....genre biasanya 🤭.
Semoga bisa di nikmati y reader's 🙏. Seperti biasa, please jangan kasih rate bintang 1 ya. kalo ngga suka, skip aja. Terimakasih 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ibu ditca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Setelah subuh, Aisha menuju ke dapur. Saat ia bangun tadi, Fazal masih bergelung di dalam selimutnya.
Bibik yang sedang meracik masakan menoleh ke arah Aisha yang tampak sudah segar dan wangi.
"Aku mau buat susu, ada ngga bi?", tanya Aisha sambil mengikat asal rambutnya. Kali ini ia memakai piyama.
Benar kata Fazal, di rumah ini banyak kaum Adam.
"Ada non, sebentar saya buatkan!", kata bibi sambil mengelap tangannya.
"Huum, makasih bi!", sahut Aisha. Ia memilih duduk di bangku yang ada di sana. Bibi membuatkan susu hangat untuk Aisha dengan cepat.
"Silahkan non!", bibi menyerahkan segelas susu hangat. Tak lupa cake brownies beberapa slice.
"Heheheh makasih bi, tahu aja kalo aku suka brownis!", kata Aisha bertepuk kecil.
Bibi sampai ikut tersenyum melihat Aisha seperti gadis kecil yang masih polos.
"Bibi ngemil aja dulu, nanti baru kerja!", kata Aisha sambil menggigit kecil kue nya.
"Sudah tadi non. Sebelum sholat subuh, bibi udah ngopi!", jawab bibi.
Aisha menganggukkan kepalanya pelan.
Bibi tak sengaja menelesik wajah gadis ayu di depannya. Tampak ada beberapa tanda kepemilikan di leher Aisha.
Entah kenapa bibi justru tersenyum. Tentu itu bukan gigitan serangga bukan? Untuk perempuan paruh baya seperti bibi pengalaman itu sudah di luar kepala.
"Bibi lanjut mau masak ya non!", pamit bibi. Aisha mengangguk saja.
Sesekali bibi menatap majikannya. Di matanya Aisha memang sangat berubah. Selain dari penampilannya, juga dari gaya bicaranya.
Ia ingat betul beberapa waktu sebelum tragedi yang Aisha alami.
Gadis itu memang tak pernah bercerita secara detail. Tapi bibi sering memergoki jika Aisha sering menangis sendirian.
Bi, apa aku salah mencintai mas Fazal? Bagaimana meluluhkan hati mas Fazal sedangkan selama ini dia ngga pernah memberi kesempatan untuk mencoba mencintaiku ya, Bi? Apa bentuk pengabdian ku selama dua tahun ini masih belum cukup membuatnya tertarik padaku?
Bibi merasa prihatin setiap Aisha mengeluh seperti itu. Selain suaminya yang tak peduli, ibu mertua dan kakak iparnya juga suka berbuat semaunya hingga Aisha sering kali terluka.
Aisha kembali menggigit kecil kue yang bibi sediakan.
"Bi, tolong buatkan teh manis!", seseorang menginterupsi bibi.
"Baik den!", jawab bibi. Aisha menoleh ke samping yang ternyata adalah Adi, suami kakak iparnya.
Setelah menoleh sekilas, Aisha kembali menikmati kudapannya.
"Kamu suka yang manis-manis seperti itu, Sha? Ku pikir ini masih terlalu pagi untuk mengkonsumsi makanan semanis itu!", ujar Adi.
Aisha menoleh pada sosok lelaki yang usianya mungkin tak berbeda jauh dari suaminya. Karena usia Binar dan Fazal hanya terpaut dua tahun.
"Lo ngomong sama gue?", tanya Aisha. Adi cukup terkejut mendengar sahutan Aisha yang sangat sopan.
Dulu saat Aisha masih berhijab lebar, Adi sama sekali tak pernah mengobrol dengan Aisha.
"Hah!", Aisha menghela nafas berat. Bersamaan dengan bibi yang menyerahkan segelas teh untuk Adi.
"Memang kita pernah ya ngobrol banyak sebelumnya? Sampai peduli sekali aku makan manis sepagi ini!", Aisha tersenyum remeh.
"Eum...sorry!", ujar Adi. Ia tak mau ambil pusing dengan sikap Aisha. Setidaknya ia bisa melihat Aisha dari jarak dekat. Wangi tubuhnya juga bentuk tubuhnya yang tak terlalu berisi namun nampak seksi di mata Adi.
Ia mulai memperhatikan Aisha usai gadis itu keluar dari rumah sakit dan lolos dari maut. Tak tahu saja Adi, kalau Aisha hampir menjemput ajalnya karena ulah istrinya sendiri yang mendorong Aisha di kolam renang.
Aisha tak memperdulikan keberadaan Adi hingga deheman kecil membuat yang ada di dapur menoleh.
Fazal turun dari tangga dengan memegang pinggangnya. Adi sampai mengernyitkan alisnya. Sebelum bertanya pada adik iparnya, Adi meminum tehnya. Tak sengaja ia melihat tanda kepemilikan di tengkuk Aisha yang terbuka.
Adi kembali menoleh ke Fazal yang berjalan tertatih mendekati Aisha.
"Tumben pagi-pagi udah di dapur mas?", Fazal menatap curiga pada kakak iparnya.
"Ini, mas cuma pengen ngeteh aja! Ngga tahunya ada Aisha di sini! Ngomong-ngomong kamu kenapa?", tanya Adi.
Fazal menoleh pada istrinya yang duduk santai seolah tak mendengar percakapan antara dirinya dan Adi.
Sebagai lelaki, Fazal sadar betul tatapan kakak iparnya terhadap sang istri beberapa hari ini.
Fazal meraih pinggang Aisha yang masih duduk manis di bangkunya. Bibi memang diam dan terus melanjutkan acara masaknya, tapi ia mendengarkan baik-baik obrolan para majikannya.
Untung Aisha sudah kebal dengan sikap Fazal ketika ada anggota keluarga yang lain. Ngga mungkin kan Fazal akan berbuat macam-macam di depan keluarganya.
"Biasa lah mas, pinggangku sakit begini. Kaya mas Adi ngga pernah aja!", jawab Fazal. Fazal duduk di samping Aisha masih mengalungkan tangannya di pinggang Aisha.
Adi menangkap ucapan Fazal mengarah ke hal dewasa apalagi tanda merah di leher Aisha cukup mendukungnya, berbeda dengan Aisha sendiri.
Ia pikir, Adi juga sering atau pernah jatuh sebelumnya.
"Ya udah, mas ke teras samping dulu!", pamit Adi. Fazal menganggukkan kepalanya.
"Sha....!", panggil Fazal yang bertumpu di bahu Aisha.
"Apa?", tanya Aisha sedikit sewot. Untung ada bibi, kalau tidak mungkin Fazal akan kembali menjadi petasan banting untuk Aisha.
"Tolong siapin perlengkapan ke kantor! Pinggangku sakit, gara-gara kamu!", ujar Fazal. Aisha memutar bola matanya malas.
Bibi sampai berpikir keras. Jika di mana-mana seseorang melakukan hb biasanya si wanita yang akan kesakitan, ini malah sebaliknya! Tapi ia tak mau ikut campur urusan yang amat sangat pribadi para majikannya itu.
"Udah tahu sakit, ngapain ke kantor!", sahut Aisha ketus. Jika Aisha kesal karena merasa di repotkan Fazal, Fazal justru berpikir itu sebuah perhatian dari Aisha.
Meski ngedumel, Aisha memapah Fazal kembali ke kamarnya. Ia mendudukkan Fazal di ranjangnya.
Saat Aisha akan berbalik mengambil pakaian Fazal, justru Fazal menariknya hingga gadis itu terduduk di pangkuan Fazal.
"Apaan sih?!", Aisha berusaha bangun. Dia masih punya hati untuk tidak membanting Fazal yang masih kesakitan itu.
"Sepertinya aku baru sadar Sha...kalau...aku mencintai mu!", kata Fazal tepat di depan Aisha.
Gadis itu diam tak menjawab apa pun hingga tiba-tiba saja tawanya meledak! Seketika itu juga Fazal membiarkan Aisha bangun dari pangkuannya.
Aisha masih terus tertawa sampai di walk in closed. Gadis itu hanya menggeleng pelan karena pengakuan Fazal baginya sangat menggelikan.
🌸🌸🌸🌸🌸
terimakasih 🙏